Jingga

127 2 0
                                    

aku menghempaskan tubuhku di atas pasir putih. air laut mulai pasang.perahu-perahu nelayan yang tertambat pada pokok-pokok nyiur di tepi pantai,bergoyang-goyang tak karuan.

"ren,kamu masih disini.? "seseorang membuatku terkejut.aku menoleh sebentar ke belakang,lalu kembali memandangi hamparan awan yg berarak menuju ufuk barat yang berwarna jingga."sebentar lagi rena pulang.rena msh ingin di sini wak".

"iya,tapi jangan sampai terlalu malam.uwak khawatir kalau terjadi apa-apa sama kamu"jawab pria paruh baya itu sambil menutupi perahunya dengan terpal.beliau adalah kakak tertua dari almarhum  ibuku.istrinya meninggal akibat penyakit kangker rahim,sekitar 7tahun yang lalu,tanpa memberikan seorang keturunanpun pada beliau.Dari beliau aku belajar tentang kesetiaan.bahwa akan ada hari selain hari ini,akan ada kehidupan selain di dunia ini ,yang kelak lebih baik. sejak kepergian istrinya,beliau tak sedikitpun memikirkan untuk menikah dan memiliki keturunan.hidup beliau di abdikan untuk laut.memancing ikan,menjual hasil pancingan,dan memenuhi keperluan anak-anak yang tidak mampu di kampung kami.beliau figur yang sangat luar biasa.aku memandangi punggung lelaki luar biasa itu yang perlahan mulai menjauh.ah,seandainya saja,aku mendapatkan sosok seperti itu untuk menjadi pendampingku, bahagia rasanya.tapi sayang,kehidupanku dikota dikelilingi laki-laki pecundang,yang lebih mementingkan birahi mereka.

Aku betah berada disini,di tepi pantai yang pernah menjadi saksi kehidupanku yang penuh keceriaan.berlari bersama sahabat-sahabatku,dengan bertelanjang kaki,merasakan kasarnya pasir,kerasnya batu,dan hangatnya air laut.berteriak lepas,tertawa,bernyanyi dengan suara-suara yang sangat tidak merdu,seolah hari tak akan pernah berganti,seolah pundak-pundak kami tak akan pernah memikul masalah.aku ingat wajah-wajah polos mereka..Nurmi,isha,lina,anin,dan...RIVA'I.

sekarang semua telah berubah.berpuluh tahun lalu,ketika kami msh kanak-kanak kami tak pernah meramalkan kehidupan kami akan seperti apa.kami berjanji akan selalu jadi sahabat.tapi takdir tak mampu kami atur.

Nurmi,sekarang dia sibuk mengurusi 4 putranya,dan berjualan nasi kuning di pagi hari untuk menambah penghasilan suaminya yang cuma seorang nelayan.setiap bertemu denganku,dia selalu mengeluh tentang apa saja.si sulung yang uang sekolahnya menunggaklah,si nomor dua yang sakit-sakitanlah,si adek yang nakalnya minta ampunlah atau si bungsu yang masih berusia 3bln tapi tidak lagi mendapat asi karena asi nurmi tidak keluar lagi dan tidak  bisa di kasih susu formula karena kurangnya biaya.kasihan sekali.sedangkan Isha,6tahun lalu rumahnya terbakar,bapaknya sedang melaut, dia berhasil meloloskan diri dari kebakaran itu meski luka bakar di bagian tubuh dan wajahnya cukup parah,sayang ibunya tidak bisa diselamatkan. karena kejadiannya terlalu cepat.musibah itu meninggalkan bekas yang mendalam bagi isha,bukan hanya luka fisik tapi juga luka batin sehingga dia tak mau bergaul dengan siapapun dan mengurung diri entah sampai kapan.lain dengan Lina,waktu kecil,dia yang paling periang.dia menikah dengan seorang pria konglomerat dari kota,wajar karena di antara kami, Linalah yang paling cantik.berkulit putih mulus,berhidung mancung,tinggi,ramping berambut panjang hitam dan indah.banyak yang bilang kalau wajahnya seperti artis-artis di TV.tapi nasibnya tak seindah wajahnya.orang yang menikahinya adalah pria biadap yang berhidung belang.Lina di jadikan istri ke-3.awalnya disayang dan di penuhi semua kebutuhannya,tapi setelah usaha kondominiumnya anjlok,dia tak lagi peduli pada istri-istrinya kecuali istri pertama yang memiliki banyak aset.bahkan ketika lina menuntut nafkah darinya,yang didapat hanyalah kekerasan.lina pasrah dan kembali ke kampung,menikah dengan seorang penjual daging ayam di pasar,dan menjalani hari-harinya bersama bau dan darah ayam membantu suaminya.Anin..kasihan,dia pamit ke kota pada orangtuanya tapi sampai detik ini tidak pernah pulang bahkan tidak ada kabar sama sekali.orangtuanya sudah mencarinya kemana-mana tapi tak ada sedikit pun informasi tentang keberadaannya.aku sendiri sudah coba membantu tapi nihil.semoga saja suatu saat kami akan mendapat kabar baik atau buruk kami sudah siap.yang terakhir,riva'i ..satu-satunya cowok di kelompok kami.entah kenapa dia begitu nyaman bergaul dengan kami.meskipun banyak yang mengolok-oloknya karena bermain dengan perempuan.tapi dia tak peduli .

"aku di takdirkan untuk menjadi penjaga bagi para bidadari",itu kata-kata yang dia ucapkan ketika kami duduk di bangku smp dan aku bertanya kenapa dia tidak bergaul dengan anak laki-laki saja.

banyak hal yang tak mampu aku ceritakan tentang dia.terlalu banyak kenangan yang tak ingin aku hapus..semua seperti jingga yang selalu hadir menjemput gelap.seperti jingga yang menyala di sore hari. seperti jingga yang seketika pudar saat matahari meredup.

RIVA'ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang