Segerombol panitia Pameran Seni Rupa sedang mensurvey gedung khusus yang akan digunakan di hari H. Seluk-beluk gedung yang memiliki banyak koridor itu harus dihapal oleh seluruh panitia agar nanti mereka dapat memandu pengunjung nantinya.
"Gedungnya besar juga," gumam Seungmi pelan. Namjoo mengangguk mengiyakan.
Seluruh panitia memegang selembar denah gedung sambil berkeliling menghapal lokasi. Memakan waktu satu jam untuk menghapal seluruh isi gedung yang luas itu. Segera setelah safari gedung selesai, gerombolan itu menyebar ke kantin terdekat untuk beristirahat.
Seungmi menghampiri sebuah tempat minuman kaleng di pinggir gedung, mengocek sakunya, mencari koin untuk membeli sekaleng minuman dingin. Matanya melirik sejenak ke samping. Minjae sedang duduk bersila di atas lantai sambil membaca beberapa lembar rundown.
Gadis itu menghela napas panjang, memasukkan koin lebih agar mendapatkan dua kaleng minuman isotonik dan menghampiri Minjae. Duduk di sampingnya tanpa membuat suara.
"Minjae, ini-"
Lelaki itu menoleh pada Seungmi dan terkejut.
"Oh, terimakasih, Seungmi.. tapi aku sudah minum. Untuk yang lain saja," ia segera bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Seungmi yang menatap heran. Gadis itu semakin heran saat melihat lelaki itu malah menghampiri panitia lain dan meminta seteguk minuman.
"Apa dia alergi padaku?" ketusnya.
Tidak hanya sekali, sikap Minjae kentara sekali sedang menghindari Seungmi saat rapat.
"Kau bertengkar dengan Minjae?" bisik Namjoo, mengajak Seungmi mengobrol di antara sekumpulan panitia yang sedang menaruh perhatiannya pada para ketua divisi yang presentasi. Seungmi mengerutkan dahi dan menggelengkan kepalanya cepat.
"Terus, kenapa kalian saling diam? Apa pendekatan kalian tidak berlangsung lancar?" bisik Namjoo lagi, tak kunjung puas.
Seungmi memutar bola matanya. "Tidak ada apa-apa diantara kami, bodoh."
"Bohong."
"Terserah. Diamlah, nanti Minjae marah,"
Namjoo menelan ludahnya dalam-dalam, tidak habis pikir dengan Seungmi yang di matanya terlampau cuek.
"Baiklah, progres divisi sudah selesai, besok kita segera menyelesaikan tugas-tugas yang belum dikerjakan. Tetap semangat, jaga kondisi kalian, ya! untuk itu, saya tutup rapat kali ini."
Seluruh panitia bersorak, akhirnya mereka bisa tidur nyaman – setidaknya – malam ini. Beberapa hari kedepan, mungkin mereka harus terjaga atau terpaksa tidur di kampus jika persiapan kegiatan pameran belum selesai.
Minjae menyapa para panitia dan mengucapkan terimakasih pada mereka, lalu sekilas melempar senyuman kaku pada Seungmi dan menghilang dari perkumpulan. Gadis itu semakin keheranan.
***
Hyunsik beranjak dari kursi kerjanya setelah ia mendengar tiga kali ketukan pintu. Ternyata Changsub.
"Pasti kau sibuk sekali sampai membiarkanku pegal di depan pintu, Maestro Lim," ledek Changsub sambil melangkah masuk ke studio. Hyunsik hanya menanggapinya dengan senyum kecut, hingga segera berganti menjadi sumringah saat ia tahu sahabatnya membawa sekantong makanan.
"Pas sekali! Aku belum makan malam." Ia segera menyambar kantong kresek di tangan Changsub tanpa perintah. "Ada perlu apa kau datang lagi ke Seoul, hyung?"
Changsub duduk di sofa studio Hyunsik yang nyaman. "Seminar. Kau tahu kan, Profesor Shin selalu tidak mau datang sendirian. Tentu saja aku segera menawarkan diri untuk menemaninya sekarang. Lumayan, satu minggu liburan di Seoul, hahaha," ia tertawa jenaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
B[L]ACKSTREET
FanfictionDua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya saling menggenggam tangan saat tidak ada siapa-siapa. Hanya berpelukan ketika gelap tiba. Hanya mereka. Tapi tidak selamanya itu akan menjadi rah...