Seorang pemuda tengah berdiri depan sebuah loker, loker miliknya. Sebut saja Hwang Hyunjin. Tangannya sibuk merapikan seisi loker yang berantakan. Ugh karena terlalu banyak tugas ia tak sempat merapikannya barang sedetik pun.
Tiba-tiba sebuah buku kecil berwarna hijau muda terjatuh dari dalam loker miliknya karena ia terlalu grasak-grusuk.
Sebuah buku harian.
Dirinya memungut buku harian itu, kemudian dibukanya buku itu. Ia terkekeh saat membuka halaman pertama bukunya.
"Astaga, aku tak percaya pernah menulis ini."
Saat sedang larut dengan buku kecilnya itu, Hyunjin tak sadar jika ada seseorang yang mendekatinya sembari tersenyum miring.
Sret!
"Shit! Bukuku!"
Terlambat bukunya sudah berada ditangan seorang gadis cantik yang kini tengah memandangnya remeh.
"Wow, seorang Hyunjin menulis buku harian. Aku penasaran apa isinya."
Hyunjin mendesis, ia tak suka gadis yang ada dihadapannya sambil tersenyum menyebalkan ini. Jeon Heejin, si ratu sekolah yang sombong dan sok cantik. Terlihat jemari lentik gadis itu menenteng-nenteng buku harian miliknya.
"Jeon Heejin, kembalikan bukuku."
Gadis bernama Jeon Heejin itu menyeringai, sembari memainkan ujung rambut ikalnya.
"Tidak semudah itu, Hyunjin."
Ck! Hyunjin mendecak, namun berusaha terlihat biasa saja. Pantang baginya berlaku kasar pada seorang perempuan.
"Apa maumu, Heejin?"
"Mauku? Tidak sulit kok."
"Cepat katakan dan kembalikan bukuku."
Gadis itu kembali menyeringai, mendekatkan wajahnya pada pemuda Hwang itu.
"Berkencan denganku nanti sore dan aku akan mengembalikan buku harianmu ini."
Shit! Apa-apaan gadis ini.
Ayolah, satu sekolah tau kalau Jeon Heejin itu sangat menggilai Hwang Hyunjin. Namun sayangnya pemuda itu selalu mengabaikannya, selalu bersikap cuek dengan gadis itu.
"Aku tidak mau."
"Jadi tidak mau? Baiklah kujamin besok pagi semua isi buku harianmu akan tertempel di mading dan menjadi topik hangat di radio sekolah."
Sialan!
Hyunjin membisu, memikirkan bagaimana caranya agar keluar dari permainan licik seperti ini. Ayolah semua rahasia dan isi hatinya berada di buku itu. Bisa gawat jika tersebar hingga satu sekolah.
"Bagaimana?"
Pemuda itu menatap Heejin tajam, hingga kemudian ia menghembuskan nafasnya kasar.
"Baiklah baiklah aku mau, kau puas? Sekarang kembalikan bukuku?"
"Berkencan denganku dulu, aku akan mengembalikannya nanti malam. Kalau begitu sampai jumpa, Hyunjin sayang."
Heejin berlalu meninggalkan Hyunjin yang kini tengah menahan kesal. Sialan sekali gadis itu, andai saja dia bukan anak kepala sekolah mungkin sudah Hyunjin tenggelamkan hidup-hidup di sumur belakang sekolah yang tak terpakai.
Dirinya pun menutup lokernya dengan kasar. Saat hendak berbalik seseorang menepuk bahunya dengan pelan.
"Yo, Hyunjin."