11 : Menemani

5.2K 506 28
                                    

Authoren: Ehem... ini... siapa yang mau cerita nih?
Naora: ....
Daffa: ....
Authoren: lah lu pada diem-diem aje terus siapa yang cerita?
Naora: ....
Daffa: ....
Authoren: Allahuakbar *tepok jidat* *mulai nulis*

******

11

○ Menemani ○

○ Menemani ○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-:-:-:-:-:-

Author's POV


Sesampainya di kantin rumah sakit yang sepi, hanya ada 2 orang yang duduk di pojok kantin sambil mengobrol pelan. Delima langsung menuju ke arah kasir untuk memesan sesuatu.

Dia menoleh ke arah Daffa, hendak menanyakan pesanannya tapi langsung dia urungkan ketika melihat Daffa yang sudah fokus menatap ke jendela yang mengarah ke taman belakang rumah sakit.

Delima menghela napasnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Bener-bener bisa bunuh diri kayaknya Daffa kalo gak ditemenin malem ini, ucapnya dalam hati.

"Kopi susunya dua ya, mbak," ucapnya pada mbak-mbak kasir yang dengan sigap langsung membuatkan pesanannya.

Kopi susu instan itu pun gak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tangan Delima. Delima membayar dengan sejumlah uang dan memasukkan kembalian ke dalam tasnya. Setelah mengucapkan terima kasih, dia membawa dua cup kertas kopi susu yang dipesannya ke tempat Daffa duduk.

Suara deheman pelannya baru membuat Daffa mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Eh, thank you," ucap Daffa sambil mendekatkan gelas kopinya ke arahnya.

"Ngeliatin apa sih di luar sampe serius banget? Kuntilanak?" ledek Delima yang disambut dengan tawa pelan dan singkat dari pria yang banyak pikiran aja masih ganteng begini yang sedang duduk di hadapannya.

"Gak ada," jawabnya pelan lalu menyesap kopinya.

Delima memperhatikan Daffa dengan lebih seksama. Saat di parkiran dengan cahaya remang-remang aja Delima bisa tahu kalau Daffa lagi punya banyak pikiran dan jelas pikiran itu begitu berat sampai-sampai kerutan di keningnya begitu banyak.

Dan sekarang, di kantin yang terang benderang ini semuanya semakin terlihat jelas.

Wajahnya yang loyo, matanya yang bengkak dan terlihat sangat lelah, serta kerutan di keningnya semakin meyakinkan bahwa pria di hadapannya sedang mengalami suatu masalah yang sangat serius.

Delima meminum kopinya, sambil menunggu Daffa mengeluarkan kata-kata. Tapi, udah dua kali dia meminum kopinya yang masih panas itu, Daffa masih diam. Bahkan mungkin sekarang Daffa lupa kalau di depannya ada seseorang.

The Journey In Our ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang