"Tentu saja, this is not your imagination, my girl" ucap dokter Fikri sambil mengeratkan pelukannya
Bahkan Nadine juga tidak sadar bahwa ia ikut membalas pelukan dokter Fikri
-----
Hani melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotelnya, tubuhnya terasa jauh lebih baik sekarang. Mungkin begitu juga dengan hatinya, ya mungkin saja. Hani baru menyadari perasaannya terhadap Reyhan hanya sebatas kagum dan tidak lebih. Hani akan mencoba untuk melupakan perasaannya kepada Reyhan agar tidak tumbuh menjadi rasa yang jauh lebih besar.
Kaki Hani terus berjalan hingga membawanya keluar dari hotel. Pemandangan pertama kali yang Hani temui cukup membuat rasa ingin taunya memuncak.
Disana berdiri Alvaro yang sedang menatap ke depan dengan pandangan kosong. Entah apa yang dipikirkan oleh Alvaro yang jelas Hani sangat mengetahui jika tatapan seperti itu ialah tatapan seseorang yang sedang terluka.
"Sedang apa?" tanya Hani yang membuat Alvaro sedikit tersentak
"Kau sedang apa disini? Bukankah kau sedang sakit?" tanya Alvaro balik
"Bukankah aku yang bertanya duluan?" tanya Hani lagi
"Benarkah? Apa yang kau tanyakan?" tanya Alvaro
Hani tidak membalas ucapan Alvaro, ia hanya menatap Alvaro dengan ekspresi datar
"Lupakan" ucap Hani sambil mengalihkan pandangannya dari Alvaro
Alvaro hanya mengendikkan bahunya dan memasang wajah polosnya
"Kau sedang menunggu seseorang?" tanya Hani
Alvaro menoleh sejenak kearah Hani
"Entahlah" jawab Alvaro yang berhasil membuat Hani menatapnya kembali
"Apa maksudnya 'entahlah'?" tanya Hani
Alvaro diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Hani
"Aku menyakitinya" ucap Alvaro diiringi dengan senyum kecut
Hani hanya mengerutkan dahinya tanda tak mengerti
"Lupakan, aku masuk duluan" sahut Alvaro sambil membalikkan badannya dan melangkah masuk ke hotel
'Ada apa dengannya?' batin Hani
-----
Selesai melakukan TM, semua mulai meninggalkan aula rapat. Kecuali Alvin dan Nathan. Mereka berdua memutuskan untuk tetap di aula untuk berlatih backsound presentasi
"Alat musik apa yang akan kaumainkan?" tanya Alvin
"Tentu saja yang aku ahli dalam permainannya" jawab Nathan santai
"Oh benar, kau sangat handal dalam bermain piano" ucap Alvin sambil menganggukkan kepalanya
"Bagaimana denganmu?" tanya Nathan
"Aku... tidak bisa bermain alat musik" jawab Alvin dengan wajah datar
HENING
"Jangan bercanda" ucap Nathan sambil terkekeh
"Aku tidak bercanda, aku juga tidak tau kenapa aku dipilih untuk mengiringi presentasi" ucap Alvin
"Dan kaupikir aku percaya jika kau tidak bisa bermain alat musik?" ucap Nathan
"Aku tidak menyuruhmu untuk percaya" ucap Alvin santai
"Kau ini benar-benar... sudah ayo kita coba dulu. Kita tidak akan pernah tau kemampuan kita jika kita tidak mencobanya" ucap Nathan sambil melangkah menuju panggung yang sudah diisi dengan satu set alat musik lengkap
Nathan segera duduk di belakang piano dan memulai pemanasannya
"Apa kau ingin memainkan lagunya sekarang?" tanya Alvin di belakangnya
"Tidak, jika aku mainkan sekarang itu tidak akan menjadi spesial besok" jawab Nathan
"Lalu kau ingin bermain apa?" tanya Alvin
Nathan diam sejenak, kemudian tersenyum manis sambil bergumam pelan
"You Are The Reason" ucap Nathan pelan dan memulai permainan pianonya
Siapa pun pasti akan terhanyut dalam permainan Nathan jika mendengar permainan pianonya, termasuk gadis yang sekarang berdiri tak jauh dari Nathan dan sedang memandang lurus ke arah Nathan
Entah apa yang sebenarnya dirasakan gadis itu sekarang tapi hatinya berkata bahwa 'aku menyukainya'
-----
Mobil Mercedes-Benz S-Class sudah terparkir rapi di parkiran hotel dan menunggu pemiliknya untuk membawanya pulang, sedangkan pemiliknya masih betah berada di lobby hotel dan sepertinya enggan meninggalkan tempat itu
"Pulanglah" ucap Nadine lembut
"Tidak, kau masuk dulu" ucap dokter Fikri juga sama lembutnya
"Tidak, kau pulanglah dulu" ucap Nadine kembali
"Tidak, kau masuk dulu" ucap dokter Fikri
"Sudah kubilang pulanglah dulu" ucap Nadine lagi
"Tidak, kau ma--"
"Terus saja begitu hingga negara api menyerang" sahut seseorang yang berhasil membuat Nadine dan dokter Fikri menengokkan kepalanya ke sumber suara
"Rey" ucap Nadine sambil tersenyum
"Jam berapa ini? Kenapa baru pulang?" tanya Reyhan dengan wajah datar
"Ada apa denganmu?" tanya Nadine heran
"Apa? Memang ada apa denganku?" tanya Reyhan
Nadine hanya mengernyitkan alisnya tanda tak mengerti
"Masuk" ucap Reyhan sambil menarik tangan Nadine
"T-tunggu sebentar temanku masih disini" ucap Nadine yang berhasil membuat Reyhan menenggokan kepalanya ke arah dokter Fikri
"Pulanglah" ucap Reyhan datar dan membawa Nadine pergi
Nadine sedikit kesusahan mengikuti langkah Reyhan yang menarik tangannya
"Al, kau pulanglah. Hati-hati di jalan" sahut Nadine sambil menengok ke belakang juga sambil menyesuaikan langahnya dengan Reyhan
'Apa-apaan orang itu' batin dokter Fikri
-----
"Hey ada apa denganmu?" tanya Nadine
"Memangnya kenapa?" tanya Reyhan
"Ah sudahlah aku mau masuk, lepas" ucap Nadine sambil menunjuk tangannya
"Sejak kapan aku menggandeng tanganmu?" ucap Reyhan yang langsung melepas genggamannya
"Sejak negara api menyerang" sahut Nadine dan melangkahkan kakinya menjauhi Reyhan
"Alvaro.." ucap Reyhan pelan
Hanya dengan mendengar namanya saja sudah membuat Nadine menghentikan lengkahnya
"Kau ada masalah dengannya?" Tanya Reyhan
Nadine tidak menjawab pertanyaan Reyhan dan hanya tersenyum miris tanpa membalikkan badannya
"Kuharap itu sebagai jawaban 'iya'. Tolong selesaikan masalah kalian, aku tidak mau jika masalah itu akan membuat semuanya kacau" ucap Reyhan tegas
Nadine masih diam memunggunggi Reyhan, tapi ucapan Reyhan selanjutnya berhasil membuat Nadine tercekat
"Karena Alvaro sudah cukup kacau karena dirimu" ucap Reyhan datar lalu meninggalkan Nadine yang masih diam mematung di depan kamarnya
"Aku....tidak peduli" ucap Nadine pelan lalu melangkahkan kakinya masuk ke kamar
To be Continued
Annyeonghaseyo saya kembalii.. maaf jika pendek ceritanya
Jangan lupa votement yaa <3
Saranghae and happy reading everyone :)
IG : azharnisrina
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything About Us
JugendliteraturIni tentang kami yang mencoba melawan keegoisan kami, ini tentang masa-masa SMA kami yang penuh dengan lika-liku, dan ini juga tentang kami yang ingin didengar oleh orang dewasa dan tidak ingin dianggap remeh. Segala hal pasti memiliki kelebihan dan...