Keputusan Hati (24)

108 13 1
                                    

.

(Namakamu) berjalan dengan tergesa. Bahkan sesekali berlari kecil menuju kelasnya. Jadwal kuliah dadakan Naufal membuatnya harus berangkat sekolah menggunakan bus yang berjalan bak putri istana.

(Namakamu) mendorong pintu kelas dengan keras, membuat teman-temannya tersentak kaget. Tanpa merasa bersalah, (namakamu) berjalan ke bangkunya dengan santai. Tak peduli dengan tatapan garang teman-temannya.

"Lah, anjir, gua kira si botak". Cicit Steffi dengan tangan yang mengelus dada.

"Selamet gua, kagak ketauan sama Pak Toga". Lenguh (namakamu) dengan posisi punggung yang ia senderkan pada kepala kursi.

"Tumbenan amat lu telat? Gua kira murid pinter kayak lo kagak bakal ngerasain ngejar-ngejar gerbang pas otewe mau ditutup". Tanya Steffi dengan posisi badan yang ia miringkan menghadap ke arah (namakamu).

"Kak Naufal ada jadwal kuliah pagi, jadinya dia gak sempet nganterin gua". Ujar (namakamu) seraya membuka resleting tasnya untuk mengambil buku mata pelajaran Bahasa Inggris. mata pelajaran pertama pada hari ini.

"Kenapa gak calling gua". Ucap Steffi dengan jari jempol dan kelingking yang ia bentuk seperti telepon.

(Namakamu) mengangkat bahunya acuh.

Sementara Iqbaal dan Ari yang dibelakang keduanya pun hanya mendengarkan percakapan rempong kedua spesies ini.

📖

Ditengah pelajaran Bahasa Inggris, (namakamu) terus menerus menggeliat layaknya ulat bulu. Steffi yang sudah jengah akan hal itu sontak menyentil keras lengan (namakamu) dan membuat sang empu mengadu kesakitan.

"Sshh... sakit bego!". Protes (namakamu) dengan berbisik dan diakhiri dengan mengelus lengannya yang sedikit merah usai disentil.

"Lagian ribet banget sih, lo! Kenapa sih?". Tanya Steffi yang ikut berbisik pula.

"Gua kayaknya dapet, deh". Jawab (namakamu) dengan sekilas melirik kebelakang badannya.

"Ya terus?".

"Gua kagak pake". Ringis (namakamu) menatap wajah Steffi yang selanjutnya terkejut. Para wanita pasti tau deh apa yang dimaksud NK.

"Yaudah sono ke koperasi beli roti jepun". Ucap Steffi .

"Ohh iya iya".

Steffi menghembuskan nafasnya dan kembali fokus pada papan tulis yang menuliskan materi Simple Future Tense tersebut.

"Lo bawa jaket, gak?". Tanya (namakamu).

"Enggak".

(Namakamu) berdecak.

Dengan hati-hati, (namakamu) menoleh kebangku dibelakangnya. Tempat Iqbaal dan Ari duduk.

"Baal, minjem jaket dong". Bisik (namakamu) dengan sesekali mencuri pandang ke Miss Shinta, guru Bahasa Inggris, takut jika ketahuan mengobrol saat jam pelajarannya.

"Apa?".

"Minjem jaket". Jelas (namakamu) sekali lagi.

"Ohh, nih". Respon Iqbaal yang langsung menyodorkan jaket berwarna hitam levis miliknya pada (namakamu).

"Oke, makasih".

"Buat apa, sih?". (Namakamu) menatap wajah Iqbaal dan Ari secara bergantian. Menatap wajah keduanya yang tergambar jelas ada rasa keingintahuan didalamnya.

"Woman's problem". Jawab (namakamu) dengan cengiran canggungnya.

Iqbaal pun ber 'ohh' ria sesaat sebelum akhirnya kembali menulis.

KEPUTUSAN HATI - (Namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang