Pintar gak harus rangking guys

27 3 7
                                    

Hay guys, bolehkah gue memperkenalkan diri. Mungkin kalian ga mau tau yh, nama gue ini siapa, tpi biar tambah sayang seperti kata orang² sebelah 'Tak kenal maka kenalan dan kalau udah kenal tambah sayang' (Gaje banget, wkwkw). Oke, kalian boleh panggil gue fajar,rumah gue di desa Sudagaran, gue sekolah di SMK TAMATAMA 2 SIDAREJA, KAB.CILACAP, PROV.JATENG kenapa gue kasih alamat lengkap, biar kalian nanti bisa main kerumah gue dan nanti kita jadi teman, simple kan. Dan jgn lupa yh baca cerita gue sampai habis.

Selamat membaca

***
Ada yang membuat hati gue serasa ingin meledak, ketika sore itu gue pergi untuk berolahraga atau biasanya anak muda jaman sekarang menyebutnya 'jogging'. Olahraga ini adalah rutinitas yang biasa gue lakukan disetiap pagi atau sore hari ketika waktu longgar. Ketika gue berlari.
Gue berhenti dan menyempatkan diri untuk mampir terlebih dahulu di kolam renang, kalian pengin tau kenapa gue berhentinya di kolam renang. Ya karena Kolam renang ini yang megang adalah kakak gue sendiri, karena dulu yang punya pernah mengalami kebangkrutan. Jadi, ia melemparkan tanggung jawabnya ke kakak gue,guys. Kakak gue itu bernama Muhammad Zaenal Aminudin. Dia keren, ganteng dan pandai. Dan yang paling gue suka dari dirinya adalah dia seorang pekerja keras dan aktivis di masyarakat. Jadi, ga heran kalau kemarin waktu bencana alam di Sulteng, ia hadir disana. Oh iya, nanti kalo lho pada mau mampir ke kolam renang kakak gue, kolam renangnya bernama 'Kolam Renang Kunci Waterpark'.

Kembali ke laptop guys.

Awalnya gue hanya ingin melihat-lihat pemandangan di kolam ini. Tapi, ketika disana ada seorang guru, sebut saja namanya 'Pak Sakiran'. Pak sakiran ini adalah guru olahraga guys, beliau pelatih renang dan sudah banyak prestasi yang beliau dapatkan, salah satunya adalah baju Basarnas. Walaupun cuma baju, tapi kenangannya banyak, kata beliau.

Pak sakiran yang sedang duduk di pojok kolam, langsung gue hampiri dengan keadaan gue yang seperti habis mandi (penuh keringat perjuangan).
"Assalamu'alaikum, pak guru" gue menyapanya dengan memberi senyuman pangeran.
"Wa'alaikumussalam, eh kamu di sini jar?"
"Bukan pak, fajar lagi di hutan nyari monyet" gue jawab dengan candaan datar.
Pak sakiran tertawa kecil ditambah senyuman di bibirnya. Kami ngobrol kesana kemari seperti seorang yang telah berpisah puluhan tahun(akrab banget). Tiba-tiba, tak ada angin dan tak ada hujan, ketika kami ngobrol lumayan lama. Gue bertanya sama pak sakiran(posisi gue lagi ga sadar guys).

"Pak, menurut pak sakiran, jadi orang pintar itu kaya gimana??"

Gue melontarkan sebuah pertanyaan yang mungkin jarang di dengar oleh kebanyakan guru. So what?, tiba-tiba raut wajah pak sakiran menunjukan ketegangan. Dua alisnya hampir menyatu. "Hah? Maksudnya??", jawab pak sakiran.

" Jadi gini pak, aku kan sekarang lagi banyak kegiatan dan otomatis belajarku jadi menurun, aku takut kalo nanti rankingku menurun drastis di kelas??".
"Oh gitu, sebelumnya bapak mau nanya dulu sama kamu??".
"Tanya apa,pak?".
" Kamu sekolah pengin apa??".
Gue sedikit berpikir dan agak bingung dengan pertanyaan ini. Tapi, gue beranikan diri untuk menjawab dengan perasaan walau ada sedikit rasa canggung.

"Ya pengin pinter lah,pak." jawabku.
"Apakah pinter harus rangking??"
Pak sakiran nanya mulu,guys. seolah-olah dia adalah intelijen polisi kelas kakap, wew. Tapi gapapa lah.
"Tidak sih. Tapikan biasanya orang yang rangking sudah pasti pintar." jawabku dengan nada rendah.

Perkataan gue pun langsung disambar oleh pak sakiran, bagai harimau yang menyambar mangsanya.
"Kamu salah, biasanya orang seperti itu, kepintaraannya hanya ingin diakui oleh orang lain saja. Dan banyak juga orang yang rangking karena mencontek." pak sakiran pun seolah-oleh ingin menunjukan sesuatu padaku.
"Loh, kok bisa gitu yah pak??" Gue tertegun dan terdiam.

"Iya bisa, jadi gini. Saya punya cerita ketika dulu saya pergi ke Jakarta tempatnya di SMA Negeri Jakarta. Singkat saja ceritanya. Ada seorang dosen yang menjadi pembicara diacara tersebut. Dosen ini bercerita bahwa dia punya teman yang sukses dan sangat pandai. Jadi, temannya itu dulu pernah sekolah di SMA favorit di jakarta. Ketika sedang Ujian Nasional (UN), ia melihat temannya sedang mencontek. Lalu dia tidak diam, tapi ia menunjuk dan memberitahu ke pengawasan bahwa temannya itu sedang mencontek. Tapi apa?, malah yang di suruh keluar ruangan bukan temannya, melainkan dirinya sendiri. Kejadian ini membuatnya stress campur penyesalan yang luar biasa. Ia tidak lulus dan terpaksa harus Kejar Paket. Tapi ia punya tekad dan ambisi, bahwa orang yang kejar paket pun dapat masuk UNIVERSITS INDONESIA (UI). Dengan penuh usaha akhirnya tekad dan ambisinya tercapai. Ia masuk Universitas Indonesia dan mendapatkan beasiswa sehingga ia bisa melanjutkan sampai S-3. Setelah lulus, sekarang ia sudah punya perusahaan, apartemen besar dan pondok pesantren."

Tiba-tiba Pak sakiran mengagetkan gue yang sedang terkesimak dengan ceritanya.
"Heey!!, kok ngalamun??!!".

Asli!! Gue kaget. Coba bayangkan, orang lagi serius-serius di kaya gitukan. Perasaan lho gimana.
Gue coba menangkap kesimpulan dari cerita pak sakiran.
" Bahwa orang pandai yang sebenarnya adalah orang yang tidak menginginkan pengakuan kepandaiannya. Kalaupun ada, sebenarnya dia tidak pandai. Gitu yah, pak".

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SMART DOES'T HAVE TO BE RANKED!! (YOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang