Aku menggeliat, mengusap pipi kali aja ada iler disana. Sekarang hari apa ya, aku melihat kalender kecil di samping jam beker miliku yang unyuk-unyuk itu.
Oh ternyata sekarang hari selasa, yah membosankan sekali. Kenapa? Karena hari ini ada pelajaran olahraga, dan aku benci pelajaran itu. Aku melihat pantulan diriku dicermin, dan... Waw sekali, sangat mengerikan. Hehehe..
Yup aku enggak seperti cewek-cewek biasanya yang kalo bangun mukanya masih cantik, ya paling enggak masih layak buat diliat. Sebaliknya aku malah terlihat seperti abis diterjang badai, angin topan, gempa bumi, yaa... Sejenis kiamat kecil.Aku berjalan perlahan ke kamar mandi dan menyikat gigi. Bergegas mandi, setelah selesai mandi aku keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan seragam putih-abu khas anak SMA.
Ceilahh... anak SMA cuenahh...
Berjalan ke meja rias, memakai bedak tipis dan sedikit polesan liptint untuk memaniskan bibir, dan senyuman disaat pagi hari. Kali aja kan ketemu cogan dijalan.
"Moraa... ada Keke di sini!"
Nah, teriakan indah dari ibunda tercinta terdengar di telingaku yang mungil. Ah apa si. Aku dengan cepat bergegas turun ke bawah dan mengambil sebuah apel. Mencium telapak tangan Bunda.
"Assalamualaikum," teriakku.
Aku melihat Keke sedang duduk diatas motor maticnya itu dan aku berjalan menghampirinya.
"Hei Mora.. sahabat gue yang paling gue sayangi. Bersiaplah untuk hari istimewa ini," Keke tersenyum, melihat itu aku mengangkat sebelah alisku.
Apa yang istimewa dari hari Selasa? Yang ada ini adalah hari yang paling membosankan dalam sejarah hidupku, dan mungkin aku akan membuat buku sejarah yang berjudul 'Aku benci hari selasa' dan buku itu akan aku berikan kepada anak dan cucuku nanti. Aku berharap mereka akan membenci hari selasa juga.
"Apa istimewanya hari ini?"
Keke menjalankan motornya, perjalanan dari rumahku ke Sekolah hanya memakan waktu 15 menit saja. Itu dalam artian enggak macet ya.
"Ini tuh Istimewa banget Ra."
"Ya iya kenapa?" aku memutar mataku malas, "Istimewaan mana sama martabak 5 telor Mang jojo?"
"Et deh, makanan mulu di otak lo tuh," aku hanya terkekeh. "Lo gatau? Emang ya lo tuh kudet banget, Ra," lanjutnya.
Kalo gue tau ga bakal gue nanya,batinku.
Ingin sekali aku memukul kepalanya pake portal komplek rumah. Tapi enggak deh, kasian portalnya. Mahal kan, belinya pake duit.
"Ya ampun! Regiel kembali dari Korea," Keke tersenyum ketika ia sudah memakirkan motornya dengan selamat.
Aku turun dan menatapnya,
"Yang jelas gue gak peduli," kataku dengan datarnya.Keke memutar matanya malas, "Lo ga seneng, pasokan cogan nambah satu?" tanyanya seraya melepas helm dari kepalanya. "Terus lo ga kangen gitu liat muka gangeng Regiel, senyumannya?" lanjutnya.
"Yaelah Ke, terus gue harus apa? Manjat tiang bendera terus teriak Regiel gue rindu.. atau samperin Regiel dan bilang ya ampun Regiel oh my god, oh my god gimana oppa suami gue disana?" Aku menaikan sebelah alisku
"Lo mau mati muda gak? Soalnya gue mau lempar batu kali ke kepala lo," desis Keke, aku tersenyum mengangkat tanganku menyerah.
"Enggak, gue masih mau kejar cita-cita gue," gumamku.
"Eh tapi kenapa lo bahagia baget kalo si biang keladi itu balik lagi?" tanyaku.
"Yaelah, Ra, jangan bilang kalo lo ga kangen sama mukanya yang ganteng itu,"jawabnya, kami berjalan menuju tangga karena kelas kami ada di lantai 3. Kami beda kelas, aku 11 Ips dan dia 11 Ipa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINDU
Teen Fiction"Gue boleh pergi?" gumamku sambil mengangkat alis. "Ga, lo ga boleh pergi Putri." katanya. Aku melipat tanganku. "Kenapa?" "Lo buat gue kesel, " jawabnya. "Apa yang lo mau? Gue minta maaf soal kemarin. Tolong kasih tau gue apa yang lo mau, "kataku...