Chap 2

9.3K 731 17
                                    


Jemari Darrellyn dengan perlahan membuka lembar perlembar buku di hadapannya. Buku itu adalah buku yang belum selesai ia baca kemarin, dan ia begitu penasaran dengan akhir dari ceritanya. Saat ini, matanya membaca deretan kata di dalamnya, tapi pikirannya tidak hanyut kedalam isi cerita. Ada hal lain yang ia pikirkan.

Prihal ucapan sang ayah beberapa jam yang lalu diruang kerjanya. Ia merasa memang benar dirinya harus membiarkan Madeline melangkahinya. Terlihat dari begitu banyak pria berbeda yang datang kerumah hanya karena ingin bertemu dengan Madeline atau sekedar mengirim bunga untuk sang Lady tercinta. Disaat ia hanya biasa mendapatkan bunga dengan satu sampai tiga pengirim, Madeline akan mendapatkan sepuluh bunga dalam sehari. Darrellyn sadari Madeline adalah adiknya yang tercantik.

Selama ini telah ada beberapa pria yang paling berani secara terang-terangan meminang Madeline. Tapi semuanya ia tolak. Darrellyn tahu sekarang apa alasan Madeline menolak mereka semua. Itu karena dirinya, yang menjadi standar ketakutannya untuk jatuh cinta. Jika ia menjadi Madeline pun ia tidak ingin bernasib sama seperti kisah cinta seorang Darrellyn. Rasanya begitu perih, rasanya ingin sekali semuanya berakhir sampai disini.

Hari-hari itu sesungguhnya hari yang paling membahagiakan, Viscount Thomas tidak pernah lupa memberinya kabar setiap hari. Ia juga selalu menyempatkan datang kerumah untuk bertemu Darrellyn bahkan ketika dirinya sibuk sekalipun. Sang Viscount juga begitu baik dan perhatian kepada ayah dan kelima adiknya. Sekilas tidak ada celah dalam diri Viscount Thomas yang tampan itu.

Ia selalu menjadi pendengar yang baik kala Darrellyn bercerita, kadang ia membuat Darrellyn tertawa dengan humornya, kadang ia dibuat terlena oleh kata katanya, dan terkadang ia membuat Darrellyn khawatir jika sehari saja tidak ada kabar darinya. Mereka adalah pasangan yang cocok. Banyak yang menduga mereka akan berakhir bahagia dalam pernikahan. Sanjungan itu membuat hati Darrellyn berlonjak gembira, ia menaruh harapan penuh dengan berandai-andai suatu pernikahan dengan beberapa anak kecil diantara mereka nantinya.

Bodohnya ia tidak mengetahui satu fakta lain yang disembunyikan sang kekasih terhadapnya. Hingga saat ini tidak pernah lagi ia lihat Viscount Thomas yang selalu ia rindukan, tidak pernah lagi ada wangi tubuhnya di sekeliling Darrellyn yang selalu menjadi candu untuknya. Padahal ingin sekali ia bertemu sang Viscount, berharap pria itu datang kepadanya dan mengatakan bahwa semua berita itu bohong, bahwa pria itu mencintainya, hanya mencintai Darrellyn seorang. Ya tuhan, Darrellyn begitu mengasihi pria itu. Bahkan setelah pria itu menikah pun Darrellyn masih mengharap kedatangannya.

Darrellyn kembali membuka lembaran buku ditangannya, selalu ada kesedihan dalam sebuah cerita untuk menemukan kebahagiaan. Seolah semua kejadian dimuka bumi saling berbalas. Mungkin setelah ini akan ada berita bahagia untuknya, Mungkin kesedihannya akan berganti kegembiraan nantinya.

Mungkin, dan mungkin. Tapi apa mungkin? Jika yang selama ini ia lakukan hanya berdiam diri di perpustakaan, membaca buku, menikmati hujan dijendela perpustakaan, dan meratapi nasib. Apa mungkin sesuatu yang menyenangkan akan kembali ia rasakan?

"Darrellyn.."

Darrellyn menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Madeline yang berjalan kearahnya dengan perlahan. Entah apa yang membawa Madeline datang kemari menemuinya. Yang jelas raut wajah Madeline seperti tertekan oleh suatu hal.

"Boleh aku bicara..?"

Sesungguhnya Darrellyn tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. tapi raut wajah Madeline membuatnya sedikit khawatir dan penasaraan secara bersamaan, apa yang membuat wajah yang selalu dipuja-puja para pria itu terlihat muram saat ini? apa ayah mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak suka?

Darrellyn mengangguk, mempersilakan Madeline untuk duduk dan bercerita. Madeline tampak sedikit ragu untuk memulai. Ia tahu ini bukan saatnya untuk berbicara dengan Darrellyn mengingat suasana hati Darrellyn tidak pernah baik setelah ia menerima kabar buruk mengenai kekasihnya.

Untitled Love (Our Lady Orva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang