Cermin dari lemari yang hampir lapuk itu tertempel sebuah kertas putih yang berlukiskan seorang pria. Belum sepenuhnya jadi, tapi siapapun yang melintas di kamar itu dan melihat lukisan itu akan langsung tahu sang pelukis sedang menggambar siapa.
Pelukis itu adalah seorang gadis bernama Lim Jiyoung. Dahinya bercucuran keringat, mengiringi tangannya yang telaten menggores pensilnya pada kertas.
Ibunya yang ternyata sudah sejak beberapa menit lalu berdiri di belakang Jiyoung, memperhatikan apa yang di lakukan puterinya.
Pantas saja dia tidak keluar makan sejak siang tadi. Ternyata sedang sibuk sendiri. Tapi siapa yang di gambarnya itu? Aku seperti pernah melihat pria itu.
Sebelum Jiyoung menyadari, ibunya beranjak dari tempatnya mengintip.
"Aku harus selesaikan gambar ini, malam ini juga!" gumam Jiyoung sambil terus menggoreskan pensilnya.
Ia berharap pria yang ia lukis itu menyukainya. Atau khayalan yang paling sederhananya adalah, pria itu sempat melihat lukisannya.
"Ah Junhoe-ssi, kau tampan sekali bahkan saat lukisanmu masih sketsa."
Setelah Jiyoung mengatakan itu, ia hanya bertahan setengah jam. Matanya terlalau lelah untuk melanjutkan lukisannya. Ia memutuskan tidur dan melanjutkannya besok saat pulang sekolah.
___
Jiyoung tiba di sekolahnya tepat saat bel berbunyi.
"Jiyoung-ah, mengapa kau lambat hari ini?" tanya Jung Yehyun, teman sebangku Jiyoung.
"Aku terlalu asik bermimpi. Jadinya bangun kesiangan." jawab Jiyoung enteng sambil mengeluarkan bukunya dari dalam tas.
"Kau selalu begitu." protes Yehyun.
Tak lama, guru bahasa Inggris mereka masuk dan langsung memberikan materi.
"Shh, kau tau tidak. Kemarin Junhoe-ssi kena ss..."lanjut Yehuyun sambil mengeluarkan bukunya.
"Diam. ceritanya nanti saja kalau pelajaran sudah selesai."
___
Koo Junhoe menulis surat permintaan maafnya di selembar kertas atas skandal di postingan media sosialnya.
Maafkan aku...
Tulisnya di kalimat terakhir. Ia lalu mempostingnya di akun media sosialnya.
Junhoe menghempaskan napasnya dalam-dalam dan menyeruput teh hijaunya. Pria tampan berbadan atletis itu membuka jendela kamar agar udara segar masuk.
Namun dari jendela, ia melihat seorang pria berdiri di halaman depan rumahnya sambil melambaikan tangan ke arahnya.
"Jinhwan hyung?"
Junhoe berlari ke lantai bawah untuk menemui Jinhwan.
"Aku sudah baca berita tentangmu." kata Jinhwan saat sudah berada di kamar Junhoe.
Junhoe meletakkan kopi buatannya untuk Jinhwan lalu duduk di hadapan pria itu.
"Lalu apa yang harus aku lakukan, hyung?"
"Santai saja. Kami ada di pihakmu. Tenanglah, mereka juga pasti sama dengan kami."
"Rasanya aku tidak ingin menggunakan akun itu lagi, hyung."
Junhoe hanya terdiam setelah itu. Larut dalam lamunannya.
"Sebentar lagi Hanbin dan yang lain menyusul kesini. Mereka pasti bisa membantu." lanjut Jinhwan menepuk pundak Junhoe.