Chapter 13

3 3 0
                                    

" Sesederhana aku mencintaimu "
[SikaAlexsiya]


Biarkan aku jadi sesuatu yang berarti untukmu tapi tidak sesaat...

Tania manggut-manggut, sesekali geleng-geleng kepala mendengarkan lagu favoritnya "Ada Aku Disini". Ia memejamkan mata untuk menghayati setiap lirik yang diiringi alunan nada yang menyentuh pendengaran.

Saat sedang asik menikmati musik kesukaannya, tiba-tiba ada tangan seseorang yang dengan keras menepuk bahunya. Tania yang belum siap dengan kehadiaran sentuhan itu, membuat ia kaget dan refleks lompat dari tempat duduknya. Kaki Tania yang belum siap sedia untuk melompat tergelincir.

"Manis juga kalau di pandang dari dekat."

Batin Rococo saat tak sengaja bertatapan sangat dekat dengan Tania.

Tania yang hampir jatuh telah ditahan tubuhnya oleh Coco. Kalau tidak ada dia mungkin Tania sudah terjun dan entah apa yang akan dirasakannya.
Sekian detik berlalu, Tania menyeimbangkan tubuhnya untuk berdiri, membuat adegan tatap saling tatap itu usai.

"Terimakasih ya."
ucap Tania.

"Santai aja kalik."

"Kamu sih ngagetin aja."

"Maap Tan , gitu aja marah-marah."

Tania pun hanya memberikan senyum termanisnya.

"Ternyata kamu berat juga ya."
ejek Coco.

"Pitnah kamu."

"Fakta."

"Tadi kan tangan kamu cuma nahan tubuh aku aja. Nah, sekarang kamu coba gendong aku. Aku jamin nggak berat deh."

"Males."

"Kamu sih nggak percayaan."

"Aku coba , sini!"

"Ngapain?"

Tanpa menjawab pertanyaan Tania yang seharusnya ia sendiri tau jawabannya apa, Coco meraih tubuh Tania dan digendongnya. Ia pun berputar-putar dengan posisi Tania masih dalam gendongannya.

"Kamu gila ya. Pusing tau."
cibir Tania.

"Biarin."

"Biar apa coba?"

"Biar pusinglah."

"Turunin Co!"

"Kalau aku nggak mau, gimana?"

"Kamu tadi bilang katanya aku berat, terus kenapa kamu betah gendong aku coba?"

"Nggak jadi berat, ternyata kamu sama kapas beda tipis."

"Rese kamu ya, turunin sekarang!"

pinta Tania sembari menjewer telinga Coco pelan.

"Iya iya jangkrik."

Ricoco pun menurunkan Tania dari gendongannya dengan hati-hati agar cewek itu tidak jatuh. Karena kalau dia jatuh, maka semua orang bakal ngumpul disini, sebab Tania bakal ngoceh dengan suaranya yang khas mirip telolet.

"Leiy..."
panggil Sika pada seseorang yang dikenalnya.

Yang dipanggil hanya melihat Sika sekilas sambil menganggukkan kepala.

"Beli buku apa?"
Tanya Sika.

Mereka saat ini sedang berada di dalam toko buku yang sama. Leiy menyodorkan buku yang akan dibelinya kepada Sika, agar Sika tau buku apa yang dia beli.

"Ini orang nggak bisa ngomong kalik ya. Dari tadi ditanya hanya pakai bahasa isyarat nggak jelas."
omel Sika dalam hati.

"Ini semuanya Rp 100.000 mbak."

"Sekalian sama ini aja."
ucap Leiy pada mbak mbak kasir sembari memberikan bukunya.

"Terimakasih ya."

Lagi-lagi Leiy hanya mengangguk menanggapi perkataan Sika.

"Anak orang apa anak es ? dingin amat perasaan. Ibunya waktu ngandung dia kayaknya nyidam es batu sekulkas deh. Heran sama sikapnya, omong aja jarang. Nggak bisa ngomong baru tau rasa."
batin Sika kesal.

Sika mengeluarkan payung dari dalam tasnya, pelan-pelan ia membuka ikatan payung agar bisa dipakai.

"Aku duluan ya."

Lagi-lagi anggukan yang diberikan cowok itu pada Sika.

Angin kencang disertai hujan yang lebat. Petir yang menggelegar tak kalah serunya dalam berirama. Sika yang beberapa langkah pergi menjauh dari Toko Buku yang dikunjunginya tadi, berhenti berjalan. Payung yang dipakainya untuk berteduh terkena terpaan angin kencang, membuat payung itu terbang, lepas dari gengaman dan menjauh dari Sika.

"Haduh gimana ini, nggak mungkin aku ngejar itu payung."
kata Sika kebinggungan.

Leiy yang melihat kejadian itu, kemudian berlari menghampiri Sika yang tengah berada di bawah guyuran hujan yang deras. Jaket yang Leiy kenakan ia lepas, lalu ia gunakan untuk menutupi tubuhnya dan Sika. Karena munculnya Leiy yang dadakan membuat Sika terkejut.

"Kamu belum pul..."

Sebelum selesai Sika berbicara, Leiy menyelanya.

"Kembali ke Toko, berteduh dulu ntar kalau udah reda baru pulang."

Sika kemudian menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

Leiy melihat Sika yang pucat karena menggigil kedinginan. Lalu ia menggosokkan telapak tangannya, kemudian Leiy tempelkan ke pipi Sika.

"Hangat?"

"Nggak nyangka, es batu ini so sweet juga."
batin Sika.

"Iya, terimakasih Leiy."

Leiy berulang-ulang kali melakukan itu untuk membuat Sika sedikit lebih hangat.

Setelah hujan reda Leiy mengantar Sika pulang. Di atas jok king merah kesayangan Leiy, Sika memeluk tubuh Leiy dari belakang lalu menerobos memecah jalanan.

Walau airnya yang membuat sakit, tapi didalamnya ada kisah yang berarti. Walau cuacanya menakutkan tapi didalamnya ada kisah yang sulit dilupakan. Aku menyukaimu hujan.
-SikaAlexsiya-

Ada yang nungguin cerita ini lanjut nggak ya?
Komen di bawah dong.
Votenya jangan lupa.
Terimakasih.

COMFORTABLE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang