Haden Ananta Santoso

20 10 9
                                    

Sebuah rumah nyaman dengan keluarga yang sedang berkumpul membicarakan hal yang menyenangkan tidak pernah gagal membuat senyuman diwajah setiap orang.

"Mas, ntar sore anterin aku ke toko buku dong." ucap seorang gadis belia berusia 17 tahun kepada seorang pria diumur pertengahan 20an.

"anterin doang nih?"

"Ya ditemenin juga mas ku."

"Adek beli bukunya pake tabungan sendiri ya. Mas nya jangan diporotin." ucap ibu membuat wajah gadis remaja itu jadi masam.

"Pastiin juga yang dibeli adek buku pelajaran ya mas jangan beli novel mulu." kali ini celetuk ayah yang membuat wajah gadis itu semakin tertekuk.

"Ayah sama ibu mah gitu sama aku." rajuk anak gadis itu membuat anggota keluarganya yang lain hanya tersenyum.

Sore itu pun tiba, kedua kakak beradik itu sudah berada di dalam sebuah mobil yang akan dikendarai oleh sang kakak. "Sabuk pengamannya dek." ujarnya ketika melihat adeknya belum mengenakan sabuk pengamannya.

Gadis berambut ikal itu langsung memasang sabuk pengamannya "udah mas. cuss ke toko buku." ucapnya girang dibalas kekehan dari kakaknya.

"Untuk ranking 1 semester ini, mas mau ngasih hadiah apa buat aku?"

"Emang harus selalu ngasih hadiah ya dek?"

"Mas hans aja mau ngirimin hadiah kalo aku dapet ranking 1 lagi."

"Hans mau ngasih apa emangnya?"

"Mas hans janji mau beliin iphone."

"Trus adek mau hadiah apa dari mas?"

"Hmm..macbook?"

"Kata ibu gak boleh porotin mas loh dek."

"Mas mah gitu. Aku sayangnya sama mas hans aja deh."

Tawa itupun terdengar diikuti elusan lembut dikepala sang adek "ranking 1 dulu baru mas beliin yang warna biru lagi."

Gadis itupun kembali girang dan membuka topik pembicaraan lain "mas masih ingat gak sama mbak Riva?"

Pertanyaan itu membuat air wajah mas nya sedikit berubah "iya."

"Mbak Riva sekarang udah punya toko kue sendiri loh mas."

"Dia disini?"

"Udah setahun kali mas si mbak Riva balik ke indonesia, mas sih dari dulu cuek banget sama mbak Riva padahal aku suka banget loh mas sama mbak Riva."

"Kenapa suka sama Riva?"

"Baik banget, cantik, jago bikin kue lagi. Mbak favorit aku deh pokoknya setelah mbak Ranti pacarnya mas Hans."

"kamu pernah ketemu dia dek?"

"Seminggu yang lalu aku gak sengaja ketemu mbak Riva, apartmentnya dekatan sama rumah Alin jadi aku ketemu di supermarket dekat situ. Mbak Riva cantiknya bikin pangling loh mas."

"Trus?"

"Dia masih sama kayak dulu, ramah dan suka meluk aku kalo ketemu. Dia juga minta aku mampir ke toko kuenya biar di kasih brownies lagi kayak dulu."

Tanpa sadar sang mas menyungging senyum mendengar cerita sang adek.

"Kapan-kapan kita mampir ke tempat mbak Riva ya mas. Harus mau."

"Emang apa nama tempatnya mbak Riva mu dek?"

"Rizit Bakery."

Setelah percakapan itu mereka kembali ke tujuan awal mereka yaitu membeli buku untuk hillary sang bungsu.

***

Hari pun berganti, senin kembali tiba menyapa para pekerja dan pelajar. Seorang pria dengan tumpukan laporan di hadapannya terlihat sangat fokus dalam memeriksa.

"Pagi pak, senin depan kita jadi rapat bulanan?" Tanya seorang pria dengan kemeja putih berlengan panjang yang digulung sampai ke sikunya.

"Jadi." jawab pria yang sepertinya seorang atasan.

"Baik pak." pria itu hendak keluar dari ruangan tersebut namun sebuah panggilan membuatnya harus berbalik kembali.

"Pesankan beberapa kue sebagai snack."

"Bapak ingin saya memesan kue dari bakery apa pak?"

"Rizit bakery."

"Baik pak." hendak berlalu namun lagi dan lagi.

"Andi."

"Ya pak?"

"Pesankan 2 jenis kue. Salah satunya saya mau brownies."

Mengangguk lalu Andi benar-benar keluar dari ruangan atasannya itu.

***

Seminggu berlalu hari rapat itu pun tiba. Seorang pria sedang memperhatikan lahan parkir berisi kendaraan roda 2 dan 4 milik pekerja yang bekerja di kantor itu. Tak lama kemudian sebuah karimun kuning mengisi spot kosong dilahan parkir tersebut.

Seorang wanita berambut panjang coklat keluar dari mobil tersebut dengan celana kain berwarna senada dengan kemejanya yaitu berwarna coklat muda juga sneakers putih yang menutupi kakinya. Sambil membawa 2 dos berukuran sedang wanita itu terlihat kesulitan berjalan memasukki kantor.

Dari ruangannya pria itu menunggu lift terbuka dan menampakan wanita itu. Wanita itu keluar setelah pintu lift terbuka, dia terlihat kebingungan dan akhirnya memanggil seorang pria berkemeja biru yang kebetulan lewat di hadapannya.

Mereka terlihat mengobrolkan sesuatu lalu wanita itu tersenyum dan mengikuti langkah pegawai berkemeja biru memasukki sebuah ruangan rapat. Tak lama kemudian sang pegawai berjalan keluar lebih dulu.

"Erwin." panggilan itu membuat sang pegawai berkemeja biru itu berbalik dan berjalan memasukki sebuah ruangan yang tidak jauh dari ruang rapat.

"Iya pak." ucap Erwin pada atasannya yang tadi memanggil.

"Setelah wanita itu selesai, kamu temani dia turun tapi jangan bilang kalau itu perintah dari saya."

Erwin tersenyum dan mengangguk "baik pak, ada lagi? Mungkin bapak mau tau namanya?"

"Oh 1 lagi. Tanyakan profesinya, itu saja."

Sambil mengangguk Erwin meninggalkan ruangan itu bersamaan dengan sang wanita yang keluar dari ruang rapat.

Erwin terlihat mendatangi wanita itu lalu bersama mereka menghilang di balik pintu lift. Sang atasan kembali memperhatikan lahan parkir. Tak berapa lama wanita bertubuh mungil itu berjalan keluar menuju mobilnya.

Ponselnya pun berdering.

Sambil tetap menatap langkah sang wanita, pria itu menjawab panggilannya

"dia seorang chef pak bukan cuma kurir." hanya itu yang didengarnya lalu memutuskan panggilan tersebut. Bersamaan dengan sosok wanita itu yang menghilang bersama karimun kuningnya.

***

Rapat dimulai sedikit lebih awal hari ini juga diawali dengan satu gigitan brownies yang manis.

"Gimana pak? Saya pesan di bakery yang bapak mau."

"Mulai sekarang untuk acara apapun saya mau memesan dari bakery tersebut. Saya suka."

"Kuenya atau chefnya bos?" Celotehan Erwin diikuti senyum para pegawai yang 99% kaum adam hanya ada 1 orang pegawai wanita dibidang administrasi.

"Kita mulai rapat hari."

Saya suka. Karna rasa browniesnya tetap sama. Tidak terlalu manis tapi tetap berkesan.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang