MUG 15

291 61 18
                                    

"Hai pemalas ayo bangun!"

Seorang pria paruh baya dengan rambut yang hampir semuanya memutih. Berjalan masuk ke dalam sebuah kamar. Kemudian duduk di pinggir tempat tidur. Menggoyang seseorang yang masih meringkuk dengan selimut di sana.

"Om aku masih ngantuk." Sahut sosok dalam selimut yang tidak lain adalah Jimmy.

Selama di Jepang ia tinggal bersama Om Tama, teman dari ayahnya.

"Bangun, hari ini kita berangkat ke Paris." Ucapnya.

Dengan segera Jimmy duduk dan menatap penuh harap. "Bener?" Tanyanya senang.

"Tentu saja enggak. Hahahaha," kata Tama malah terkekeh melihat reaksi cepat dari Jimmy. "Bangunlah, kita lihat sejauh mana pembangunan restoran ayah kamu hari ini."

Jimmy mendengus kesal, karena berhasil di tipu oleh paman Tama. Ia benar-benar rindu Nasya. Beberapa bulan tak bertemu sang kekasih cukup menyiksanya. Apalagi Nasya jarang menghubungi Jimmy.

"Gadis itu, tega banget ia bahkan tak menghubungiku." Gerutunya.

"Mungkin masih penyesuaian, atau padat dengan kerjaan di sana. Ayo bangun, kita sarapan."

***

Kinan terbangun, menatap seseorang di sampingnya yang tertidur. Ia mengacak rambutnya marah pada dirinya sendiri. Harusnya ia tak berbuat sejahat ini pada Micha. Apalagi gadis itu tak tau apapun, melihat Micha yang tertidur karena kelelahan, dan matanya yang bengkak karena menangis. Membuatnya benar-benar merasa bersalah. Tapi itu sudah terlambat kan?

Yogi …. Geramnya..

**"

Nasya baru saja selesai belajar bahasa Perancis. Yogi sengaja memanggil guru untuk mengajar di rumahnya. Karena akan aneh jika dalam tiga tahun bekerja, Nasya sama sekali tak bisa berbahasa Perancis.

Ia segera mengambil tas miliknya dan berjalan ke luar rumah. Seperti biasa ia akan menjemput Gina. Belum sampai keluar ia berpapasan dengan Yogi.

"Kamu sudah pulang?" Tanyanya.

Yogi tersenyum dan mengangguk. "Ayo kita jemput Gina sama-sama."

Nasya mengangguk, ia senang melihat banyak perubahan pada Yogi. Ia sering pulang cepat, dan lebih perhatian pada Gina. Tanpa Nasya ketahui alasan sebenarnya Yogi berubah adalah karena dirinya. Mereka berjalan berdua dan segera naik ke mobil yang segera melaju menuju sekolah Gina.

"Gimana kalau kita makan siang di luar?" tawar Yogi.

Nasya mengangguk, "Gina pasti akan senang."

Sementara Nasya dan Yogi dalam perjalan menjemput Gina. Gadis kecil itu kini sedang duduk di taman bersama Darel dan wali kelas Gina. Darel juga sedang menunggu jemputan. Mereka sibuk mengunyah Snack yang dibawa dari rumah.

"Darel kamu tau gak ... Ibu aku sadar dan sehat sekarang." Ucap Gina memberitahu.

"Wah bagus dong," sahut anak laki-laki itu Mengangguk sambil mengunyah membuat pipi merahnya terangkat bagai kelinci kecil. "Kamu harus baik ke ibu kamu atau dia nanti akan pergi jauh lagi."

"Emang gitu?" Tanya Gina cemas.

"Iya, kata papa aku orang yang sakit enggak boleh di buat kesal atau nanti akan pergi jauh. Aku takut papa pergi sama seperti mama, jadi aku selalu berbuat baik ke papa," jelas darell.

Ibu guru yg duduk di samping kedua anak itu tersenyum mendengar percakapan kedua anak muridnya itu. "Walaupun orang tua kalian enggak sakit, kalian harus tetap berbuat baik." Tatapan guru beralih ke arah gerbang sekolah. "Gina ... Itu papa sama mama kamu."

Mama Untuk Gina| Min Yoongi (M)(✔) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang