Dua hari pun telah berlalu, aku baru bertemu lagi dengan Safna karena dia pergi ke rumah neneknya. Aku juga telah menceritakan tentang kejadian ibu tua kemarin padanya. Setelah itu dia memberikanku gambar kami yang telah selesai dia warnai.
"simpan dan jaga gambar ini baik-baik ya Rumi, aku menyayangi kamu dan gambar ini" ucapnya dengan raut wajah yang sedih.
"kenapa harus aku yang menyimpannya? biasanya kan kamu yang selalu menyimpan semua barang yang kita buat berdua"
"aku nggak bisa membawa gambar ini bersamaku, biarkan ia menemanimu" katanya sambil memegang tanganku
"memangnya kamu mau kemana? kenapa bukan kamu yang menemaniku? Oh aku tahu, kamu mau menghabiskan beberapa hari di awal musim gugur ini di rumah nenekmu? Kalau begitu gapapa Safna, walaupun kita sudah menunggu musim gugur ini untuk menghabiskan waktu bersama tapi aku masih bisa bersamamu setelah itu dan rencana kita bisa diundur untuk musim gugur berikutnya" kataku
Safna hanya diam. Benar-benar diam. Dengan tatapan kebawah dan menahan air matanya. Aku kaget melihatnya sikapnya seperti itu.
"maafkan aku" bisiknya
"apa? aku tidak dengar. Ayolah Safna bicara yang jelas, kenapa kamu jadi bersikap begini?"
"maafkan aku, aku harus meninggalkanmu, aku membuat gambar ini hanya untuk menemanimu karena aku harus pergi, maafkan aku" katanya
"kemana? kemana kamu akan pergi? berapa lama? seberapa jauh?"
"aku akan pulang Rumi, ke tempat asal kita, Indonesia" kata Safna yang membuat hatiku tersentak
"apaa?!! Indonesia?!!! itu benar-benar jauh Safna! kenapa kamu harus pergi begitu jauh? kamu kan sudah janji kalau kita bakal sama-sama terus, kamu lupa ya?!" bentakku
"maafkan aku, orang tuaku mengalami masalah keuangan Rumi, kami tidak bisa lagi tinggal disini, sudah tidak ada apa-apa lagi yang tersisa disini, kumohon jangan membenciku, ini bukan kemauanku" katanya
Aku benar-benar tidak bisa lagi menahan air mataku, lututku tak mampu lagi menahan badanku. Aku terlutut dan menangis tersedu-sedu. Aku tak pernah membayangkan Safna pergi begitu lama, begitu jauh, dan takkan kembali.
"aku tetap Safna yang sama untukmu mau dimanapun aku berada. Aku tetap menyayangimu seperti dulu tidak ada yang akan berubah. Cita-citaku masih sama membuat kamu bahagia" katanya
Aku tidak mau melepasnya. Aku sungguh menyayanginya, dia melebihi saudara bagiku. Hanya dia Safnaku, yang berlari mengambil obat merah saat aku jatuh ketika bermain di depan rumahnya, yang berlari mengambil payung ketika aku memaksa bermain hujan karena takut aku akan sakit, yang memecahkan celengan demi membeli kado untukku. Sekarang tidak akan ada lagi Safna. Tidak ada lagi alasanku berlari pagi-pagi hanya untuk duduk bersamanya di halaman rumah. Tidak ada lagi alasanku untuk menunggu musim gugur kesukaan kami.
Dia pergi tepat pada pukul 4 sore setelah mengucapkan selamat tinggal dan memelukku dengan erat sambil berbisik "Jaga dirimu baik-baik, ingatlah bahwa selalu ada aku untukmu, sekarang dan sampai kapanpun. Sampai jumpa Arumi"
hanya itu yang terakhir kali kuingat, pada tanggal 21 september 2008. Tepat 10 tahun yang lalu, disaat musim gugur terakhirku bersama Safna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi's Perfect Love
RomanceCinta itu indah, tetapi tak semua cinta berjalan mulus, tak semua hati tepat berlabuh, tak semua cerita berakhir bahagia. Cinta yang mudah hanya bagi mereka yang beruntung. Aku bukan salah satunya. Cinta dan bahagiaku punya banyak warna tapi perlaha...