Matahari telah bersinar kembali. kicauan burung pun telah terdengar dari balik jendela kamarku. Aku membuka jendela kamarku dan menghembuskan nafas panjang
"Yah.. Aku akan ketemu Rian lagi."
Entah kenapa aku enggan untuk bertemu Rian tapi aneh disaat jauh aku malah rindu.
Akupun bersiap - siap untuk ke kampus dan disitulah aku harus menghadapi kenyataan bahwa akan bertemu dengan Rian orang yang kusukai secara diam-diam.
......
Orang - orang sibuk berlalu lintas di sekitarku tapi aku hanya berjalan dengan perasaan tak menentu."Heh Nanda?Lemes banget kenapa?" tanya seseorang yang tiba-tiba menghampiriku dan ternyata itu Sania sahabat baikku"
"Engga apa-apa" jawabku dengan singkat
"Yasudah aku duluan ya ada kelas nih, dosennya kiler"
"Okk"
Aku pun berada di luar kelas dari balik jendela ku melihat rian sedang membaca buku di mejanya, dengan sejenak aku memerhatikan dengan perasaan senang bisa meluapkan rasa rindu yang tertahan ini, tetapi sepertinya dia sadar bahwa aku sedang memerhatikanya, sehingga dia pun memalingakan mukanya ke hadapanku sontak aku pun menghindari tatapannya itu, dengan rasa gugup aku berlari ke arah toilet
"Kenapa sih aku engga berani menatap matanya? Bukannya aku rindu berat? Tapi kenapa disaat di depannya aku tak mampu untuk meluapkan itu?, rasanya begitu aneh hingga membuatku ingin selalu menghindarinya" ucapku yang menghela napas di depan cermin toilet
Lagi-lagi aku mengatur napasku dengan mengucapkan tenang nanda..tenang. Aku pun kembali masuk ke dalam kelas, disaat Rian melihatku dia tidak bereaksi apapun.
"ahhh..mungkin dia tidak tahu kejadian tadi syukurlah," pikirku dalam hati
Dan aku mengambil seutas kertas dan pulpen di dalam tas ku, yang aku tulis bukan pelajaran mata kuliah melainkan pertanyaan yang akan aku tanyakan pada Rian nanti saat aku di dekatnya.
*isi Seutas kertas
1. Kamu dari kapan suka maen basket 2. Kamu suka baca buku apa aja selain pelajaran?
3. Kamu itu rumahnya dimana sih?
4. kenapa kamu suka naik sepeda dibanding sama kendaraan umum?
5. Kamu punya pacar?sudahlah cukup aku yang berniat untuk menghampiri Rian sekarang, tapi dia pergi keluar kelas
"Yahh,,, aku gagal lagi, ya sudahlah"Saat aku berjalan keluar kampus perjalananku terhenti sejenak saat aku melihat Rian tertawa lepas dihadapan teman-temannya, tapi kenapa dihadapanku dia tak pernah melakukan itu melainkan tertawa lepas bahkan senyumannya pun tak pernah dia berikan padaku.
Aku sangat heran dengan sikap Rian yang berbeda terhadapku, selalu banyak pertanyaan dikepalaku tentang dia
"Heh.. Bengong lagi, liatin siapa sih? Oh liatin Rian? Kamu suka ya sama Rian?" Sania yang tiba-tiba mengagetkanku
"Ya engga lah, mana mungkin aku suka" jawabku bohong
Jantungku berdebar begitu cepat dan mungkin mukaku sangat pucat karena Rian menghampiriku tapi lebih tepatnya adalah dia menghampiri Sania.
"San, ini bukunya makasih" Ucap Rian yang memberikan buku itu kepada Sania
"Mana bayaranya?"tanya Sania dengan nada bercanda
"oh gituh, bayaran ya? Nih ini bayaranya"Rian yang begitu membalas candaannya itu hingga Rian mengacak- ngacak Rambut Sania dengan tertawa Bahagia
"Apa an sih yan?" Sania dengan nada kesal tapi dia juga tertawa bersama dengan Rian
Sungguh sangat sakit berada dalam situasi ini, kadang aku bertanya pada diriku sendiri kenapa dia bisa seakrab itu dengan sahabatku sendiri? padahal aku lebih lama kenal Rian dibanding Sania. Pemandangan ini sungguh membuatku ingin pergi dari situasi ini tapi aku tak mungkin pergi karena aku takut bahwa Rian dan Sania tahu bahwa aku sedang dilanda cemburu.
"Ohiya kalian udah kenalkan?" tanya Sania padaku dan Rian
"Udah, kita kan satu kelas" jawab Rian
Kenal cuma nama yan,, aku berharap lebih, ucapku dalam hati
Aku hanya tersenyum dan menunduk tampa berani melihat tatapan Rian.
"Oh gituh, baguslah" ucap sania yang senang mendengar itu
"Aku pulang duluan ya san?" pamit Rian
"Okk,, hati-hati jangan pakai hati hhaa..." jawab Sania dengan bercanda
Rian yang berjalan meninggalkan aku dan Sania, tampa sadar tatapanku memerhatikan Rian terus menerus sampai dia sudah tak terlihat.
"Heh.. Bengong lagi, kenapa?" tanya sania
"Engga apa-apa" jawabku
"Ayo kita pulang?" ajak sania yang mengandengku sambil berjalan
Sepanjang perjalanan aku sedikit melamun, entah apa yang aku pikirkan saat itu perasaan yang tak menentu....
Sesampai di rumah hatiku hancur tampa aku tahu alasanya kenapa, rasanya aku ingin menangis tapi apa yang harus aku tangisi, tapi air mata ini tak bisa ku bendung lagi saat terlintas dipikiranku sikap Rian yang beda 180 derajat terhadapku. Dihadapanku dia begitu cuek dan acuh sedangkan disaat dengan teman-temanya, bahkan sania sahabatku dia bisa tercanda dan tertawa lepas, lagi-lagi pertanyaan Kenapa? Selalu muncul di kepalaku.
Apakah aku bisa melewati sikap Rian ini? Bagaimama mau move on sedangkan setiap hari harus bertemu dengannya?
......
Mohon bantuannya ya? Lanjut atau engga?minta kritik dan saranya juga
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Kamu
Teen Fictionaku diam bukan berarti ku membenci, aku acuh bukan berarti ku tak peduli, tapi sesungguhnya aku sangat mencintaimu tapi tak berani untuk mengungkapkannya apalah daya jadi seorang wanita hanya bisa memendam perasaan ini, memerhatikanmu dari jauh dan...