Katanya keluarga, tapi mana? tidak ada rasa kekeluargaan disini.
Katanya keluarga, siapa sebenarnya keluarga ini? hanya kalian dan segelintirnya yang kalian sebut keluarga.
Itulah bisikan, ungkapan, gumaman kelompok yang merasa marjinal di lingkungan organisasi mahasiswa. Mari kita bahas.
Marjinal sendiri menurut KBBI kelompok yang berada dipinggir atau dirasa terpinggirkan. Artinya, dalam konteks ini mereka yang marjinal ini merasa organisasi hanya dimiliki oleh segelintir orang yang berada di dalamnya alias mereka tidak merasa bagian dari suatu kelompok atau lingkungan tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain organisasi tersebut tidak memfasilitasi mereka yang terpinggirkan akibat kurang berjalannya fungsi organisasi sebagai wadah atau fasilitator. Ataupun, mereka yang marjinal merasa tidak pernah dilibatkan dalam hal-hal mengenai organisasi, yang dampaknya hal ini memunculkan stigma bahwa organisasi hanya dimiliki segelintir orang. Dan lebih jauh lagi pada akhirnya mereka merasa tidak sejalan dengan filosofi atau dasar organisasi tersebut berhimpun dan berjalan beriringan ke suatu nirwana yang disebut tujuan organisasi.Keluarga dalam arti harfiah bisa disebut seperangkat orang tua (ibu dan ayah) serta anak yang memiliki ikatan darah. Dapat pula diartikan suatu kelompok manusia yang berada dalam satu rumah yang saling menanggung hidup satu sama lain. Sering kali kata keluarga ini dijadikan dasar analogi suatu kelompok dalam berhimpun guna mencapai tujuan bersama dikarenakan maknanya yang begitu mendalam. Setiap keluarga punya aturan, setiap keluarga punya budaya, setiap keluarga punya nilai yang mereka anut dalam menjalani kehidupannya. Layaknya setiap rumah yang tidak sembarang orang bisa melakukan semau-maunya orang yang berasal dari luar, mereka yang ingin bertamu ataupun bermalam, wajib mengikuti aturan main setiap rumah. Prinsip ini menyebabkan banyaknya budaya-budaya organisasi yang beragam, dari yang mulai fleksibel hingga kompleksitas tinggi diterapkan disetiap ragam organisasi.
Dalam hal organisasi mahasiswa, yang pada hakikatnya berfungsi sebagai wadah untuk mahasiswanya mengaktualisasikan diri, sudah sepatutnya memberikan fasilitas untuk mahasiswa berekspresi sebebas apapun itu. Karena adalah hak setiap manusia termasuk mahasiswa untuk mengekspresikan, mengungkapkan, opini dan pendapat yang ada di kepala mereka. Dan harusnya sudah sepatutnya pula jika ingin berekspresi dan beraktualisasi, mahasiswa harus menjalani aturan main yang sudah diterapkan sebelumnya. Bukan masalah benar atau salah yang mana masalah tersebut bukan urusan mereka yang tidak punya otoritas untuk menasbihkan bahwa ini salah dan itu benar.
It's all about respect. Respect is about agree to disagree.
Hargai mereka yang ingin membuat budaya keluarganya sendiri untuk mencapai nirwana mereka. Dan jangan bungkam mereka yang tidak setuju dengan nirwana yang organisasi inginkan. Karena sejatinya, organisasi diciptakan untuk berbagai macam kesalahan. Untuk itulah adanya pemimpin organisasi. Untuk menanggung kesalahan, dan menciptakan perubahan. Layaknya dasar penasbihan seseorang dikatakan pahlawan, bahwa pemimpin adalah orang yang mengurangi sedikit kenyaman hidupnya demi berusaha membantu banyak orang yang bahkan peduli kepadanya saja belum tentu.
Jadi,
Mereka tetaplah keluargamu wahai pemimpin organisasi.
Walaupun mereka tak menganggapmu kepala keluarga.Jangan hanya bergumam, berbisik, berkeluh kesah, membuat gaduh, merusak dinding, vandalis, dengan dalih untuk membuat perubahan. Perubahan tidak terjadi dengan anda merusak lingkungan. Perubahan diciptakan oleh pahlawan-pahlawan yang rela berkeringat untuk mereka yang tak siap untuk berbuat.
Take a step. Or if you couldn't do it,
please step aside.Let the heroes do it for you.