Zella duduk termenung diruang makan. Pria yang telah menjadi suaminya sejak 15 jam lalu belum juga keluar dari kamarnya. Zella ragu Raj –suaminya—mengurung diri di kamar karena tidak mau menemuinya.
Raj tidak pernah mau menikah dengan Zella, gadis culun berkacamata dengan rambut dikepang dua dan gigi berkawat. Sebagai seorang pria yang sudah berumur 35 tahun, sudah mapan dan juga tampan, Raj tentu saja berkeinginan untuk mencari pendamping yang selevel, bukan dengan Zella, gadis kecil yang masih berumur 19 tahun.
Semua pernikahan itu hanya demi menuruti keinginan mama Raj yang mengidap tumor ganas. Dia ingin segera memiliki menantu, tapi Raj belum bisa menghadirkan calon yang ia mau. Mama Zella adalah sahabat lama mama Raj. Dan atas perkenalan itu, mama Raj menjodohkan Zella meski awalnya ditolak oleh Raj.
Namun ancaman mamanya yang bila Raj tidak mau maka sakitnya akan semakin parah, maka dengan setengah hati Raj menuruti ucapan mamanya.
Disinilah Zella sekarang. Diruang makan sunyi dan dingin menusuk tulang. Mereka sekarang berada di villa milik keluarga Raj yang letaknya ada dipuncak gunung. Villa khusus yang diberikan mama Raj untuk menantunya nanti. Untuk berbulan madu.
Raj tidak kunjung keluar. Zella mulai tidak tenang. Bukankah seharusnya suaminya itu sarapan? Zella sudah menyiapkan sarapan sejak tadi. Ia bahkan rela bangun sepagi hanya untuk menyiapkan sarapan.
Cklek
Pintu kamar Raj terbuka –hanya kamar Raj, bukan kamar Raj dengan Zella. Zella sontak berdiri dan mengembangkan senyum kepada Raj.
“Selamat pagi ma…mm..” Zella celigukan tak meneruskan ucapannya. Ia salah tingkah sendiri. Sedangkan Raj? Pria itu hanya diam cuek dan segera meraih kunci mobil.
“Ma..mas mau kemana?” tanya Zella bingung.
“Nyari sarapan.” Jawab Raj singkat sambil berlalu. Zella mengejar Raj.
“Aku udah buatin sarapan buat kamu.” Ucap Zella sambil memegang tangan kiri Raj. Raj berbalik, menatap Zella nanar lalu mengalihkan pandangannya ke meja makan.
“Hhh! Makan aja sendiri. Saya tidak mau makan masakan kamu.” Ketus Raj sambil tersenyum sinis. Ia mengibaskan tangan Zella dan segera pergi.
Zella hanya menggigit bibir, tak berani menjawab ucapan Raj. Air matanya ia tahan sebisa mungkin.
“Sabar Zell, dia hanya belum bisa nerima kamu. Suatu saat nanti semuanya akan baik-baik saja.” Batin Zella dengan nada berharap.
****
PT. Churya TbkRaj menatap layar computer sedang fikirannya tengah melayang kemana-mana. Jiwanya masih tertekan dengan pernikahan itu. Juga dengan Sinta, mantan kekasihnya yang ia putuskan hanya untuk pernikahan itu.
“Argh!” Raj mengacak rambutnya dengan kasar. Ia meraih ponselnya, hendak menghubungi Sinta. Namun dilayar ponselnya terlihat Sinta telah mengirim sebuah sms untuknya.
'Jangan hubungi aku lagi. Demi kamu dan mama kamu yang tidak pernah mau nerima aku. Juga demi istri kamu dan kehidupan rumah tangga kalian.'
Raj mengulang-ulang membaca sms itu. ia berharap ada guratan gurauan disana. Tapi ternyata sama! Isinya mengatakan hal dan makna yang sama! Raj membanting ponselnya kasar. Lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.
Setetes air matanya jatuh. Sinta, ia sangat mencintai Sinta. Ia tidak ingin kehilangan gadis itu. tapi apa daya, semuanya sudah berakhir. Tidak ada yang bisa dipertahankan antara dia dengan Sinta.
“Andai ma, andai mama tau. Kebahagiaanku hanya ada pada Sinta. Bukan gadis culun itu!” gertak Raj dalam hati.
Sampai saat ini Raj tidak tau kenapa mamanya tidak suka pada Sinta, bahkan menolaknya terang-terangan. Setiap Raj meminta penjelasan, mamanya selalu mengalihkan pembicaraan. Baik Raj maupun Sinta sama-sama tak mengerti apa sebabnya. Sampai akhirnya badai itu datang. Raj dijodohkan dengan Zella.
Tok tok tok
“Masuk.” Jawab Raj sambil mengusap air matanya. Ia mengambil tissue dan memperbaiki posisi duduknya.
“Raj?” suara lembut itu…
Raj segera menoleh.
“Sinta!” lirih Raj dengan nada tidak percaya. Dan astaga! Apa itu? apa yang dipakai Sinta? Rok pendek diatas lutut dan t-shirt yang bahkan tidak menutupi pusarnya. Benarkah itu Sinta? Raj mengusap wajahnya untuk menyadarkan dirinya.
“Raj, aku merindukanmu.” Ucap Sinta dengan nada yang sengaja dilembut-lembutkan.
Raj mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Sinta kamu…”
“Raj…”
Sinta mendekati Raj dan duduk dimeja dihadapan Raj.“Apa..apa yang kamu pakai itu?” tanya Raj masih setengah sadar. Sinta menatap Raj dengan sendu, dan menggoda.
“Untukmu, semua ini untukmu. Miliki aku Raj, aku masih mencintaimu.”
Raj menarik nafas dalam. Sungguh, ia tidak memiliki daya untuk menolak Sinta. Tapi dia, sudah beristri kan? Dan barusaja ia membuka pesan dari Sinta supaya Raj menjauhinya. Tapi…“Aku tau. Kamu sudah membaca pesanku kan?” tanya Sinta sambil memposisikan tubuhnya sesexy mungkin. Raj menelan salivanya kasar.
“Tapi aku tidak bisa melakukan semua itu. Aku mencintaimu, selamanya.”
Sinta mendekatkan wajahnya ke wajah Raj. Nafasnya menyapu seluruh wajah Raj yang pucat pasi. Raj masih tak bisa bereaksi, tubuhnya melemas tanpa daya. Jari kanan Sinta membuka sedikit bibir Raj yang terkatup rapat. Lalu ia menempelkan bibirnya sendiri ke bibir Raj yang setengah terbuka.
Krekk!
“Mas ini aku …” Zella menghentikan langkahnya tiba-tiba. Rantang berisi makanan yang ia bawa terjatuh begitu saja.
Sementara Sinta dan Raj saling menjauh dengan terkejut. Wajah Sinta pucat pasi, Rajpun begitu. Mereka memandang Zella dengan tatapan yang sulit diartikan.
Wajah Zella memucat. Ia tidak kuat lagi berada disini.
Tanpa babibu lagi Zella segera berlari. Air matanya sudah jatuh membanjiri pipi putihnya.“Zella..!” teriak Raj berusaha mengejar. Namun dengan cepat tangannya dicekal oleh Sinta.
“Sayang, apakah kamu akan mengejarnya dan membiarkanku disini?” tanyanya dengan menggoda. Raj menatap Sinta, tapi hatinya kini berkecamuk memikirkan Zella. Tentu saja, Zella sudah sah menjadi istrinya walaupun ia belum bisa menerimanya.
“Maaf Sinta, dia sudah menjadi istriku.” Ucap Raj. Ia melepaskan pegangan Sinta dan berlari mengejar Zella. Sementara Sinta hanya terpaku dengan mata yang berkaca-kaca.
Sorry untuk semua kekurangan nya.
Next or not?