Chapter 24 ( Beloved man )

1.3K 73 3
                                    

New York, America Serikat

"Apa ini ka? Apa maksud kaka? Menjadi istri Asgar? Kaka gila!"

Aku mendorong Ka Fabion dengan sekuat tenaga karena kesal atas perjodohan yang dia rencanakan terhadap ku.

"Loh bukan kah itu bagus Quinziiy? Apa kata orang nanti saat kau memiliki bayi tapi tanpa seorang suami? Jangan buat keluarga kita malu dek."

"Siapa yang memisahkan aku dengan ayah bayi ini? Coba ingat ka, siapa? Kaka bukan? Kaka yang menjauhi aku sampai sampai membawa aku pulang ke New York!"

"Hey Quinziiy Ananta, kau hanya tidak tau apa yang akan di lakukan oleh orang tua laki laki Dave terhadapmu. Mereka akan membunuh mu karena fam keluargamu!"

"Arrgghh kenapa semua jadi seperti ini!" Kepalaku tiba tiba mengalami sakit yang luar biasa. Tiba tiba pandanganku buram dan dalam hitungan detik aku tidak tau apa lagi yang terjadi.

"Quinziiy!!! Fabion stop! Kau tidak perlu sampai sekeras itu padanya, ingat dia sedang mengandung!" Ucap Lucia saat melihat ku jatuh pingsan di dalam kamar.

"Cepat siapkan mobil, kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang!" Ucap Lucia. Sedangkan Fabion hanya mengikuti perintahnya.

-*-*-*-*-

Mengapa sangat susah menggerakan tanganku? Semuanya terasa sangat berat untuk di gerakan. Pandanganku buram, hanya cahaya lampu yang sesekali jelas terlihat.

"Dave." Bibirku mengeluarkan suara pelan.

"Ohh Quinziiy sayang. Kamu sudah sadar sekarang. Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang terasa sakit?" Ucap seorang wanita di sampingku. Tapi wujudnya masih kurang terlihat jelas di mataku.

"Ma?" Ucapku masih dengan nada yang pelan.

"Bukan. Ini aku Dyani." Sambil mengelus pelan kepalaku

"Dyani? Mana mama? Ka Fabion?" Tanyaku dengan penuh rasa penasaran. Aku terbaring lemah di sini sementara mereka?

"Hmm.. Mereka pergi karena ada rapat penting Quinziiy. Mrs. Lucia hanya menitipkan obat ini padaku, katanya kau harus meminumnya saat sampai di rumah dan mereka bilang kalau kandunganmu sangat lemah jadi tolong untuk tidak memikirkan banyak hal okey?"

"Haa sudah ku duga. Sayang, bagaimana bundamu akan sehat kalau selalu tertekan seperti ini." Ucapku dengan berwajah buram sambil mengelus perut ku yang sudah membuncit.

Aku pulang kerumah bersama Dyani dengan mobil yang di titipkan Ka Fabion pada Dyani untuk membawaku pulang. Sesampainya di rumah aku terus menarik tangan Dyani untuk masuk ke dalam kamarku.

"Dyani, aku punya sebuah permintaan. Kumohon kabulkan lah permintaanku ini okey?"

"Yaa tentu saja Quinziiy. Apa permintaanmu?"

"Biarkan aku pergi ke Paris besok pagi."

"Apa?!" Dyani sangat kaget saat mendengar permintaan dari ku. Lama dia tidak mengeluarkan suara untuk memikirkan permintaanku

"Aku mohon Dyani."

-*-*-*-*-

Paris, Prancis

Malam hari tiba. Karena pekerjaan yang menumpuk akhirnya aku harus pulang jam 8 malam. Evan menyambutku saat pintu terbuka. "Bagaimana pekerjaan kantor hari ini Dave?"

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang