Bab. 23 {The Power}

1.9K 155 7
                                    

Mengakui keberadaan sayapnya merupakan sebuah kekuatan disaat semua peri sudah kehilangan itu adalah hal paling disesalkan Iqueena.

Saat ini, ia berada ditengah-tengah kerumunan para peri yang entah sejak kapan sudah membentuk lingkaran bulat sempurna dan mengelilinginya bersama dengan Pangeran Govio. Butuh beberapa saat bagi Iqueena untuk menyadari bahwa dirinya kini berada di sirkuit pertarungan. Pertarungan dengan Pangeran Govio. Salah satu Pengeran kerajaan Florateria yang tak diragukan lagi kekuatannya.

'Baiklah, ini adalah malapetaka yang akan mengakhiri hidupku!' batin Iqueena. Lantas ia menatap kedua sayapnya, 'Dan aku tidak akan mati jika saja aku tidak memamerkan kalian.'

Untuk beberapa saat, Iqueena berharap agar sayapnya turut serta menghilang. Meskipun di dalam hatinya dia tidak yakin Pangeran Govio akan membunuhnya. Secara biologis, mereka itu bersaudara kan?

"Sekarang kau harus membuktikan kekuatanmu, Putri Iqueena!" cengiran Pangeran Govio terasa mematikan bagi Iqueena.

"Mm..maksudmu?" Iqueena terbata.

Pangeran Govio memutari Iqueena mirip seperti seekor singa sebelum menerkam mangsanya.

"Kau harus melawanku, disini!"

Tiba-tiba sebuah bola angin menghantam tubuh Iqueena. Iqueena berhasil mengelak, tapi naas bola-bola berikutnya segera menyusul berlomba-lomba ingin meninju Iqueena. Pangeran Govio menyerang Iqueena dengan kekuatan anginnya tanpa mempedulikan bahwa peri yang di depannya itu bukanlah anggota clan Firemax melainkan adiknya sendiri. Oh mungkin juga perlu ditekankan, adiknya sendiri yang belum menemukan kekuatan.

Para peri yang menyaksikan hal itu menutupi wajah mereka dengan kedua tangan, guna menghalang terjangan angin yang dihasilkan Pangeran Govio mengobrak-abrik tatanan rambut mereka. Terutama peri wanita yang memang sensitif terhadap penampilan mereka. Rambut mereka yang menjuntai panjang, indah dan berwarna-warni bisa-bisa berubah menjadi kusutan benang dalam sekejab karena terjangan angin ini. Bahkan beberapa peri wanita berlindung dibelakang peri pria. Tujuannya satu, untuk melindungi rambutnya.

Namun ada yang janggal, Iqueena sama sekali tidak terkena serangan Pangeran Govio kali ini. Padahal dia tidak menghindar. Iqueena hanya menghindari serangan yang pertama tadi.

Serangan yang bertubi-tubi itu tidak dihindarinya, namun beberapa senti sebelum bola angin itu menghujam tubuhnya. Mereka berhenti dan memantul seolah-olah menabrak dinding tak kasat mata sebelum akhirnya menghilang.

Pangeran Govio tersenyum asimetris dan senyuman itu jauh lebih menakutkan bagi Iqueena daripada ditangkap hidup-hidup lalu direbus oleh clan Firemax.

"Sekarang, coba tahan ini!"

Pangeran Govio mengeluarkan api diseluruh tubuhnya. Lantas kemudian tubuhnya beralih fungsi seperti senjata tembak. Tak henti-henti menembakkan bola-bola api kearah Iqueena.

Guru Fred nyaris berinisiatif untuk menghentikan Pangeran Govio sebelum melihat hal yang terjadi sebelumnya kepada Iqueena terulang kembali. Bola-bola itu memantul lalu menghilang.

"Perisai. Protection power. Sang protektor." guman Guru Fred.

Langit malam di Canary Island ternyata sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam di Canary Island ternyata sangat indah. Bintang-bintang berhamburan membentuk pola-pola indah di langit hitam.
Desiran ombak dan tiupan angin pantai yang tidak terlalu kencang semakin menambah keelokan suasana di pulau kecil itu.

Iqueena duduk diatas bebatuan yang menjorok ke pantai sambil memandang langit. Memperhatikan bintang-bintang yang berlomba-lomba memamerkan sinar terangnya.

Dari bibir pantai,  Zen memperhatikannya.  Sudah setengah jam mereka terdiam seperti itu. Mungkin Iqueena tidak menyadari kehadiran Zen karena tengah larut dengan pikirannya.

Zen mendengar kabar bahwa Iqueena telah menemukan kekuatannya, jadi dia bergegas untuk menemuinya. Yah sekedar basa-basi dan mengucapkan selamat. Begitu Zen menemukan Iqueena tengah duduk disebuah batu di tepi pantai, Zen segera menghampirinya namun Zen tak bisa mendekati Iqueena ke batu yang didudukinya karena ombak yang memisahkan daratan pantai dengan batu itu.  Zen bisa saja menghampiri Iqueena jika dia punya sayap. Tapi sekarang dia tidak punya. Yang dilakukannya hanyalah menunggu, berharap agar Iqueena menyadari kehadirannya. Namun, sudah setengah jam Iqueena belum juga beranjak. Zen tak tau apa yang dipikirkannya. Bukankah seharusnya Iqueena senang karena sudah menemukan kekuatannya?

"Zen!" Sebuah suara menyadarkan Zen dari lamunannya.

Zen menolah kebelakang untuk memastikan siapa pemilik suara itu meskipun dia sudah yakin bahwa itu adalah suara milik Yukl.

"Sedang apa kau disini?" tanya Yukl. Gadis itu terlihat sedikit cantik  dimata Zen. Dia memperhatikan Yukl dari ujung kaki hingga keatas kepala mencoba mencari-cari sesuatu yang berbeda dari gadis itu. Namun tak kunjung ditemukannya. Zen hanya merasa Yukl lebih cantik dari biasanya.

"Aku ingin bicara dengan Iqueena. Tapi nampaknya dia tak ingin diganggu siapapun." Jawab Zen lantas mengalihkan pandangannya kearah Iqueena.

"Yah, kurasa juga begitu. Dia baru saja menemukan kekuatannya. Kurasa memang dia tak ingin diganggu." kata Yukl.

"Tapi kenapa? Bukankah seharusnya Iqueena bahagia karena berhasil mendapatkan kekuatannya?" tanya Zen.

"Kurasa tidak." Yukl menarik napas sejenak. Seperti tengah melepaskan beban yang sangat berat pada hembudan napasnya. Itu terlihat dari bahunya yang naik tinggi saat ia menghirup napas, "Iqueenaa..!!" teriak Yukl.

Gadis yang merasa dipanggil namanya pun menolah. Senyum mengambang diwajahnya sebelum dia memutuskan untuk terbang kesumber suara yang memanggilnya.

"Kalian disini!" kata Iqueena.

"Yah..  Zen sudah lama disini." Kata Yukl.

"Oh benarkah? Kenapa tak memanggilku?" tanya Iqueena.

Zen hanya tersenyum sebelum akhirinya berkata, "Kau tampak sedang tidak bisa diganggu."

"Aku hanya melihat bintang." Jawab Iqueena kemudian memandang kembali bintang-bintang yang tadi dilihatnya sehingga membuat Yukl dan Zen mengikuti arah pandangannya.

"Kudengar kau mendapatkan kekuatanmu, selamat ya!" kata Zen.

Iqueena hanya tersenyum getir. Bukan sebuah senyum yang mengisyaratkan kebahagiaan. Senyum yang menyembunyikan sejuta pemikiran-pemikiran.

"Iqueena,  kau kenapa?" tanya Yukl, "Kenapa kau tak bahagia karena sudah berhasil menemukan kekuatanmu?"

Iqueena mengalihkan pandangannya kepada Yukl dan Zen. Airmata yang ditahan terlihat memenuhi mata gadis itu, "Aku tidak menemukannya!"

"Mmm...maksudmu apa? Jelas-jelas kau menemukannya tadi!" kata yukl.

Zen hanya terdiam. Didalam hati,  dia mencoba menerka-nerka apa yang terjadi kepada gadis yang dicintainya ini.

"Aku tak pernah menemukannya karena memang dia sudah ada bersamaku sejak aku dilahirkan. Kekuatan itu.. Protective power."

A/n:

Long time no update!!
Hhhhhhh

Salam cutton candy🍭

Fairy Florateria {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang