Tujuh

3.8K 551 249
                                    

Siapa yang sudah nggak sabar nunggu ilustrasi cakep?

Sori girls... sayangnya bukan ilustrasi Irdham atau Gavin

Mohon maaf, tapi nggak semua tokoh dapat jatah ilustrasi hehe... ^^v

Lanjut baca aja deh

_________________________________________________________________________________


Satu minggu berlalu sejak Abrar dan Savika resmi berpacaran. Meski di awal hubungan terkesan canggung, seiring berjalannya waktu dan makin sering mereka berinteraksi, perlahan mereka bisa bersikap normal layaknya pasangan.

Seperti saat ini, di jam istirahat kedua, Abrar menemani Savika di perpustakaan alih-alih ikut bermain basket bersama Gavin dan teman-temannya. Sesuatu yang bukan Abrar sekali sebenarnya. Sejak masuk SMA, kunjungan Abrar ke perpustakaan mungkin bisa dihitung dengan jari. Meski cukup jago di pelajaran eksak, nyatanya Abrar bukanlah seseorang yang gemar membaca, kecuali komik atau buku pelajaran yang banyak angka-angkanya.

Mulanya Abrar ikut membaca seperti Savika. Savika membaca ensiklopedia entah tentang apa, yang jelas bukunya tebal dan besar. Sedang Abrar meraih buku secara acak. Di awal membaca, Abrar merasa buku itu cukup menarik. Sebuah buku lama tentang seorang guru yang mengajar anak-anak bermasalah. Tapi suasana perpustakaan yang tenang ditambah kesejukan dari air conditioner mengalahkan minat Abrar. Tak perlu waktu lama sampai ia merasa matanya berat. Setelah menguap beberapa kali, Abrar meletakkan kepala di meja dan tanpa sadar tertidur.

 Setelah menguap beberapa kali, Abrar meletakkan kepala di meja dan tanpa sadar tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Savika bukan tidak menyadari kondisi pacarnya. Sejak Abrar menggosok-gosok matanya tanda mulai mengantuk, hingga menguap beberapa kali dan akhirnya tertidur, Savika diam-diam mengamatinya dari balik buku yang ia baca. Tersenyum geli melihat wajah lucu Abrar saat kesadarannya berangsur-angsur menghilang. Ketika napas Abrar mulai terdengar lembut dan teratur, Savika sudah benar-benar meninggalkan bacaannya.

Savika menatap lekat wajah tertidur Abrar. Matanya menelusuri satu per satu bagian wajah tampan berkulit kecokelatan akibat sering terpapar matahari itu. Sepasang alis kelam yang nyaris menyatu di pangkal hidung, bulu mata lebat dan panjang, hidung runcing, serta bibir berwarna merah agak gelap di bagian sisi. Semakin ditatap, Savika merasa sosok yang tertidur di sebelahnya itu semakin terlihat tampan.

Meski katanya Gavin-lah cowok paling tampan di sekolah, idola nomor satu para siswi. Namun di mata Savika, Abrar jauh lebih bersinar. Tak bisa dimungkiri, ia memuja sosok itu sejak pertama mereka bertemu. Seseorang yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih kencang untuk kali pertama, membuat perutnya tergelitik dengan cara yang menyenangkan, dan membuat pipinya bersemu hanya dengan tatapannya yang teduh.

Savika mendesah. Benarkah sosok tampan ini pacarnya? Bagaimana bisa Abrar menyukainya yang biasa-biasa saja ini? Apa yang disukai Abrar darinya? Sejak kapan Abrar mulai memperhatikannya? Ia bahkan baru masuk saat semester dua sudah berjalan hampir dua bulan.

April FoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang