"Sepatu gue balikin!" Sarina Kembali membentak. Ia tak tahan lagi berlama-lama berada di depan sekerumunan tukang buli ini.
"Kan udah kita bilang, kalau kitanya nggak mau, lo bisa apa?" Porsche tersenyum miring. "Asal lo tahu, third itu nggak sebaik tampangnya."
Sarina menatap tajam Porsche, lalu Third. Sarina mendecih. Ia lalu berbalik hendak pergi, tapi sebelum itu terjadi. Third menahan gerakannya.
"Tunggu." Third berdiri dari duduknya. Ia menghampiri Sarina.
Marc, Porsche, Heksa dan Erick, bertanya-tanya heran dalam hati. Third mau ngapain?
Sarina menoleh malas. "Apa lagi? Belum puas sama sepatunya?"
"Nih, ambil. Kenang-kenangan dari gue." Third memberikan sebuah stiker bertuliskan 3rd ke arah Sarina, karena tak ada tanggapan dari Sarina. Ia memberikan secara paksa, lebih kejamnya Third menempelkan stiker itu di jidat Sarina. Membuat Sarina agak oleng ke belakang.
"Nah kalau udah kayak gitu, berarti lo udah jadi target baru kita. Ya kan?" Erick menaik-turunkan alisnya.
"Yes, sekaligus target tercantik yang pernah ada," celetuk Heksa. Porsche langsung menyikut tangan Heksa.
"Lo muji dia?" tanya Porsche.
"Kan kenyataannya."
"Iye, iye," sahut Marc.
"Makan nih stiker." Sarina mencabut stiker itu dari keningnya dengan kasar, kemudian ia meremas-remasnya, dan dengan perasaan kesal ia melempar stiker itu tepat ke ulu hati Third. Namanya kertas tetap aja tidak menghasilkan rasa sakit.
Third tak menyahuti. Ia hanya memandangi Sarina yang pergi berlalu darinya. Tanpa sadar sebuah senyum terukir di bibirnya.
Target baru tercantik....
"Lo benar, Sa."
Heksa mengernyit bingung. "Apaan?"
Third menggeleng cepat. "Dia target baru kita."
"Itu gue juga tahu," Heksa mendengus kecil.
*******
Sarina duduk di kursinya dengan tatapan kosong. Ia memandangi kakinya yang menggunakan sandal. Tak habis pikir, kenapa Third setega itu mengambil sepatunya dan mencacinya di depan geng-nya. Sepatu bisa dibeli lagi, tapi masalahnya ia sekarang sudah dicap sebagai target baru dari para tukang buli itu. Baru sehari saja Sarina menjadi murid di SMA ini, tapi sepatunya sudah menjadi korban, lalu bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Haruskah Sarina pindah sekolah?
Sarina mendengus pelan.
Untuk apa ganteng kalau kelakuannya mirip kucing garong. Aneh dah tuh cowok.
"Hai Sar, udah ketemu sepatu lo?" Angel duduk di samping Sarina. Mengambil alih tempat duduk Third untuk sementara.
Sarina menggeleng. "Diambil dia. Nggak tahu buat apaan."
"Buat kenang-kenangan kali."
"Taik kucing lah. Nanti pasti nyokap gue nanya-nanyain tu sepatu. Terus gue mau bilang apa? Itu kan sepatu buatan Kakek gue."
"Bilang aja hilang." Angel tersenyum.
Sarina tak menyahuti. Lalu ia menyadari ada yang kurang. "Celine mana?"
"Dia di kelas sebelah, ketemu gebetannya."
"Berarti kelas 11 IPS 2 ya?"
"Yes," angguk Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Warning [Completed]✓
Roman pour Adolescents❝Gue sebenarnya suka sama lo, tapi karena mereka semuanya berubah.❞ Sarina siswi baru di SMA Airlangga. Gayanya yang cupu, dan sifatnya yang kadang kekanak-kanakan, mengakibatkan ia menjadi sasaran pembulian. Tapi, di mata Third, Sarina berbeda. ***...