Seulgi dikenal ramah oleh teman-temannya. Tidak heran semasa kuliah dulu dia dikenal hampir seluruh teman seangkatan di fakultasnya. Tidak sedikit juga yang tidak menyukainya, dia tahu benar itu. Karena dia tahu pasti jika seseorang mulai terkenal dikalangannya maka pasti akan ada yang tidak menyukainya. Sebaik apapun kita tetap akan ada kesalahan kecil yang menjadi alasan orang lain untuk membenci.Rasa benci temannya itu diketahui secara tidak sengaja. Ah, gadis itu tidak suka membahas hal yang dia rasa tidak penting seperti mencari tahu siapa saja yang membencinya. Pikirnya, lebih baik memikirkan masa depan dengan beberapa harapan yang ingin diwujudkan.
Berbicara soal harapan, Seulgi telah membuat beberapa daftar keinginan yang ingin diwujudkan setelah ia wisuda. Salah satunya yaitu dengan memiliki pasangan yang bisa diajak serius nanti. Tapi bukannya berpacaran satu dua bulan lalu menikah. Ia menginginkan proses yang lebih dari itu dan bersama memiliki komitmen bulat untuk terikat juga membentuk keluarga yang bahagia.
Soal pacaran, kalau ingin jujur gadis itu sudah terlampau lama tidak merasakan hal itu. Dari pertengahan kuliahnya hingga ia sudah bekerja, dia belum memiliki pasangan. Karena itu temannya banyak mengejeknya dengan julukan jomblo sejati. Terlampau konyol memang, tapi Seulgi harus akui bahwa itu adalah fakta yang benar.
"Seulgi!" Panggil seseorang dari kejauhan. Mata gadis itu menyipit seraya menerka siapa orang itu. "Hei-"
"Yah! Kau ingin membuatku malu dengan berteriak namaku sekeras itu?" Kesal Seulgi sambil memukul lengan orang yang memanggilnya itu. "Kau bahkan bisa langsung mendekat tanpa harus berteriak seperti itu, Jongin!" pria yang dipukul bernama Jongin itu langung mengerang kesakitan yang dibuat-buat membuat Seulgi semakin kesal. "Kim Jongin! Kau-"
"Mau kutraktir es krim?" sela Jongin cepat. Mata Seulgi seketika berbinar mendengar tawaran itu. Ditraktir cemilan kesukaannya adalah hal yang paling membagiakan baginya. "Di tempat biasa kan? Baiklah!" jawab Seulgi lalu mengambil lengan Jongin dan menariknya untuk berjalan bersampingan. Jongin memperbaiki posisi tangan Seulgi menjadi mengaitkan tangan pada lengannya.
Itu sebenarnya hal biasa yang dilakukan Seulgi pada Jongin. "Mobilmu diparkir dimana?" tanya Seulgi basa-basi. "Cih, mentang-mentang mau ditraktir sikapnya mulai manja." komentar pria itu karena mendengar suara Seulgi yang terkesan imut. "Ini bukan kali pertama aku bersikap seperti ini, Jongin. Tolong jangan cerewet, walaupun hanya hari ini."
"Iya bodoh makanya jangan mengambek lagi hmm?" gadis itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya lalu mereka melanjutkan pergi berjalan kaki ke tempat es krim yang berjarak cukup dekat dengan tempat mereka saat ini.
Jongin dan Seulgi berteman sejak mereka kuliah. Keduanya mengambil jurusan berbeda di fakultas yang sama. Awal pertemuan mereka yaitu saat keduanya ditugaskan untuk menjadi koordinator sebuah event tahunan fakultas. Keduanya menjadi dekat karena Jongin yang bersikap supel dengan Seulgi. Atau mungkin Jongin tertarik dengannya?
Entahlah. Seulgi tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu soal itu. Selama ini Jongin selalu membantu Seulgi disaat gadis itu membutuhkan pertolongan. Pria itu selalu berusaha membantu dan membuat Seulgi bahagia dengan caranya. Seulgi sekarang terlampau nyaman disaat Jongin bersamanya.
"Es krim coklat dengan tambahan kacang almond 'kan?" tanya jongin memastikan setelah mereka masuk ke dalam kedai es krim itu. "Hm! Seperti biasa." jawab seulgi antusias. Setelah memesan mereka pun duduk ditempat yang berdekatan dengan kaca tembus pandang yang langsung memperlihatkan view depan toko es krim. Seulgi suka duduk dekat situ karena ia bisa mendapatkan inspirasi untuk menggambar yang notabene adalah hobinya.
"Kalian lagi, kalian lagi.." kata seorang pelayan yang datang dan memberikan pesanan mereka. "Biasa, si gadis mengambek jadi kita datang." balas jongin yang melirik Seulgi sekilas. Pelayan disana sudah cukup mengenal mereka berdua karena saking seringnya datang ke toko itu. "Bukan, dia yang ingin mentraktirku karena telah gajian." elak seulgi diakhiri dengan tawa ringannya.
Baik sang pelayan maupun jongin hanya tersenyum melihatnya. Pelayan itu sudah bersiap untuk meninggalkan mereka tapi ia teringat sesuatu. "Ah- kalau boleh aku tahu kapan tanggal kalian merayakan Anniversary? Kalian adalah pelanggan tetap kami jadi mungkin toko ini akan memberikan hadiah spesial!" Pelayan itu berkata dengan penuh antusias. Mendengar itu Jongin mengulum senyum lalu tak lama kemudian dia tertawa.
Sedangkan Seulgi? Gadis itu menyerngit heran. "Apa maksudmu Anniversary?" tanyanya dengan ekspresi wajah yang jelas sedang bingung. Seulgi menatap Jongin sekilas yang terang-terangan menatapnya sambil tersenyum. "Maksudku nona, kapan tanggal jadian kalian berdua? Atau mungkin kalian sudah tunangan? Sudah menikah?"
"Astaga, apakah kita berdua terlihat seperti pasangan?" tanya seulgi dengan mata yang membulat.
"Pastinya! kalian selalu datang kesini berdua. Dan itu berlangsung cukup lama. Jika datang sendiri pasti kalian akan menjelaskan kepada kami kenapa satunya lagi tidak bisa datang." Jawab si pelayan.
"Semua pegawai yang ada disini juga sudah tahu dengan kalian bahkan menu favorit yang sering kalian pesan." Jelas pelayan itu lagi. Seulgi menunggu jongin untuk berucap, tapi tidak ada yang dikatakan pria itu. Dia diam, membuat suasana jadi hening seketika. Seulgi tersenyum simpul kepada pelayan itu. "Kak.." panggil Seulgi pada pelayan yang ia tahu pasti berumur lebih tua darinya. "Hmm?"
"Kita hanya teman biasa." tambah Seulgi. Kembali gadis itu melirik jongin. Senyum pria itu terlihat misterius. Dia tidak bisa menebak apa arti dari senyum itu. "Dia juga sudah punya gebetan. Aku hanyalah teman, kak."
Teman, katanya
Seulgi percaya dia memperlakukan jongin layaknya teman atau sahabat. Mereka sering pergi jalan bersama, bekerja di proyek yang sama, makan bersama, curhat bersama dan bahkan membantu satu sama lain. Ini bukan kali pertama dia dan Jongin dijuluki sebagai pasangan kekasih. Bahkan semasa kuliahnya dulu mereka berdua sudah dijuluki seperti itu. Keduanya merasa terganggu, terlebih Seulgi. Dia merasa tidak nyaman karena teman lawan jenisnya bukan hanya Jongin seorang, ada beberapa teman lain juga.
Begitulah yang dirasakan Seulgi hingga saat ini. Menganggap pria bernama lengkap Kim Jongin adalah sahabat semata. Tidak lebih. Tapi banyak dari orang terdekat mereka yang mengatakan salah satu telah memiliki rasa lebih dari sekedar teman. Konyolnya, baik Jongin maupun Seulgi tidak ada yang secara terang-terangan membahas hal itu berdua ataupun mengakui jika salah satu dari mereka ingin menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Seulgi pernah mendengar ada yang mengatakan: "Kita tidak bisa berteman dengan lawan jenis. Karena tetap akan ada rasa cinta yang tumbuh dalam pertemanan itu."
Tetapi gadis itu tidak menggubrisnya. Selagi Jongib masih betah berteman, maka selama itu juga-lah Seulgi betah. Ada sebuah prinsip yang selalu dipegang oleh Seulgi mengenai persahabatan yang sudah terlampau sangat dekat itu:
Dia adalah teman, dan tidak akan lebih dari hubungan persahabatan.
Tidak ada yang mengetahui tentang prinsip itu. Mungkin Seulgi sudah pernah menyinggung tapi tidak ada yang mengindahkannya. Disisi lain, gadis itu memiliki keinginan untuk memiliki pacar. Tapi kenapa seorang Jongin yang hampir tahu segala sesuatu mengenainya tidak dijadikan sebagai pilihan pasangan yang tepat? Apakah itu karena Seulgi tidak memang tidak memiliki ketertarikan? atau Seulgi terlalu takut untuk menjalin hubungan lebih dengan sahabatnya itu?
***
Maaf jika mungkin saya adalah author yang paling labil dalam memilih pasangan. Hehehe, bukan begitu gais 😂 aku hanya ingin menciptakan 'proses' di work ini.
Vote dan komen ditunggu yaa!
Cheers, bbearie 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropologi Rasa | vseul
FanficApa yang dirasakan manusia itu berbeda-beda. Mulai dari persepsi, pandangan, serta perasaan. Apa yang dirasakan seseorang terhadap suatu hal belum tentu sama dengan pribadi yang lainnya. Semuanya memiliki perbedaan persepsi, pandangan, dan perasaan...