Author POV***
Sinar matahari mulai merayap di awan jakarta, suara burung mulai berkicau mengiringi sepasang mata yang mulai terbuka. Mata itu mengerjap ketika sinar matahari menusuk iris matanya, dia menguap hebat sambil merentangkan kedua tangannya ke udara.
Seorang gadis turun dari ranjang yang tidak terlalu besar, berbalut sprai merah muda bunga bunga itu tampak acak acakan saat gadis itu menggeliat.
Ting!
Suara notifikasi dari ponselnya mengganggu aktivitas menggeliat yang sedang ia lakukan. Ia bangun, meraba nakas dan dapatlah ponsel itu.
'selamat pagi! Yuk berangkat!'
Dia mengernyit, tak tahu apa maksud dari seseorang yang memberinya notifikasi di pagi hari.
'berangkat? Maksud Kaka?'
'turun deh'
'buat apa? Aku masih mau tidur'
'dasar donat! Ini udah siang, cepat mandi dan bersiap. Aku tunggu di bawah loh ya, jangan lama lama!'
'ha?! Di bawah? Kaka serius?!'
'udah cepat'
Gadis itu tak membalas, matanya masih bulat sempurna karena tak percaya. Ia tidak mau keluar, jika memang benar kakak kelas itu ada di rumahnya lalu melihatnya dengan keadaan seperti ini mau taruh di mana mukanya?.
25 menit dia bersiap siap untuk ke sekolah, setelah semuanya siap ia memandang dirinya di cermin sebentar. Kemudian mulai turun dan mengedarkan pandangannya.
"Kakak? Kok bisa--"
"Yaudah, yuk berangkat. Nanti aku jelasin di mobil" ajak anak laki laki itu.
"Tante, Fauzan sama salsa berangkat ya." Salamnya.
Tante Eriska mengangguk kemudian melambaikan tangannya, dia menatap wajah heran putrinya dengan seulas senyum penuh tanda tanya. Siapa yang tidak bingung di jemput kakak kelas yang baru di kenalnya kemari, segala macam pertanyaan memutari kepalanya.
"Kak, kakak hutang penjelasan sama aku" ujar salsa ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah.
Fauzan mengacak-acak rambut salsa gemas. "Iya-iya, kemarin waktu selesai rapat OSIS Kakak lihat-lihat biodata para siswa baru, eh ada nama kamu yaudah kakak buka, di sana ada alamat kamu jadi kakak mutusin buat berangkat bareng kamu" paparnya menatap lurus jalanan.
Salsa hanya ber-oh ria sambil memagut magutkan kepalanya tanda mengerti. Dia menoleh sebentar, pria satu ini aneh. Jabatannya sebagai ketua OSIS seharusnya tak luput dari berbagai kesibukan yang membuat mereka melupakan masalah pribadinya, tapi Fauzan berbeda. Dia justru asik bermain dan melupakan tugas sebagai OSIS yang seharusnya menyita banyak waktunya.
Selama perjalanan menuju sekolah salsa hanya memandangi jalanan yang tampak di guyur hujan, dia menoleh ketika sebuah getaran notifikasi berbunyi dari ponselnya.
"Tita?" Gumamnya membaca nama yang tertera di layar ponselnya.
'hari ini gue ga masuk, tolong bilangin si agung ya gue izin nyokap gue minta di temenin ke bandung'
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeatedly?
Подростковая литератураharuskah berulang kali kau memberi harapan kemudian menghancurkannya begitu saja? tolong lepaskan aku dari jeratan pesona mematikan mu itu. aku jengah dengan tingkah mu. pergi dan biarkan aku hidup. bisakah?