19

143 7 0
                                    

-BAGIAN SEMBILAN BELAS-

"Percayalah saat ini aku telah menemukan ketenangan di dalam tatap matamu."
________________________

Pikir Kania setelah kejadian itu dia masih memiliki waktu untuk bebas, tapi kenyataan tidak seperti keinginannya. Fakih pulang jauh hari dari jadwal kepulangan yang seharusnya dan membuat peraturan yang lebih ketat untuk Kania, membuatnya seperti seorang putri kerajaan yang harus selalu berada di dalam istana.

Satu hal yang Kania benci dari Fakih, dia selalu saja mengambil keputusan secara sepihak tanpa mau memikirkan pendapat orang lain.

Kania berjalan menyusuri koridor dengan wajah kusut akibat mengingat peraturan-peraturan baru yang Fakih buat untuknya. Jika terus seperti ini, dia yakin Fakih pasti akan memberinya bodyguard yang mengekor kemana saja dia pergi. Padahal masalah utamanya hanyalah menjaga hati, bukan menjaga keselamatan. Kenapa harus serepot ini?

"Oy! Gimana rasanya nginep sendiri di hutan?" Tegur Yoga yang berhasil membuat wajah Kania tambah kusut.

Kania menendang kaki Yoga, lalu menatapnya dengan tatapan maut. "Buset deh, lo lagi dapet ya?" Cibir Yoga terkekeh.

"Lo tuh... apaan sih Ga! Bikin bete!" Seru Kania kembali berjalan tanpa menghiraukan Yoga lagi.

Selang seper sekian detik Kania menghindar dari gangguan Yoga, kini sebuah lengah tiba-tiba melingkari lehernya yang kembali membuat langkah Kania terhenti. Harum parfum yang sangat Kania kenali itu menyerubung indra penciumannya, membuat jantung Kania mulai bergerak tak normal. Dia hanya berharap, semoga Mylan tidak membuat jantungnya melemah.

"Halah Lan nempel mulu... diresmiinnya kapan? Lo mah jago ngebaperin aja, kasih kepastiannya kapan? Giliran Nia dibawa Salman, lo gak jelas sendiri," Cibir Arka menarik Kania menjauh dari Mylan.

"Bacot lo!" Seru Mylan berjalan meninggalkan teman-temannya, termasuk Kania.

"Eh! Tungguin gue!" Kania berlari mengekori Mylan dari belakang. entah kenapa dia jadi ingin berjala bersama lelaki itu lagi, tanpa mempedulikan tatapan para siswa yang sejak tadi memperhatikan mereka.

Menyadari kehadiran Kania yang mengekorinya, langkah Mylan pun berhenti dengan tiba-tiba hingga membuat perempuan itu menabrak tubuhnya.

"Aduh Lan, jangan–" cibiran Kania tak terselesaikan, sebab lengannya sudah tertarik mendekat kepada Mylan.

"Kalau mau jalan bareng itu di samping, bukan di belakang kayak bebek nyebrang jalan," ketus Mylan menggandeng lengan Kania untuk melanjutkan langkah mereka, membuat ketiga lelaki di belakang mereka terkekeh.

"Lan, layangan kalau keseringan lo tarik ulur itu gampang putus lho!" Seru Gio diikuti kekehan Yoga dan Arka yang membuat pipi Kania dipenuhi semu. Namun sepertinya Mylan masih tidak menanggapi ucapan-ucapan itu, dia masih saja bertahan pada keegoisannya untuk meredam perasaan yang dirasakan.

Mereka tetap berjalan dalam diam, mendengarkan godaan demi godaan yang dilontarkan oleh ketiga teman Mylan. Lain halnya dengan Mylan yang masih bisa bersikap cuek dan tidak peduli terhadap godaan itu, Kania justru merasa pipinya kian memanas mendengarkannya. Seakan tidak mampu lagi berlama-lamaan di samping Mylan, dia pun memutuskan untuk mengambil jalan memutar.

Namun belum sempat perempuan itu menjauh, Mylan terlebih dahulu mencekal lengan Kania "Nanti istirahat, cari gue di perpustakaan," ucapnya diikuti dengan lepasnya cekalan itu.

"Tuh anak juga sama kayak yang di rumah. Ngasih perintah sesuka hati!" Gumam Kania sebal.

~♥~♡~♥~

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang