3

57 6 0
                                    

19:00.

Rana bingung harus membangunkan Dinda atau tidak. Ini sudah malam dan sejak tadi Dinda belum juga makan. Rana khawatir,bagaimana kalau Dinda sakit dan tidak bisa sekolah besok.
Akhirnya Rana membangunkan Dinda,Rana tidak ingin Dinda kenapa².

"Din,bangun. Ini udah malam,lo gak makan? Nanti lo sakit."Rana membangunkan Dinda dengan penuh kelembutan,Rana memang selalu seperti itu saat Dinda sedang sakit.
Dinda membuka matanya,kepalanya masih terasa sakit.

"Lo mandi yah,habis itu makan. Gue tunggu lo di bawah. Atau lo mau gue bawain makanana ke sini aja?"tanya Rana.

"Gue ke bawah aja,pinjam baju lo"

"Nih"Rana menyodorkan baju berwarna pink. Iya pink. Warna yg paling Dinda benci.

"Gak ada baju lain"tanya Dinda.

"Gak,udah pake aja. Ntar air panasnya keburu dingin" Rana mendorong Dinda agar segera mandi. Rana sebenarnya sengaja memberikannya baju warna pink itu. Rana membelikan 2 pasang baju,untuknya dan Dinda. Istilah nya si Couple an. Rana keluar kamar,menuju kamar sebelah untuk mandi juga.

Dinda hanya butuh waktu 5 menit untuk mandi. Dia sudah selesai mandi dan turun ke bawah dengan baju yg,hmmm. Menjijikan mungkin.

"Bi,Rana dimana?"tanya Dinda kepada pelayan.

"Non Rana,ada di atas non. Mungkin sedang mandi. Non butuh sesuatu?"jawab pelayan itu.

"Ngak bi."

"Baiklah,kalau non butuh bantuan,panggil bibi aja."

Dinda hanya menganggukan sebagai jawaban. Dia duduk di kursi yg ada di ruang makan. Menunggu Rana. Sungguh,dia begitu kesal kepada sahabatnya itu. Rana menyuruh Dinda mandi,sementara dia sendiri belum mandi. Dinda menunggu sambil memainkan ponsel nya.

"lo udah selesai mandi nya. Cepet amat. Lo mandi bebek yah?"kata Rana sambil duduk di samping Dinda.

Dinda menoleh kearah Rana. Mengabaikan pertanyaan Rana, keningnya berkerut melihat baju yg dikenakan Rana. Sama,batin Dinda. Melihat kebingungan dinda,Rana terkekeh.

"Lo lucu banget sih pake baju itu. Buat lo aja deh,gue juga punya nih"tunjuk Rana ke arah baju yg sedang dikenakannya.

"Bilang aja lo emang sengaja beli dua"sewot Dinda. Dia sama sekali tidak menyukai baju yg diberikan Rana. Tapi Karna Rana yg membelikannya,dia tidak bisa menolak.

"Makan aja yok,gue laper nih"ajak Rana.

Rana menyendokkan nasi dan lauk ke piring nya. kemudian menyedokkan ke piring Dinda,walaupun Dinda menolak,tapi dia tetap bersikeras. Dan akhirnya Dinda mengalah.

Dinda memakan makanannya dengan tenang,tidak seperti Rana,jika makan Rana akan selalu terburu² seakan makanananya akan basi jika dia tidak memakannya dengan cepat.

----

Sekarang mereka berada di ruang tamu,mengerjakan pr. Bukan mereka,hanya Rana yg terlalu rajin.

"Ih,susah banget sih nyari jawabannya. Gue udah masukin semua caranya tetap aja gak dapat. Plis deh,matematik lo kalau punya masalah selesain sendiri. Ngak usah bawa² orang. masalah gue aja gak bisa gue selesain sendiri,apalagi masalah lo."Omel Rana,dia sudah lelah untuk mengerjakan pr nya itu.

"Din?"

"Hm"

"Din?"

"Hmm".

"Dinda"teriak Rana kesal karna Dinda tak kunjung melihatnya dan memilih fokus dengan ponselnya bermain game

"Apa Rana?"

"Hehe,bantuin gue dong ngerjain nya,lo kan pintar. Lagian lo ketos,tapi gak ngerjain tugas. Seharusnya lo ngasih contoh ke gue"oceh Rana lagi. Tidak ingin mendengar ocehan Rana lebih lanjut,Dinda mengalah, mengeluarkan aplikasi gamenya  dan membantu Rana mengerjakan pr nya.

"Yg mana?"

"Ini"tujuk Rana.

Dengan teliti Dinda mengerjakannya, sebenarnya kepala masih sakit sedari tadi,tapi dia tidak ingin membuat Rana repot. Dia masih bisa menahan nya.

"Nih"Dinda memberikan bukunya yg sudah berisi jawaban.

"Cepet amat"

Dinda hanya mengangkat bahunya.

"Kok,cuma satu sih? semua lah"

"Selebihnya lo kerjain sendiri,caranya tetap sama"

Rana mengerjakan pr nya. Sesekali tangannya memakan kripik yg ada di sampingnya. Dia memang selalu makan kripik jika sedang mengerjakan pr,atapun menonton.

"Lo,gak tau yah. Kalau kuman yg ada di pulpen lo,secara gak langsung udah lo makam bersamaan dengan kripik lo"kata Dinda

"Udah biasa"cuek Rana.

Dinda menoyor kepala Rana,sungguh sahabatnya ini sama sekali tidak peduli dengan perutnya yg akan sakit.

"Dinda,sakit tau"

Dinda hanya diam,mengambil kripik Rana.

"Kerjain,biar gue yg nyuapin"perintah Dinda.

Rana hanya menurut,mengerjakan pr nya dengan teliti. Sambil memakan kripik yg disodorkan Dinda.

"Selesai,periksa coba. Gue takut salah."

Dinda memeriksa pekerjaan Rana.

"Bagus,lo emang pintar."

"Lo gak ngerjain pr?,besok kan gurunya killer"

"Udah"

"Hah? Sejak kapan,gue gak lihat lo ngerjain pr."

Dinda mengabaikan pertanyaan Rana, berjalan menuju tangga. Dan masuk ke kamar. Dia berjalan ke arah balkon sembari membawa gitar. Itu gitarnya. Karna Rana tidak tau bermain gitar.

Dia memetik gitar,mengeluarkan bunyi yg indah. Bernyanyi.

"Gue sayang lo,Van"lirih Dinda.
"Kapan lo ngerti perasaan gue? Kapan gue bisa jadi pacar lo?"lirih nya lagi.

Rana mendengarnya,begitu jelas. Dia jadi merasa bersalah,harus ada di antara Dinda dan Revan. Apakah perasaan salah?

Friend? Don't Leave Me(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang