Kekasih Bayangan

14 1 3
                                    



Adisvia Chareline, Gadis berjilbab biru yang selalu menanti senja dibawah pohon mangga di halaman belakang sekolahnya. Siswi SMK Taruna Bangsa satu ini memang selalu pulang paling akhir, ia menghabiskan waktunya untuk menunggu indahnya langit senja. Tak hanya menunggu dalam diam, Adis banyak menuliskan isi hatinya, kesehariannya, dan banyak pula puisi yg telah ia tuliskan pada buku biru doraemon kesayangannya itu.


Selama 1 tahun ia berada di sekolah ini, tak pernah ada yang mau menemaninya di sana, banyak siswa yang menganggap pohon itu angker. Namun selama Adis disana, tak pernah ada hal yang menurutnya tak wajar. Hingga ada 1 hari dimana cuaca sangat mendung, Adis lupa tidak membawa Payung ataupun jas hujan. Benar saja, tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya, Adis kecewa karena tak dapat melihat indahnya cahaya senja. Adis pun bingung bagaimana cara ia pulang, sedangkan hujan tak kunjung reda. Adis berlari ke gazebo untuk berteduh dari hujan, sedari tadi Adis merasa ada yang memperhatikannya. Adis tetap menatap ke arah pohon yang ia sukai. Namun, seperti ada seseorang laki-laki yang berdiri disana menatap ke arahnya. "Hey kamu, kemarilah! Berteduh, hujannya lebat loh! " Teriak Adis pada lelaki itu. Namun dia tak menghiraukan Adis. "Hey! Apakah kau tidak kedinginan? " ucap Adis lagi pada lelaki itu. Lalu, lelaki itu berjalan ke arah Adis. Semakin ia mendekat, semakin jelas wajah lelaki itu. Namun Adis merasa tak pernah melihat lelaki itu di sekolahnya selama ini. "Hey!" sapa lelaki itu kepada Adis. "Emm, hey juga, kamu siapa? Kok aku nggak pernah liat kamu sebelumnya? " Tanya Adis pada lelaki itu. "Hmm, aku Arifqi. Aku memang bukan siswa sini, tetapi aku sering kesini untuk bermin dan melihat langit senja, aku sering melihatmu disini, dan mungkin kalau tidak karena libur atau pulang pagi, kamu selalu ke tempat ini, Kenapa? " Kata lelaki itu. "Umm, Ya, aku selalu kesini karena aku sama sepertimu, menunggu cantiknya langit senja. Disini aku sering menuliskan apapun yang ingin ku goreskan dari tinta bolpoinku ke buku ini. " Jawab Adis. "Wah, pantas saja. Ternyata kita sama ya, Emm, Dis udah reda nih. Pulang gih dah malem" Ucap Arifqi pada Adis. Adis pun menadahkan tangannya ke arah luar, Ternyata benar, tak terasa waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Hujan pun sudah reda, Adis pun berpamitan kepada Arifqi untuk pulang. "Rif, aku pulang dulu ya Daahh" Ucap Adis sambil melambaikan tangannya, dan berjalan menjauh dari Arifqi.


Hari selanjutnya, Seperti biasa Adis menunggu senja di bawah pohon ini. Namun kali ini Adis tak hanya menanti senja, namun ia juga menengok ke kanan kiri, mencari seorang lelaki yang menemaninya dibawah hujan kemarin. "Dimana dia ya?" Ucap Adis. "Hmm,, mungkin kali ini dia tidak datang untuk melihat senja di sini, tapi.. Rumahnya dimana ya, sepertinya aku tak pernah menemuinya di sekitar sekolah ini." Tanya Adis pada dirinya sendiri. "Hufftt sudahlah, mending aku menulis puisi lagi" Ucap Adis. Lalu ia mengambl buku Doraemon kesayangannya. Seperti biasa, Adis memang banyak ide untuk menuliskan karya-karya tentang kesehariannya. Yang ditulisnya kini adalah goresan tentang Hujan

Hujan

Kutemukan kamu dibawah hujan,entah siapa dan dari mana.


Yang ku tahu, raga ini tersentuh hangat oleh hadirmu.


Pertamakalinya aku ditemani seorang yang membuat seketika nyaman dibawah hujan.


Ntah rasa apa ini, namun yang datang sesaat setelah engkau mematapku.


Indah, aku suka rasa ini. Namun apa ini?.


Adakah rasa cinta, atau hanya kagum akan kehadiran sosok dirimu?.


Kuharap, seiring berjalannya waktu, aku menemukan jawaban atas semua pertanyaan atasmu.


Terima kasih hujan, telah menemukan seorang yang indah dikala hilangnya langit senja.



Itu yang dituliskan Adis sore ini, ntah dari mana ide itu. Namun Setelah hujan kemarin, Adis sangat ingin bertemu kembali dengan Arifqi. "Bagus sekali sajakmu, tentang aku ya" Kata Arifqi dengan nada menggoda pada Adis. "Loh kok kamu tiba-tiba dateng sih, asal baca lagi hiihh!" Tanya Adis dengan muka heran. "Kamu panggil aku tadi, aku baru jalan kesini, sampai sini aku liat kamu nulis. Yaudah aku dibelakangmu diem dan baca apa yang kamu tulis" Jawab Lelaki berpostur tinnggi itu. "Eh rif, rumah kamu dimana sih? Ajak aku main kesana donk." Pinta Adis pada Arifqi. Namun, Arifqi tak langsung menjawabnya, dia malah terdiam dan mengalihkan pembicaraan "Eh, Dis. Main ke rumah pohon sana yuk!" Ucap lelaki itu sambil menunjuk rumah pohon yang terlihat tua itu. "Nggak ah, takut" Jawab Adis sambil menggelengkan kepalanya. "Enggak Dis, aku tiap hari disana nggak kenapa kenapa tuh. Yuk!" Balas Arifqi sambil menggandeng tangan Adis. Adis pun mengiyakan ajakan Arifqi, dibawanya ke atas rumah pohon itu. Menaiki tangga dari bambu yang sedikit licin, mungkin karena hujan kemarin. Sesampainya Adis di atas rumah pohon itu, ia menatap sekeliling dinding kayu itu, mukanya berubah memerah sesaat setelah ia melihat banyak foto dirinya yang ditempelkan di tiap sudut dinding itu. "Hey Rif, Ini ulahmu? Buat apa?" Tanya Adis kepada Arifqi yang ternyata sedari tadi memperhatikan Adis yang tersipu malu dan terheran dengan ruangan ini. "Iya, lucu kan, aku udah bilang kan kemarin. Aku sering liat kamu di bawah pohon itu, sendirian haha kasihan banget deh" Jawab Arifqi dengan nada mengejek. "Ish, kan jelek ihh, tuh kan muka aku jelek gini" Ucap Adis yang mengambil salah satu foto yang ada di sana. Arifqi hanya tersenyum melihat tingkah Adis yang begitu lucu melihat satu persatu foto dirinya sendiri. "Apasih Rif!! Gajelas deh.!" Ucap Adis kepada Arifqi yang masih saja tersenyum mengejek pada Adis. Arifqi berjalan ke arah Adis, mendekat dan menatap mata Adis masih dengan senyuman khas dari seorang Arifqi yang begitu manis bak madu yang bercampur gula. Aduh kenapa senyumnya begitu indah, manis sekali Ya Tuhan. Ucap Adis di dalam hatinya. Arifqi mendekatkan wajahnya ke wajah Adis, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Adis. Adis sedikit takut namun dia seperti membeku di tempat itu. "Kamu bilang aku manis? Memang, iya aku tahu kok" bisik Arifqi di telinga Adis. "Ish apasih kamu, siapa yang bilang kamu manis hah!!" Ucap Adis sambil mencubit pipi Arifqi dan menjauhkan wajah Arifqi dari dirinya. "Halahh,, jangan bohong deh, akh tau kok isi hatimu. Hahaha" Jawab Arifqi yang kesekian kalinya membuat Adis tersipu malu. Adis terdiam dan masih mencoba mengendalikan rasa malunya. SHUUTT!! Arifqi mendorong pelan Adis ke arah dinding. Kembali mereka berdua bertatap mata. Arifqi mendekatkan wajahnya kembali kewajah Adis, Adis tetap terpaku disitu. Adis spontan memejamkan matanya, dan yap. Arifqi mencium bibir Adis saat itu. Hanya beberapa detik saja, hingga Adis tersadar dan menampar pipi Arifqi. "Lancang sekali kamu! Kenapa Rif!" Ucap Adis membentak Arifqi. Namun ia tak menghiraukan ucapan Adis, ia malah menarik dan memeluk erat tubuh Adis. Ntah kenapa, Adis merasa nyaman dipelukan Arifqi. Adis membalas pelukan Arifqi, namun itu pun tak berlangsung lama. Adis lalu melepaskan pelukannya dan berjalan menuruni tangga kayu, tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. "Adis! Aku menyayangimu! Datanglah kembali ke tempat ini besok kalau kau pun merasakan yang sama denganku!" Ucap Arifqi.


Tiga hari setelahnya, Adis tidak berangkat sekolah. Karena dia memang sudah izin untuk tidak berangkat karena ada acara keluarga. Di senja ke empat, Setelah bel pulang dibunyikan, Adis berlari ke arah rumah pohon saat itu. Ia berharap Arifqi menunggunya di sana. Tetapi, nihil rumah pohon itu sepi. Adis berkali kali memanggil nama Arifqi namun tak ada jawaban ataupun tanda tanda kemunculan Laki-laki manis yang dicintainya itu. Adis menemukan Kertas yang tergeletak di lantai kayu rumah pohon itu. Surat itu berisikan kata-kata maaf dari Arifqi untuk Adis. Arifqi mengira Adis benci dengannya, sehingga tak mau menemuinya lagi. Dari hari itu, Adis melewati hari-harinya dengan sepi, menikmati dan mengenang senja sendiri. Adis tak lagi bertemu dengan Arifqi. Hingga hari kelulusannya pun ia belum bertemu dengan laki-laki yang ia cintai, Adis menunggu Arifqi selama 2 tahun dan hasilnya pun tetap nihil. Tak ada lagi yang menemani menikmati indahnya magic hour. Ntah kemana Arifqi pergi. Yang pasti, Adis tak akan pernah lupa 2 hari yang indah, yang dilaluinya bersama Arifqi.


Hingga tiba pada suatu hari tepatnya 3 tahun setelah hari pertama Adis dan Arifqi bertemu. Saat itu Adis sedang melakukan aktifitas yang dia lakukan selama ini, saat Adis sedang berjalan menuju pohon yang biasa ia tempati untuk menunggu senja tiba tiba ada yang memanggilnya "Hai! Kamu Adis" panggil seorang lelaki dari atas rumah pohon tua dimana Adis dan Arifqi pernah disana. Adis menoleh dan benar ada seorang lelaki di atas sana "Iya, kamu siapa ? Kenapa kamu tau namaku?" Tanya Adis heran. "Masa kamu lupa sama aku, oh ya apa kabar ?" Tanya laki laki itu. "Kabar baik, kamu siapa aku tidak mengenalmu" jawab Adis. "Aku, Arifqi kamu lupa sama aku?" Tanya Arifqi kepada Adis. "Oh Arifqi kemana saja kamu? Aku menunggumu aku hanya ingin menjawab perasaanmu waktu itu tapi kamu sudah tidak ada disini lagi, kemana kamu!" Tanya Adis sambil meneteskan air mata.. Arifqi lalu mendekati Adis sambil berlari, lalu Arifqi memegang tangan Adis dan menariknya ke atas rumah pohon. Setelah sampai di atas rumah pohon, Arifqi mengusap air mata Adis lalu membisikan "Aku pergi karena aku kira kamu butuh waktu, dan maaf aku harus pergi karena orang tuaku ada tugas di kota tetangga, jadi apa jawabanmu ?" Tanya Arifqi. Adis semakin menangis dan memeluk Arifqi. "Arifqi aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku" teriak Adis kepada Arifqi sambil memeluk erat Arifqi. "Iya Adis aku ga akan meninggalkanmu" peluk Arifqi. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun.. 4 tahun setelah perjalanan cinta mereka ahirnya Adis dan Arifqi resmi menjadi pasangan suami istri yang bahagia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang