Yura

2 0 0
                                    

"Gue benci sama lo! " teriak  Yura marah. Kemudian dia berlari meninggalkan dua insan yang masih terdiam kaku di tempatnya.

Sepertinya tuhan merasakan apa yang Yura rasakan karna hujan turun dengan derasnya malam ini. Yura terduduk di bawah guyuran hujan dengan air mata yang terus turun sama derasnya. Dadanya terasa sesak. Marah dan kecewa bercampur menjadi satu. Kisah cinta yang ia bina selama satu tahun terakhir ini hancur dengan sekejap. Sahabat yang paling ia percayai dengan mudah menusuknya dari belakang. Sunguh hebat akting mereka.

"Gue benci sama lo berdua! " teriak Yura yang teredam suara hujan. "Gue benci Jerik! gue benci Meli! " Yura memukuli aspal di bawahnya dengan membabi buta.

****

Burung berkicau dengan merdunya di luar jendela kamar Yura. Yura mengeliat kecil ketika sinar matahari meruak masuk celah celah jendela kamarnya dan menyubit kulitnya kecil.

Setelah kesadaraan terisi penuh, Yura melirik jam di ponselnya. Betapa terkejutnya ketika melihat angka 8 di layar ponselnya. Yura segera bersiap siap ke sekolah. Padahal dia bisa saja ijin kepada wali kelas dengan alasan sakit.

Setelah berkutata di kamarnya selama setengah jam. Yura menuruni anak tangga dengan cepat, dia sudah sangat telat saat ini.

"Yura, " panggil Dita dari dapur. Dita memandang Yura bingung, dia pikir Yura tak akan berangkat kesekolah untuk menenangkan diri.

"Kenapa si ma? " Yura sesekali melirik jamnya yang terus menambah detik. Menandakan dia sudah benar benar tidak ada waktu sekarang.

"Kamu mau berangkat sekolah? "

Yura yang mendapat pertanyaan itu berdecak kesal. Emang mamanya mau anaknya terus terusan nangis di kamar dan depresi?

"Yura mau mulung, bantu bantu papa cari uang. " Jelas Yura.

Dita membulatkan mata terkejut. "Kamu mau mul...."

"Ya ngak lah ma. Yura mau sekolah biar pinter banggain mama papa. Yura ngak mau karna putus cinta Yura jadi depresi, gila, dan ngak punya masa depan. Yura ngak bodoh dan masih punya akal pikiran. Jadi mama ngak usah sampai begitunya, Yura pamit, " Yura segera berlari meninggalkan Dita yang tersenyum lebar.

****

Sesampainya di depan gerbang SMA Terate. Ternyata gerbang belum di kunci oleh pak satpam, mungkin dia lupa, dan itu kesempatan bagus untuk Yura agar bisa masuk.

Yura segera masuk dan menutup gerbangnya kembali. Yura menengok kekanan kekiri untuk memastikan dirinya tidak ketahuan. Setelah dirasa situasinya aman, Yura segera berlari ke kelasnya. Tapi di koridor dia tak sengaja menabrak bahu seseorang.

"Eng...Gue minta maaf, " panik Yura sambik menyatukan kedua tangannya. "Gue ngak ada waktu, " Yura kemudian berlari meninggalkan orang yang di tabrak bahunya tadi.

Sementara orang itu memandang tubuh mungil Yura yang sedang berlari kecil sambil tersenyum.

****

Tok tok tok

Seisi kelas memandang ke arah suara berasal. Disana terdapat Yura yang sedang membungkuk dengan tangan yang bertumpu pada lutut seperti sedang mengatur napas.

"Kamu dari mana Yura? " Bu Tati yang sedang mengajarpun menghampiri Yura.

Yura menegakkan tubuhnya lalu mencium punggung tangan bu Tati. Yura mengaruk kepalanya yang tak gatal kemudian tersenyum.

"Tadi Yura nganterin temen Yura ke UKS bu, jadi Yura telat. " Jawab Yura sambil cengegesan.

Bu Tuti mengerutkan kening bingung. Dia seperti tidak percaya dengan alasna Yura barusan. Tak mungkin mengantarkan orang ke UKS memakan waktu dua jam lamanya. Tak masuk akal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang