harus

41 6 15
                                    

Author POV

"***"

Siang yang cerah di Minggu ini. Hari weekend seperti ini biasanya akan lebih nikmat di habiskan dengan bermanja-manja di kasur, setelah penat berhari hari meninggalkan kasur di pagi hari dalam keadaan berantakan kadang membuat kita seperti bajingan. Meninggalkan di saat berantakan, ups!

Sudah tepat tengah hari, tapi kedua mata itu tak kunjung terbuka. Ayolah, sampai kapan kita harus menungguinya di sini?

"Salsa!!" Panggil seseorang dari balik pintu kamar seorang gadis yang masih terlelap itu.

Thanks God!

Akhirnya suara itu terdengar, mau tidak mau gadis itu bangun dan menguap sebentar. Ia berjalan gontai menuju pintu, kamarnya masih gelap karena tirai yang menutupi seluruh bagian kacanya terbuat dari bahan tebal jadi bisa menahan seterika apapun itu sinar matahari.

"Ya, mah?" Jawabnya malas.

"Kamu baru bangun? Mama kira kamu lagi ngerjain tugas!" Oceh Eriska geram.

Salsa menyenderkan tubuhnya di pintu kamar dengan mata yang setengah tertutup. "Hari Minggu, ma. Tugas Mulu"

"Yaudah cepetan mandi, tuh temen kamu udah ada yang nungguin di bawah"

"Siapa?" Tanyanya di batas kesadaran yang belum terkumpul sempurna.

"Bi-bian kalo ga salah, apa Bani ya? Ga tau mama bingung. Yaudah kamu cepetan keluar, kasian tuh dia lagi di interogasi sama papa" ucap Eriska kemudian berlalu.

Salsa tak menjawab, ia mencoba menyaring ucapan mamanya tadi dengan perlahan. Bian-Bani-introgasi-papa-Bian-bi..

"Bian!" Pekik salsa tersadar.

Salsa berjalan cepat menuruni anak tangga, mendahului mamanya yang baru menuruni beberapa anak tangga. Setelah turun, ia berbelok untuk ke ruang tamu. Benar saja, Bian sedang di introgasi oleh papanya. Seingatnya, pernah ada beberapa teman prianya yang mampir kerumahnya. Tapi bukan di sambut sebagai tamu melainkan di sambut seperti narapidana kasus pembunuhan, pengintrogasi-an yang menyiksa batin. Dan akhirnya teman prianya pun tak pernah mau lagi untuk berkunjung kerumahnya, bahkan beberapa dari mereka menjauhi salsa.

"Lo ngapain di sini?!" Teriak salsa menggema, membuat kedua orang itu menoleh bersamaan.

"***"

"Sorry ya, gue cuma bisa bawa Lo ke sini. Uang gue ga cukup banyak buat traktir Lo makanan berbintang" ucap Bian lembut.

Salsa masih memanyunkan bibirnya, bukan karena tempat yang di pijaknya sekarang. Melainkan mengetahui jika Bian dan papanya akrab, dan yang lebih parahnya lagi papanya menitipkan dirinya kepada Bian jika di sekolah.

"Papa percaya sama Bian. Pokoknya di sekolah nanti kamu jangan nakal nakal karna papa bakal titip kamu selama di sekolah dengan dia" kata Malik kemudian menepuk pelan bahu Bian.

Ngasih apaan sih dia sama papa sampe papa bisa akrab gitu sama ni anak? Batin salsa.

"Cuma di jadiin bahan mainan aja?" Tanya Bian.

Salsa mengerjap kemudian menunduk. Ia mengerang marah dan mulai memakan bakso yang tadi di pesannya.

"Lo kenapa?" Tanya Bian.

Repeatedly?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang