9 tahun kemudian ....
"Sayang bangun".
Seorang remaja laki-laki berumur 15 tahun menggeliat di dalam selimutnya. Di tarik selimutnya dan meringkuk kembali tubuhnya mencari kehangatan di dalam selimut.
"Jey!! Aigoo (astaga) kau tega membiarkan orang tua sepertiku membangunkanmu setiap pagi seperti ini?"
Plak!!
Sebuah pukulan di bokong remaja yang masih terlelap di dalam selimutnya itu berhasil mendarat dengan sempurna.
"OMMA!!!" teriaknya membuka selimut dan segera berdiri kesakitan.
_____________
Di ruangan makan keluarga yang cukup luas. Seorang remaja laki-laki yang di kenal namanya dengan panggilan Jey, terduduk di kursi sambil kedua tangannya mengelus-elus bokongnya yang masih terasa nyeri akibat pukulan dari seorang wanita tua.
Kedua matanya menatap tajam ke depan, kepada seseorang yang sedang duduk berseberangan dengannya di meja makan juga menatap tajam ke arahnya. Di antara mereka berdua juga pembantu wanita dan pembantu pria yang menyaksikannya hanya tertawa kecil. Bukankah ini sering terjadi?. Sejak wanita tua tersebut membawa Jey 2 tahun yang lalu untuk tinggal bersama di rumah mewahnya. Mereka berdua selalu bertengkar seperti tikus dan kucing.
"Aigooo-aigooo!! Kau anak nakal sudah mau masuk SMA masih saja kau menyulitkanku yang sudah tua ini".
"Lagian nenek juga, sudah tau umur semakin tua, kenapa harus merepotkan diri mengurusi diriku."
Pletakk!!
Sebuah jitakan lolos mendarat di kepala Jey.
"Aishhh, YAK!!"
Teriaknya memegang kepala dan menoleh ke belakang. Terlihat seorang pria yang gagah berdiri di belakangnya.
"Kau ini beraninya dengan orang tua seperti nenek. Sini kau dengan aku saja", ucapnya sambil menggulung lengan baju kemejanya berwarna hitam putih.
"Hyung!! Kau gila? Kepala ku sakit. Kau ingin membuatku bodoh?"
"Geutae (benar) aku ingin membuatmu bodoh. Wae? (Kenapa)".
"Yak kau!"
"Eh sudah-sudah", kata wanita tua itu menghentikan mereka berdua bertengkar.
"Kalian ini. Masih pagi sudah ribut. Sudahlah kita makan saja. Rey, kamu duduk. Ayo kita makan", kata wanita tua itu memerintah.
Pria bernama Rey itu akhirnya duduk di samping Jey. Namun kedua mata Jey dan Rey saling bertatapan dengan tajam, seperti ada kilat yang saling menyambar-nyambar.
"Sudahlah. Kita makan".
"Ne (iya)", sahut mereka berdua dengan serentak.
Mereka pun mulai sarapan pagi bersama. Cukup sederhana hidangan mereka di pagi hari, ada susu, nasi goreng, beberapa roti, setoples selai apel, dan air putih yang tertata rapi di atas meja makan mereka.
"Rey, hari ini kau jadi menemani Jey untuk mendaftar di SMA XX bukan?"
"Iya nek"
"Nenek harap Jey senang bisa bersekolah layaknya anak remaja lainnya", kata wanita tua itu kemudian tersenyum melihat ke arah Jey yang sedang melahap rotinya. Jey hanya diam dan fokus terhadap rotinya.
"Baiklah nek, Rey berharap yang sama juga. Benar begitukan Jey?"
Jey menoleh kepada Rey yang tersenyum melihatnya, beralih melihat neneknya lagi yang juga tersenyum melihatnya. Jey mengangguk dengan mulut yang masih mengunyah sepotong roti. Mukanya terlihat datar. Tapi tidak dengan otak dan hatinya. Dia ... merasa ragu.
Akankah aku bisa?
___________________
Setelah sarapan bersama, Rey dan Jey berpamitan dengan nenek mereka untuk pergi mendaftarkan Jey di sekolah barunya. Mereka berangkat dengan menggunakan mobil pribadi milik Rey.
Rey adalah sepupu Jey yang sudah lama tinggal di Seoul. Umur mereka beda 10 tahun. Rey seorang anak yatim-piatu. Dia juga sudah lebih dulu, lama menetap bersama nenek. Sedangkan Jey baru pindah dari kediaman orang tuanya di Jeju. Dan menetap bersama dengan nenek dan sepupunya.
Rey sama sekali tidak keberatan. Rey begitu mandiri dan dewasa. Sudah sangat lama dia tidak bertemu dengan sepupunya, terakhir kali bertemu sejak kematian Ayah dan Ibunya. Rey sudah lupa kapan pastinya. Yang jelas itu sudah sangat lama. Rey hanya mendengar kabar dari neneknya, bahwa Jey begitu terkekang dengan sikap keserakahan orang tuanya. Akhirnya nenek memutuskan untuk membawa Jey tinggal bersama dengannya dan Rey.
Rey tidak sebegitu kaya seperti orang tuanya Jey. Tapi Rey cukup merasa serba ada karena kemandirian dan hasil kerja kerasnya sendiri. Sedangkan nenek, beliau sangat kaya karena memiliki beberapa saham yang berdiri di luar kota. Jelas itu juga yang mengurus adalah orang-orang kepercayaannya.
Skip____
Sampainya di depan sekolah Jey yang baru. Rey dan Jey keluar dari dalam mobil sport mewah berwarna hitam. Mereka berdiri berdampingan sambil melihat bangunan sekolah tersebut.
"Jadiiii ... ini sekolahku?"
"Ya tentu. Bagaimana? Baguskan?"
Sekolah yang cukup terkenal dan terlihat besar. Berisi orang-orang elit di dalamnya. Bagitulah pemikiran mereka berdua.
"Wah hyung, kau pintar sekali".
"Ooo itu pasti. Kalau begitu ayo kita masuk. Kita harus mendaftar dulu".
Mereka berjalan masuk ke dalam sekolah, melewati koridor dan beberapa kelas. Semua mata murid di dalam kelas, merasa seperti sudah tersihir dengan kehadiran dari dua pria yang cukup menawan melewati kelas mereka.
"Wah daebak! (Hebat). Siapa mereka?"
"Sepertinya dia murid baru"
"Benarkah?"
"Benar. Lihatlah seragamnya"
"Wah, kenapa mereka seperti flower boys?"
"Mwo? (Apa?)"
"Iya mereka. Seperti pria yang ada di dalam film BBF (Boys Before Flower). Mereka tampan sekaligus cantik"
"Gereoji? (Benarkan?). Mereka datang seperti membawa sinar yang bling-bling"
"YAK!!"
Brak!!
Suara gebrakan atas meja terdengar kuat di dalam suatu kelas. Murid-murid yang ada di dalam kelas tersebut begitu kaget mendengarnya. Kedua mata mereka beralih melihat ke arah sumber gebrakan meja tersebut.
"Yash!! Kau gila?"
"Ya? Apa? Aku gila? Kalian yang gila. Bagaimana kalian bisa mengagumi seorang murid baru sedangkan raja nya ada di sini. Apa kalian tidak memikirkan perasaan bos kami?"
"Nugu? (Siapa)"
Murid laki-laki tersebut berdiri di belakang seorang murid laki-laki lain yang sedang duduk dan menatap tajam ke arah papan tulis. Lalu kedua tangannya memegang kedua bahu teman sebangkunya yang sedang duduk tersebut.
"Siapa lagi kalau bukan Park Yonsu. Kalian lupa?"
Semua murid wanita mendekati pria tersebut dan mengelilinginya.
"Oppa mianhae (maaf abang sayang). Maafkan kami tidak sadar tadi"
"Eung! Kita tadi benar-benar terhipnotis oleh nya"
"Kalian terhipnotis?" ucapnya melihat semua murid wanita secara bergiliran.
Murid wanita tersebut mengangguk dengan wajah Aegeyo nya. (Lucu:imut:memelas).
"Begitu ternyata. Baiklah", kata Yonsu di ikuti dengan senyuman miringnya.
______________
Percayalah saya sedang tidak ingin mengetik panjang-panjang. Tapi saya berusaha mengikuti alur. Salam. -kjh
KAMU SEDANG MEMBACA
KNOCK ME
FanfictionMenceritakan kehidupan pelajar SMA XX di Seoul. Kekerasan terhadap anak, pembully-an, keserakahan, kesombongan, dan persaingan. Kim Jey Han. Seorang anak laki-laki yang melakukan home schooling sejak berumur 7 tahun. Di karenakan tuntutan dan pengek...