Saat mereka menikah, Jakurai mengucap sumpah untuk menjaga Ramuda dalam suka dan duka.
Barang - barang berterbangan. Gelas, piring, sampai gunting kain semua melayang ke arah laki - laki bersurai lavender panjang itu.
Saat mereka menikah, Jakurai bersumpah akan membahagiakan sang pemenang hati yang akan menyandang nama Jinguji bersamanya.
"TINGGALKAN AKU SENDIRI! SUDAH KU KATAKAN TINGGALKAN AKU SENDIRIII!!!!"
Saat mereka menikah......
Jakurai memaksa masuk. Lengan panjang memeluk tubuh kecil nan ringkih. Menahan setiap rontaan yang dikerahkan.
"Ramuda, Ramuda ku mohon tenanglah--" Suara berat nan halus berbisik, mencoba menenangkan perempuan mungil dalam pelukannya.
Jakurai tidak pernah menyangka, kehidupannya akan menjadi seperti ini.
Tetapi, hidup memang penuh kejutan.
[ . . . ]
Dokter paruh baya itu bertemu pujaan hatinya saat membeli kopi.
Klise, bukan?
Tetapi tidak untuk Jinguji Jakurai. Dalam 35 tahun hidup yang dipenuhi oleh pencapaian prestasi dan penelitian, kemudian berlanjut dengan pasien yang tak kunjung habis. Belum lagi laporan dan jurnal-jurnal yang harus ia terbitkan secara rutin. Tidak heran jika ia belum pernah mencicipi indahnya romansa atau kehangatan tubuh kekasih di ranjang.
Itulah yang membuat pertemuan-pertemuan klise bagai roman picisan sangat berarti untuk Jakurai.
Tanggal 13 April, hari di mana kisah cintanya dimulai.
[ . . . ]
Melepas kacamata yang membingkai wajah, Jakurai menghela nafas pelan sebelum memijat pelipisnya. Waktu praktik masih ada sekitar 3 jam, dan tubuh dokter itu sudah menjerit meminta kafein. Memutuskan untuk beristirahat sejenak, ia membawa kaki panjangnya ke kafetaria rumah sakit. Memesan secangkir americano hangat, ia siap kembali ke ruangan ketika manik kembarnya melihat warna pink yang tiba-tiba melintas dengan cepat.
"Oneesan~ Kau benar akan membelikan ku jus jeruk, kan? Kan? Kan?"
Seorang anak kecil-- bukan-- Jakurai mengoreksi suara hatinya-- seorang perawat bertubuh kecil berucap riang sembari menempeli seniornya. Ah... Mungkin dia perawat baru?
Rencana menikmati kopi hangat di kantor kandas, ia memilih untuk duduk dan menikmati kopi di kafetaria.
Menyesap cairan hitam pekat hangat perlahan, matanya tidak sekalipun meninggalkan sosok yang telah berhasil menyita perhatiannya.
Rombongan perawat pink itu duduk di dekat meja sang dokter. Manik biru tidak pernah meninggalkan sang pencuri hati. Tidak peduli jikalau ia harus ketahuan nanti.
Beberapa senior menyadari tatapannya, seketika saja, suara jeritan dan godaan khas perempuan memenuhi kafetaria yang nyaris kosong.
Perawat flaminggo itu mengangkat wajah, mata mereka bertemu, dan sebuah senyum lebar diberikan kepada lavender.
Jakurai menunduk, berusaha menyembunyikan senyum kecil yang terbentuk dari sudut bibir, dan menggeleng menertawakan tingkah bodohnya sendiri.
'Ayolah, kau ini 35 tahun! Bukan remaja labil yang baru pertama kali melihat perempuan cantik!'
Jakurai mengangkat cangkir kopinya, berusaha meneguk satu tegukan besar, berharap semoga tingkah bodohnya bisa ikut tertelan saat ia mendengar suara kursi di hadapannya ditarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
URBAN LEGEND : HypMic's version
Fiksi PenggemarMerapat! Fans Hypmic! Menyajikan urban legend, creepy pasta, Dan mitos-mitos dari berbagai belahan dunia (tidak termasuk dunia lain), dengan para anggota divisi sebagai aktornya!