Banyak yang menyalah artikan stres dan depresi dan menganggap keduanya sama, padahal dua hal ini sangat jauh berbeda.
Stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama. Stres bisa mendorong Anda untuk semakin bersemangat menghadapi tantangan, tapi juga bisa mematahkan semangat Anda. Ini karena setiap orang memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam menghadapi stres.
Ketika Anda dilanda stres, tubuh Anda membaca adanya serangan atau ancaman. Sebagai mekanisme perlindungan diri, tubuh akan memproduksi berbagai hormon dan zat-zat kimia seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin. Akibatnya, Anda akan merasakan dorongan energi dan peningkatan konsentrasi supaya Anda bisa merespon sumber tekanan secara efektif. Tubuh juga akan secara otomatis mematikan fungsi-fungsi tubuh yang sedang tidak diperlukan, misalnya pencernaan. Namun, apabila stres muncul pada saat-saat yang tidak diinginkan, darah akan mengalir ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik seperti kaki dan tangan sehingga fungsi otak menurun. Inilah sebabnya banyak orang yang justru sulit berpikir jernih saat diserang stres.
Berbeda dengan stres, depresi adalah sebuah penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya. Depresi bukan tanda ketidakbahagiaan atau cacat karakter. Depresi bukanlah keadaan yang wajar ditemui seperti stres atau panik. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat atau motivasi, terus-menerus merasa sedih dan gagal, dan mudah lelah. Kondisi ini bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih. Maka, orang yang menderita depresi biasanya jadi sulit menjalani kegiatan sehari-sehari seperti bekerja, makan, bersosialisasi, belajar, atau berkendara secara normal. Siapa pun bisa terserang depresi, terutama jika ada riwayat depresi dalam keluarga terdekat Anda. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terserang depresi daripada pria.
-Gejala stres-
Stres bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak usia sekolah. Perhatikan gejala-gejala depresi berikut ini untuk mencari tahu apakah Anda mengalami stres atau depresi.
•Sulit tidur.
•Gangguan daya ingat.
•Gangguan berkonsentrasi.
•Perubahan pola makan.
•Mudah marah dan tersinggung.
•Sering gugup atau gelisah.
•Merasa kewalahan dengan pekerjaan di sekolah atau kantor.
•Merasa takut tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.
-Gejala depresi-
Tanda-tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali menyerang. Berikut adalah berbagai gejala depresi yang biasanya terjadi.
•Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga.
•Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi.
•Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina.
•Sulit mengambil keputusan.
•Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya.
•Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya.
•Sulit berkonsentrasi.
•Sulit mengingat-ingat.
•Merasa bersalah, gagal, dan sendirian.
•Berpikiran negatif secara terus-menerus.
•Mudah kecewa, marah, dan tersinggung.
•Sulit menjalani kegiatan sehari-hari.
•Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati.
•Adanya pikiran untuk bunuh diri.
-Cara menangani depresi-
Jika ternyata Anda mengalami depresi, Anda harus segera mengambil tindakan. Depresi merupakan penyakit yang bisa disembuhkan kalau penanganannya tepat. Namun, depresi tidak bisa disembuhkan oleh Anda seorang diri. Anda membutuhkan bantuan orang lain. Cobalah untuk menjalani sesi konseling bersama psikolog atau psikiater. Anda juga mungkin akan dirujuk untuk menjalani berbagai terapi seperti Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dan psikoterapi.
Untuk membantu Anda mengatasi kegelisahan atau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut, pengobatan dengan antidepresan dan obat penenang bisa menjadi solusinya. Obat tidur juga mungkin ditawarkan bagi Anda yang mengalami insomnia atau sulit tidur. Ingatlah bahwa terserang depresi bukan kesalahan Anda, tapi Anda bisa melawannya. Ceritakan situasi Anda dengan jujur pada orang-orang terdekat Anda agar mereka bisa mendukung dan membantu Anda sembuh lebih cepat.
Cr. Hellosehat.com
KAMU SEDANG MEMBACA
Mental disorder
No FicciónIngin mengenal atau tahu lebih banyak soal penyakit atau gangguan mental manusia? . . Tulisan saya re-post dari berbagai sumber di internet. sumber saya cantumkan di akhir tulisan. semoga bermanfaat dan dapat memuaskan rasa keingin tahuan kalian :)