1. Rain
Hujan di musim panas saat mereka SD, Sasuke menunggu dengan sabar saat Hinata mengenakan jas hujannya yang berwarna cerah. Mereka suka bergandengan tangan sepulang sekolah meski hujan deras menyirami bumi. Sepatu bot plastik berwarna merah, menyusun langkah yang seirama. Mereka tak suka bicara, Hinata terlalu malu untuk membuka mulut, Sasuke lebih suka menyimpan kata.
Saat beranjak remaja, Sasuke selalu mengingatkan Hinata untuk membawa payung. Setiap selesai makan malam, Sasuke sengaja menunggu ramalan cuaca di program berita pukul delapan sebelum ke kamar untuk belajar.
Saat Hinata mulai mengenal cinta, Sasuke berdiri di luar coffee shop dalam hujan. Payung besar berwarna gelap mewakili warna hatinya yang mulai kesepian. Matanya tidak lepas dari senyum cerah Hinata yang duduk berhadapan dengan orang lain. Dalam kehangatan coffee shop beraroma manis, Hinata bahagia saat kencan dengan pemuda ceria yang sangat berbeda dari Sasuke.
Saat hampir lulus SMA, Hinata berdiri di bawah pohon, berteduh dari terpaan angin yang juga menyertai hujan deras di bulan November yang dingin. Hanya ada air mata hangat yang mengalir di wajahnya, karena akhirnya Hinata juga mengenal patah hati. Sasuke datang dengan payung besar berwarna putih, warna yang mewakili awal baru bagi mereka berdua.
Saat Hinata menjadi seorang istri, dia berbagi selimut bersama orang tercintanya di malam bulan Desember. Hujan salju yang turun beberapa hari sebelum Natal tidak digubris. Hanya berbagi hangat di atas ranjang sederhana yang menyebar tawa bahagianya. Suara sanshin Okinawa mendayu pelan dari CD player, Hinata selalu suka menatap mata gelap suaminya yang terlihat cerah saat cuaca mendung. Warna gelap yang bagi Hinata setia, begitu sabar, dan menenangkan.
Apartemen tempat mereka tinggal berlantai kayu, di pintu utama terpatri angka 2723, bukan nomor sebenarnya. Tapi jika 27 dijumlahkan dengan 23, maka nomor apartemen mereka yang sebenarnya akan muncul. Angka emas yang sering mereka rayakan meski belum 50 tahun menikah. Di sisi kanan pintu, satu papan kayu mungil menjelaskan siapa penghuni apartemen sederhana yang nyaman.
Uchiha Sasuke & Uchiha Hinata.
.
.
.
2. Universe
Banyak orang menganggap alam semesta luas dan tak terbatas. Bagi Sasuke, alam semesta indah karena tak terbatas. Banyak orang melihat ke atas saat ingin sejenak melupakan kegiatan harian yang menjemukan untuk menikmati langit, Sasuke cukup melihat ke sampingnya. Banyak orang suka menggunakan teropong untuk menanti keajaiban langit, Sasuke hanya perlu matanya.
Karena bagi Sasuke, rambut gelap Hinata adalah langit malam, mata Hinata adalah bulan, kulit pucat Hinata seindah bimasakti, senyumnya yang cemerlang adalah bintang jatuh, pipinya yang bersemu merah adalah langit senja, air mata sedihnya menghadirkan perasaan sendu seperti hujan, pelukannya adalah sinar hangat matahari.
Bagi Sasuke, Hinata adalah alam semesta.
.
.
.
3. Pink
Warna favorit Hinata saat anak-anak adalah pink. Kotak bento, sepatu, kaos kaki, tas mungil untuk membawa bentonya, semua berwarna pink.
Kemudian setelah mengenal Naruto, dia juga mulai menyukai warna jingga. Di mata Hinata, jingga dan pink tidak terlihat serasi. Kadang, dia sengaja melupakan pink demi mengenakan rok jingga. Saat melihat ke cermin, Hinata tidak melihat dirinya sendiri, hanya ada gadis pemalu yang tidak sesuai mengenakan warna cerah. Hinata akhirnya kembali ke warna favoritnya yang lebih manis, pink.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradox
FanfictionKoleksi drabble SasuHina. First publication on wattpad 2014 Re-published 2022 © bee_myzk