Ketika Penat

13 0 2
                                    

Rindu ini sudah tak terbendung, terus meronta dan berteriak dalam hati, sungguh ironi ketika hati membanggakan diri.
Ingin sekali ku pergi menyapamu untuk mencurahkan segala isi di hati dan otaku.
Tentang rencanaku, tujuanku, perjalananku, penatku, dan semua tentang kehidupanku.
Yang tak bisa ku ceritakan pada bising nya emosi perkotaan, penuh padat dengan polusi  ambisi.
Saling kejar saling caci dan peduli pada sendiri. Lupa kodrat sosial dan lupa bahwa hidup tak senaif ini.
Kokoh tinggi menghantam langit yang di banggakan penuh sesak dengan penatap layar terpaku.
Lewati pagi siang sore dan malam hanya dengan teman setia layar pintar, hanya demi sebuah ekspresi bahagia dalam hati. Haruskah seperti ini hidup dengan semu fatamorgana ini.
Hijau biru putih jinggaku bahagianya menjadi dirimu, setia dengan takdirmu tak mengeluh lewati waktu.
Maaf kan kami yang tak pernah memperdulikan mu hanya mengambil tak memberi menikmati tanpa syukur dan merusak tanpa sadar.
Walau ku tahu kau hanya terdiam dengan tenangmu , ketika kubicara denganmu tentang semua salah yang terjadi.
Kau tetap tempat terbaik untuk merebahkan diri yang lelah terbebani tumpukan debu eksistensi.
Ajarkan aku kembali bagaimana menjadi pribadi yang membaur dengan tenang tak termakan kepalsuan mimpi. Karena tak semua mimpi harus menjadi nyata.
Tempat jauh tak terjamah tak berpenghuni tempat orang mencari damai, dan pulang dengan bekal pengalaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika PenatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang