4. Luka yang kuperlihara

59 4 0
                                    

Saat itu malam, dijalan menuju pulang. Memperbaiki perlahan pecahan hatiku sebab ical. Ska, ska melakukan segala hal untukku melupakan kesedihan itu malam itu, katanya aku tak boleh sendiri, biar saja menuju pagi bersama ska, biar tidak ingat apapun kejadian itu.

Perutku tak tahan atas kelucuan ska, beberapa kali aku memukul lengannya memastikan "udah dong ska jangan bikin gue ketawa terus, cape". Sampai akhirnya wajah yang berliku serta senyum yang tak sengaja berbentuk bahagia perlahan menjadi datarnya lautan tenang, ical menelfonku, meminta maaf atas kejadian itu.

Apa bisa aku perbuat, cinta pertama, seburuk apapun kesalahannya bagiku aku tak ingin ia pergi.

"apa katanya?" tanya ska saatku menutup telfonnya
"minta maaf"
"lo maafin?" dan aku hanya mengangguk
"sumpah lo bucin"
"apansi ska, gitu doang kali yakali ga gue maafin parah banget"
"ayo pulang"

Sangat malam, rasa hatiku bercampur aduk, setelah apa yang dilakukan ical masih sangat sempurna untukku biarkan. Yang ada hanya ical ical ical dan ical. Bisa tidak pergi? Aku rasa ada hal aneh?

Kutemui ska telah menungguku dengan motornya di gerbang rumah ku, pastinya
"qil lo lama gue tinggal ya" pasti itu teriaknya yang pertama
"qil sumpah lo lama banget" dan itu yang kedua, sampai pernah pun ia tak mengucapkan dan pastinya aku menirukan.
"ska nanti makan es krim yuk, ada es krim baru tau di deket tukang kebab" ucapku saat dimotor ska
"tapi lo yang bayarin mau ga?"
"gak"

"qil?" tanyanya memberhentikan motornya, belum sampai disekolah dan mungkin baru dekat dengan rumahku. Motor ical dengan seragam batik sekolahnya yang membuat ia beda dari aku dan ska.
"qil sama gue ya?" tanyanya menghampiri ku
"hari ini qila sama gue, kal" jawab ska melepas helmnya, haikal menatap sinis ska, tak menjawab
"qil please, sorry banget"
"iya udah qila maafin" jawab ska lagi
"gue ga ngomong sama lo ya" jawabnya dengan mengambil kerah baju batik ska
"eh apaan sih lo cal, ska gasalah apa apa" aku yang melepas tangan ical dari baju ska
"qil please, sama gue ya?" rayunya sangat manis, dengan wajahnya manis, semua meluluhkanku dipagi hari, meraih tangannku dengan hangat.

Aku turun dari motor ska, bersama ical saat itu. Yang aku tau ska tak suka melihatnya, seperti aku mudah saja memaafkan seorang yang bejat. Namun aku tak mengiraukan ska.

Didekatmu aku nyaman, cal.

Lirihku dalam hati, namun aku dibuat bingung. Arah motor ical bukan menuju ke sekolahku.

"mau kemana?" tanyaku
"kamu ikut aja ya?" jawabnya sembari melirikku.
Aku tak pernah absen dikelas, aku tak pernah telat mengerjakan apapun pekerjaan rumah. Sekalipun itu ska yang mengerjakan.

"aqila belum dateng?" tanya ska pada adin,
"keknya gamasuk deh" jawab adin dan ska langsung meninggalkan kelasku
"eh aqsa, lo gabareng?" teriak adin dan ska hanya menggelengkan kepala

Banyak sekali anak pria memakai celana abu abunya, duduk dengan manis dengan kopi dan sebatang hangatnya. Bentuknya seperti komplek untuk tempat bolos teman ical.

"eh kal, cabut juga lo" ucap salah satu temannya, ical menggandengku dengan erat, bukan hanya aku anak perempuannya lumayan banyak namun aku tak mengenalnya
"baru?" tanya temannya lagi
"ah gila lo"
"ini aqila, anak wd temen julio" jelas ical. Dan aku hanya tersenyum melihatnya

Aku tak banyak tau tentang ical, yang aku tau dan kelihatannya ia menggemari futsal dan pastinya satu tahun diatasku, temannya banyak, gayanya yang tengil membuatku ingin menjadi salah satu bagiannya. Jatuh cinta pertama, sukses dibuat ical pada saat cup berlangsung disekolahku.

Dengan rambutnya yang lumayan panjang untuk ukuran rambut pria, celananya yang pensil, tidak memakai dasi, badannya yang tak gemuk, dan tidak membawa tas apapun.
Siswa yang sangat nakal, namun manis sekali tidak bohong.
Aku tidak nyaman, bersama dengan teman ical.

"aku mau jalan jalan" bisikku
"eh gue gabisa lama, biasa" ical kepada temannya. Tak lama aku dan ical pamit.

Ical membawaku ketempat biasa denganku dan ska, didekat tukang kebab dan aku berjanji pulang nanti ingin mengunjungi kedai es krim baru dengan ska

"kenapa? mau berdua ya?" ledek ical
"ganyaman aja sama temen kamu cal"
"jadi udah aku kamu?" tanyanya
"lah tadikan kamu duluan yang mulai" jawabku heran
"iya iya bercanda aqila"
"jadi pacar aku mau ga?" jantungku berdegub lebih dari sebelumnya, impiannku tak berpikir lama aku menerimanya dengan amat senang hati.

Hari ini aku habis kan dengan ical, sampai aku lupa sudah lewat 2 jam setelah aku pulang sekolah seharusnya, aku meminta ical untuk pulang.

"dah" kataku

Aku melihat ska telah tidur disofa kesukaannya, aku mendekatinya dengan pelan, takut mami bertanya macam macam.

"ska"
"ska bangun" aku sembari memukul lengannya
"lo udah balik? lo gapapa?" tanya langsung memegang ku erat
"gapapa ska, mami mana?"
"mami keluar kota 3 hari, dia nitipin lo sama bunda"
"terus gue nginep dirumah lo?" kataku, dan ska mengangguk
"eh jawab lo beneran gapapa? Seharian lo ninggalin gue qil, gue tunggu lo di kedai es krim"
"serius? maaf banget ska, tadi gue jalan sama ical"
"sampe bolos gitu ya qil, segitunya" dan aku hanya tersenyum malu
"ambil baju baju lo, gue tungguin"

"aqila ada telfon" teriak ska dari bawah, dan mungkin aku tak mendengarnya
"hallo?" angkat ska
"ini siapa? aqila mana?"
"gue aqsa, aqila ada"
"kok lo bisa sama dia? awas lo ya sampe macem macem sama cewe gue"
"bentar, cewe lo?"
"sejak kapan?" tanya ska
"tanya aja sama aqila, oiya bilang sama dia nanti gue telfon lagi" ical langsung menutup telfonnya.

"ayo ska" aku berjalan sambil membawa tas pakaianku
"loh ko diem? lama" namun ska terdiam, dan aku langsung menariknya
"sahabat gue punya pacar ya?" tanyanya dan membuatku menoleh kearahnya
"siapa? gue?" tanyaku
"siapa lagi sih qil temen cewe yang gue kenal" jawabnya dan aku pastinya menceritakan semua kepada ska.

🌯

Aku membuka gorden jendela apartku, seperti mengawali hari dengan dukungan sang mentari. Saat itu New York sedang indah, langit biru yang aku suka.

Perlahan aku ambil ponselku, aku berpikir ada orang baik yang Tuhan kirim untuk mengirim lokasi dimana kamu sekarang ska, dan rupanya bio belum menghubungiku, mungkin jadwal kuliah sedang padat. Aku awali dengan air hangat untuk membasuh badan dan itu cukup, entah kemana hari ini aku di New York, mencarimu? Mustahil bukan?

Aku memakai kaos Malibu kesukaanku, dan hoodie ditanganku. Aku rasa tak pantas memakai jas dicuaca yang indah. Aku keluar dari apart, aku memilih jalan kanan, kemana saja aku ikuti arah jalan.
Saat dipertengah keramaian, seperti seorang menyentuh pundakku dengan perlahan, dan pastinya aku menoleh

"sorry, miss"
"you was bought? its fall in traffic and probably you missed it?" seorang wanita dengan rambutnya yang pirang, kelihatan bukan orang New York
"yes, it is mine"
"aqila" aku menjulurkan tanganku, kelihatannya ia cocok untuk sekedar mengobrol dengan secangkir kopi
"deya" ia membalasnya dengan senyum manis dengan lesung pipinya
"aku tau kamu orang Indonesia, mungkin kita cocok untuk sekedar jadi temanku disini?" tawarku
"hebat ya, aku kasih tau tempat menarik disini" ajak deya tak lama berkenal

sekiranya, hampir.  [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang