19. Late Night (3)

1.6K 243 26
                                    

Christo dan Jullian sudah duduk di bangku ayunan villa itu. Mereka duduk seraya masih menggoyangkan ayunannya, seraya menikmati angin malam yang tertiup di rambut mereka berdua.

"Mana sih nih yang lainnya, kecepetan keluar kali ya?", ujar Christo seraya memainkan ponselnya, ponsel yang tidak ia titipkan di kotak saat di tengah ruangan tadi.

"Tadi gua kebelet pipis bukan karena kode, karena beneran kebelet anjir", jawab Jullian sambil masih memainkan rubiknya. Christo kemudian masih menatap ke arah rumah yang lampunya menyala terang, menandakan sesi curhatan nampaknya masih berlangsung.

"Mana nih... aduh... tangan aku merah merah nih kena nyamuk", keluh Christo seraya menggaruk tangannya.

"Pake lotion dong", ujar Jullian tidak peduli.

SET!

"Eh!"

"Napa Chris?", tanya Jullian seraya menghentikan game di tangannya. Christo mengalihkan pandangannya ke arah semak-semak yang ada di dekat mereka.

"Tadi... kaya ada yang lewat", jawab Christo seraya meninggikan lehernya dan memastikan bahwa perkiraannya salah.

"Gak usah nakut-nakutin sialan", jawab Jullian kemudian memasukkan ponsel ke saku celananya. Christo hanya menganggukkan kepalanya dan menggoyangkan ayunannya perlahan.

"Eh Chris, gua mau cerita, tadi siang tu ya, kan gua sekamar tu sama Kak Net, terus kedengeran suara kaya orang mandi di kamar mandi coba. Padahal aku ama Kak Janet lagi sama-sama di kasur", cerita Jullian pada teman sepantarannya itu.

"Ih, kok horor... tadi Kak Toni juga cerita, katanya pas Kak Yeriko mandi, kasur kamarnya bunyi decit gitu"

"Bunyi decit? Kasur? Enak dong, Chris"

"Ini nih akibatnya lo pernah numpang tidur di kosnya Kak Yeriko. Otaknya pindah selangkangan", jawab Christo dengan kesal ketika dirinya benar-benar bercerita mengenai sesuatu hal menyeramkan di kamar Toni tadi.

Srek... srek...

Kedua orang itu langsung terpaku pada semak-semak yang bergerak di dekat mereka. Christo dan Jullian pun diam membeku. Bahkan suasana sehening ini, mereka bisa mendengar detak jantung mereka sendiri sendiri, entah terlalu hening suasananya atau detak jantung mereka yang terlalu cepat berdetak.
************

"Jen, sorry"

"Udah ah James, gua gak mau bahas lagi"

James mengerucutkan bibirnya kesal. Pancingan Jhonny mengenai masalah yang mereka tadi bahas nampaknya masih membuat Jeno dan James agak sedikit canggung. Ditambah sekarang Jeno yang masih mendiamkannya sampai di kamar mandi.

"Jen.. jangan marah yaampun, kan gua akhirnya gak ama Yena"

"Tapi gua masih kesel, lo tau gua putus sama Yena, kenapa hari itu malah nanyain?"

"Kan-kan gua hanya mastiin. Iya gua salah sih, soalnya nanyain"

"Itu lo tau, dan lo masih lakuin?", Jeno kembali menghentakkan kakinya kesal pada James yang juga terdiam. James juga mengerti bahwa dirinya salah, tapi saat dia masih cukup bocah mengenai cinta.

"Gua kan uda bilang tadi gua tu gak biasa gak dapetin apa yang gua mau! Ngertiin napa sih? Masa harus gua melulu yang ngertiin lo? Uda ah, gua mau pipis", protes James seraya mendorong pundak Jeno untuk menjauh darinya cukup kencang.

James merasa tidak ada suara di luar, baru beberapa menit yang lalu mereka bertengkar, tapi tak lama James merasa ketakutan, sebab bulu kuduknya tiba-tiba berdiri.

Story of BEMU 2018/2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang