Wake Up, Please.

294 46 14
                                    

Author's Note: haloo~ kalian bosen ga sih aku update mulu? Maaf ya huhu, ini mumpung senggang. Soalnya tggl 10 aku udah uas terkakhir horee✋🏻🤩 jadi gini guys. Menurutku jangan ada yang sedih2 ya baca part ini, kenapa? Ini ga ada fell sedihnya. Kasian naya kalo kalian sedih. Di part ini tu malah kayak membangun chemistry Sean-Naya jadi lebih kuat. Hehehe. Sambil play mulmed sabi tuu beb~ Selamat membaca!💖

☁️☁️☁️
.
.

Pagi ini Naya bersemangat sekali. Dalam bayangannya, dua kakak beradik itu masih berada dalam gulungan selimutnya, saling memeluk satu sama lain. Ah, Naya sudah tidak sabar menghampiri mereka. Maka dari itu Naya terbangun lebih pagi menyiapkan sarapan untuk dibawa ke rumah sakit. Ditambah Quiesha dan Sean sangat menyukai omelette buatan Naya dan nasi putih. Hm, Naya kemudian berpikir dia harus melebihkannya, karena bisa saja Petra ada disana.

Senyum itu masih tak luntur diwajahnya, bahkan disaat kini dirinya tengah memakai riasan di depan cermin. Memilih pakaian yang cocok, menyemprotkan beberapa kali Jo Malone's Wood Sage and Sea Salt favoritenya. Ngomong- ngomong soal parfum favorit, sebelumnya Naya adalah penggemar Peony Blush and Blue Suede nya Jo Malone, namun dia punya kenangan buruk dan kemudian menggantinya dengan bau parfum yang sama dengan Sean.

"Selamat pagi Mam, Selamat pagi Pap." Sapanya dengan wajah yang lebih cerah saat melihat kedua orang tuanya sedang menyantap sarapan mereka di meja makan.

"Pagi sayang. Duh cerah banget kayaknya hari ini, sampe bawa bekel segala." Jawab mami.

Kemudian Naya menghampiri kedua orang tuanya untuk memberi kecupan selamat pagi.

"Hehehe iya mam, buat Quiesha sama Sean kok."

"Besok-besok kamu ajak mereka kesini ya. Papi kangen ngobrol sama menantu papi itu." Ucap papi Naya tiba-tiba, yang membuat gadis itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Quiesha sama Sean sehat kan Nay?"

"Sehat kok ma,"

"Perasaan mama sedikit ga enak gitu, tiba-tiba keinget mereka berdua. Kayak ngerasa mereka ada sesuatu." Jelas Fia, mami Naya. Gadis itu mengkerutkan keningnya, karena kemarin dirinya dan duo kakak beradik itu masih bertemu dan berbicara satu sama lain.

"Mereka kemarin masih baik-baik aja kok. Kayaknya Sean sama Quiesha juga udah baikan, makanya aku mau bawain sarapan buat mereka."

"Waktu papi ketemu Abraham (papa Sean), dia bilang dia pengen bawa Quiesha kesana tapi engga dibolehin Sean. bener Nay?"

Naya mengangguk."Iya pi, Sean masih takut Quiesha ngeliat Daffa. Sekarang aja masih suka engga stabil, apalagi kalo ketemu Daffa. Ditambah lagi dia masih sama, ditempat tidur, Sean takut kalau suatu saat nanti Daffa beneran pergi Quiesha jauh lebih terpukul karena udah diberi harapan. Sean ga mau itu kejadian, makanya dia mencoba ngejauhin dulu. dan jika seandainya Daffa kebangun, juga ada kemungkinan Daffa amnesia kan?"

"Sean bisa mikir sampai sejauh itu ya Nay?" Tanya Fia.

"Iya ma, itu yang bikin aku engga bisa cari yang lain selain dia. Apa yang dilakukannya bukan tanpa alasan, dia orang yang bertanggung jawab. Dia bukan orang yang suka membagi bebannya ke orang selama dia bisa." Jawab Naya bangga.

"Oh iya Nay, Sean sering ngereject telfon Ambar sama Abraham, tolong kamu bilangin dia ya. Bantu kasih pengertian, papi rasa hubungan mereka sedikit renggang karena kemarin Ambar maksa Sean lagi agar mereka semua pindah." Tambah papi.

"siap papi. Hehe, kalo gitu Nay pamit ya? Dadah ma, pa."

☁☁☁

Kemacetan Jakarta bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sudah hampir satu jam Naya terkepung ditengah padatnya jalanan ibukota. Bahkan Naya masih sempat merapikan riasan saking lamanya menunggu. Tapi lebih baik jika Membayangkan akan menikmati sarapan bersama dengan gelak tawa dan lelucon garing Petra. pasti akan sangat menyenangkan.

Baby,Good Night! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang