Gitar Tua

725 91 2
                                    




;







-

;







Jari nya memetik samar,tersenyum. Tatapan sendu mengarah pada netra yang mengamati jari dengan penuh minat. Mengulum bibir menahan tawa di sela bait beristirahat.

Menerawang jauh,dimana sebuah ruang bersofa bulu angsa terang ramai dengan gelak tawa,juga manusia istimewa yang dirindukan selalu.

Suara masih mengalun,Deja Vu beberapa tahun lalu terasa masih dua hari lalu. Dimana seseorang di hadapan nya kini,pernah bernyanyi dengan suara lantang indah menggelegar.

"Kak Shalom ?"

Dan hati nya kembali teriris,tiap kali senyum itu terpatri ramah. Indah tanpa beban dan penuh kepalsuan. Wanita cantik itu tersenyum,mendekat dan menepuk pucuk kepala nya.

"Parrie ? Gimana hari ini ?"

Rasa nya wanita ini masih sama. Senyum nya,gelagat nya,dan Parrie meragukan hati nya.

Dia Parrie,lagi-lagi berbohong tentang hari ini baik-baik saja. Jelas mereka,merindukan Shalom pada gedung bimbingan vokal itu.

Dulu,beberapa tahun lalu yang rasanya masih lima hari lalu;Parrie dan Shalom sering men-cover lagu bersama.

Entah tiap sabtu malam di studio milik Shalom,atau sekedar petikan gitar dari tangan Parrie dan tiga orang yang mengamati dengan menopang dagu atau tidur berselonjor di atas paha yang paling tua.

Lalu tepukan riuh terdengar membuat si bungsu,Parrie mengaduh. Ulah si tua yang mencubit pipi nya gemas.





"Ei~ besok udah ikut Shalom ngajar uh ?"

Si nomor tiga berujar. Parrie menaik turun kan alis nya,tengil. Dan entah sejak kapan,sifat tengil itu seolah hilang dari permukaan diri nya.

Shalom merindukan Parrie yang dulu.






"Aku cuci piring. Kak Shalom naik duluan aja. Udah malam,"

Gelengan jadi jawaban. Parrie merengut,Shalom selalu begini. Semua harus diri nya apapun itu tentang rumah,dan meninggalkan Parrie yang duduk di kursi makan merasa tak enak.

Tapi kali ini rasa nya tidak lagi,Parrie bersih keras mengambil alih untuk ini. Mengingat luka di jari manis Shalom dan tak tertarik untuk bertanya karena apa.

Privasi nya.

Parrie sayang Shalom,tapi tidak dengan mengusik batasan.

"Syarat ? Duet Way Back Home-Shaun,deal ?"

Rasa nya Parrie ingin mengutuk diri dengan apron melekat di pinggang rapih. Kala saliva sulit di telan,tangan mengepal geram,dan mata memanas nanar.

"Kak—"

"Mau bantu ?"

Dan gitar baru ulah kerja tangan Si Nomor 4 di sodor kan. Parrie masih diam,menatap emosi Shalom yang menatap sendu.

"Lagi pengen,Way Back Home ?"






Parrie mendudukan diri di sofa luas yang dulu terisi penuh,memetik samar dengan senyum getir. Tatap Shalom yang mengamati benda pipih untuk melihat lirik.

Surai abu gelap milik Shalom terikat acak. Cantik,Parrie mengaku sang kakak memang lebih dari segi apapun di banding nya.







"Coba temukan dirimu,terlelap dalam waktu kematian,"

Parrie gemetar,senar nya terasa sumbang padahal sudah di atur dari beberapa silam lalu.

"Terserah bagaimana kamu menghentikan ku,aku tetap disini,untuk mu,"

Dan wanita di hadapan nya,akan jadi orang pertama yang murka ketika suara senar milik nya sumbang. Kata nya,"senar mu miliku,suara kita senyawa sama senar mu,Parrie!"

"Selesaikan perjalanan jauh mu dan kembalilah sekarang,"

Dimana si Nomor satu ? Dimana si paling tua ? Dia ada,jauh.

"Kembali kerumahmu sekarang,Way Back Home,"

Lalu si tiga ? Juga empat ? Dimana ?

"Terbanglah ke tempat tinggi dan berakhirlah pada ku,kalian akan kembali,itu pasti,"

Shalom melirik Parrie yang bernyanyi dengan gemetar. Tersenyum sekilas,menganggukan kepala memberi semangat.

"Aku sering menemukan mu di jalan,"

Petikan nya terhenti. Parrie menatap Shalom dalam. Tanpa perduli,Shalom tetap meneruskan lantunan lirik yang seharus nya.

Air wajah Parrie mengeras,mata sudah memanas,dan Shalom seakan buta.

"Berhenti,"

Shalom dengar,tapi kali ini tidak ingin mendengarkan. Parrie menahan,tangisan siap meluncur.






"Jangan cari mereka lagi,Kak Shalom,"






"Hentikan,"

"Hentikan!"

Parrie melanjutkan dengan lemah. Shalom terkesiap,menatap Parrie yang sudah panuh air mata.

"Aku ga apa-apa,Parrie,"






Lalu gitar tua itu di bawa kembali,di letakan di sana. Ruang nuansa hitam kelam yang semakin kelam.

Shalom nya,bisu. Mulai tiga tahun terakhir.









;

-








;

Greenleaf©

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GreenleafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang