Malam yang dingin. Hujan yang begitu deras mendominasi suara percikan diatas genting, tidak ketinggalan suara petir dan kilatan yang menyala, menjadi pelengkap malam dalam keheningan didampingi rintik hujan yang lebat.
Seperti pada halnya, mungkin sebagian orang akan berkutat didalam selimut, memasuki dunia fantasi yang disebut mimpi, mengingat jam hampir memasuki tengah malam.
Mungkin tidak untuk pemuda yang satu ini. Ya, Sasuke Uchiha. Ia tengah asyik duduk di sofa putih dengan televisi yang menyala, menampilkan film yang membuat bulu kuduk meremang. Apalagi kalau bukan film horor yang baru saja ia beli kemarin.
Rasanya kurang menyenangkan jika menonton film yang menunjukkan para makhluk astral ini tidak pas pada jam tengah malam. Entahlah, mungkin karena ia menyukai ketegangan, misteri yang begitu sulit untuk di pecahkan, dan rasa penasaran.
Sekarangpun mungkin bisa dikatakan mencengkam. Lampu disekitar sudah dimatikan, hanya ada cahaya televisi yang menjadi penerangan. Penghuni rumah ditempat itu sudah berlabuh ke pulau mimpi masing-masing. Hanya ada dia seorang, dan juga mungkin makhluk yang tak kasatmata. Tiba-tiba saja Sasuke merasakan angin berhembus mengenai permukaan tengkuknya. Ah, ternyata jendela itu terbuka.
Pemuda emo itupun berjalan menghampiri jendela yang terus bergoyang-goyang seirama dengan angin malam yang berhembus, memberikan suara decitan seram dan dingin yang merasuk ke tulang.
Sebelum menutup jendela Sasuke mengamati kearah luar. Benar sekali. Bahkan tetesan hujan itu turun begitu cepat dengan petir yang kadang menimbulkan suara nyaring. Terlalu dingin diluar sana, dan juga gelap.
Lampu halaman pun tak dapat memberikan sinar yang cukup, ia baru sadar kalau di halaman rumahnya cocok untuk tempat uji nyali. Benar-benar tak habis pikir dengan tetangga barunya yang kadang tak pulang. Seharusnya mereka menyalakan lampu sebelum berpergian lama.
Kembali menghela nafas. Sepertinya tubuhnya mulai dingin, segera pemuda bungsu itu menutup jendela dengan gorden putih rapat-rapat dan menguncinya. Rasa kantuk mulai menyerang, ia sedikit menguap dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Mungkin ia akan tidur jika filmnya sudah selesai, sepertinya film itu menunggu untuk ditonton.
Dengan langkah pelan, ia menuju kearah sofa putih itu tadi. Karena daya penerangan yang minim dan jarak yang sedikit jauh dari televisi, kadang-kadang tangannya meraba dinding rumah atau benda-benda yang bisa saja mengenai dirinya.
Terlihat televisi lebar duapuluh sembilan inch itu tengah mempertontonkan adegan seorang gadis pucat dengan bibir yang robek hampir mendekati telinga, tengah berjalan di udara dibawah guyuran hujan. Menekan bel setiap rumah yang ia lewati, mendekati siapa yang terlihat oleh matanya yang tidak memiliki bola mata seperti manusia.
Hampir saja bokong itu merasakan empuk-nya sofa jika saja suara bel tidak menghentikan pergerakan-nya. Sasuke berdiri dengan wajah kesal. Iapun berjalan kearah pintu depan yang syukurnya masih berdekatan dengan ruang tamu, tempat ia menonton tadi.
Orang gila mana yang bertamu tengah malam seperti ini. Pemuda itu hanya menggeleng dan menghidupkan lampu ruang tamu menggunakan sakelar yang ada di dinding. Secara serentak tiga bola lampu yang berukuran besar menyala.Ritme suara bel itu semakin cepat, begitu juga dengan Sasuke yang mempercepat langkahnya sembari terus menggerutu. Ada rasa yang tak dapat dijabarkan sebenarnya, seperti ada sedikit perasaan yang mengganjal. Namun, pemuda itu menepisnya dan perlahan mendekati pintu besar bercat coklat tua itu.
Hujan semakin lebat, begitupula dengan petir yang menyambar. Perlahan Sasuke memegang gagang pintu itu dan menariknya, tiba-tiba saja suara petir datang dengan kilatan tajamnya yang membuat Sasuke terkejut bukan kepalang. Apalagi adanya seorang perempuan di hadapannya yang terlihat basah kuyup. Rambut pink itu, tidak salah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
RomanceSasuSaku [ON GOING] [ALTERNATE UNIVERSE]Bagaimana kalau sepasang anak remaja sekolah menyembunyikan kehamilannya? Bersekolah seperti biasa sambil menjaga benih yang sudah tertanam dan melakukan hal berdua bersama. Menjadi ayah dan ibu diusia 17 tahu...