[Jakurai's POV]
Banyaknya pasien yang mengantri serta para suster yang sibuk lalu-lalang sudah menjadi asupan pemandangan yang sangat biasa untukku, terutama disaat aku baru sampai di rumah sakit ini. "Mungkin lain kali aku harus datang lebih pagi." bisikku pada diriku sendiri.
"Selamat pagi, Jinguji-sensei!"
"Ah, Sensei! Pagi!"
"Seperti biasa Sensei datang lebih awal dari jadwalnya, ya."
Aku hanya bisa menjawab segala sapaan ini dengan "Pagi" atau "Selamat pagi" dan disertai dengan sebuah senyuman."Bagaimana keadaan pasien kamar 259?" tanyaku pada salah seorang suster yang kelihatannya sedang tidak sibuk.
"259... Oh, saya baru saja dari sana. Pasien masih tertidur, Sensei. Dari data yang ada di sana, dia masih baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun." jawabnya dengan ramah.
"Begitu, ya. Baik, terimakasih" aku pergi sekali lagi dengan meninggalkan sebuah senyuman. Mungkin hanya itu satu-satunya hal yang bisa kuberikan kepada rekan-rekan kerjaku di sini.Sesampainya aku di ruanganku ini, sudah ada seorang suster yang nampaknya sibuk membereskan mejaku. "Jinguji-sensei?! Maaf, meja anda belum selesai saya rapihkan. Saya kira, anda akan datang sekitar satu jam lagi-"
"Ahaha, terimakasih. Tidak usah repot-repot begitu-" aku pun mengambil beberapa dokumen yang suster itu pegang di tangannya.
"Yah, lagipula, kalau ruangan Sensei rapih, pasti Sensei lebih nyaman selama jam tugas, kan?" Ia mengeluarkan tawa kecil."Terimakasih" kembali terucap dari bibirku. Kutaruh dokumen-dokumen tadi di meja kerja. Namun, beberapa helai rambut ungu ini ikut jatuh ke arah depan dan menutupi sedikit pandanganku. Ah, apa mungkin rambutku ini memang sudah terlalu panjang? Yang biasanya kulakukan hanyalah menyisir rambut ini ke belakang daun telingaku.
"Sensei, apa Sensei butuh ikat rambut?" Dia berjalan mendekatiku. "Saya punya beberapa ikat rambut cadangan." tambahnya.
"Terimakasih, tapi tidak usah." jawabku.
Kini Ia menyodorkan sebuah ikat rambut berwarna hitam yang nampaknya masih baru, atau mungkin baru dipakai beberapa kali. "Tidak apa, Sensei. Ini." Dia tetap memaksaku untuk memakai ikat rambutnya.
"Terimakasih, Suster. Saya merasa kurang nyaman jika rambut saya diikat. Lagipula ini tidak terlalu mengganggu." Aku mengembalikan ikat rambut itu dan menutupnya dengan genggaman tangan sang suster. Suster itu terlihat sedikit heran, namun tak lama Ia lebih memilih untuk membiarkanku dan pergi dengan alasan ada hal lain yang harus diurus.
...
Jadwal praktekku pun dimulai. Tidak henti-hentinya satu demi satu pasien mendatangi ruanganku. Semuanya berjalan seperti biasa. Tidak ada hal baru dari hari-hari lain. Entah kenapa waktu terasa sangat cepat dan kini waktunya istirahat-
"SENSEEEIII"
"AAA- HIFUMI-"Benar, aku hampir lupa. Seperti biasa juga Doppo-kun dan Hifumi-kun mampir berkunjung ke ruanganku walau hanya sebentar.
"Hifumi!! Sudah berapa kali kubilang pelankan suaramu!" Doppo-kun kembali membentak gigolo kesayangan seantero Shinjuku ini, namun kali ini disertai dengan melayangkan pukulan ke kepalanya.
"Aa-! Sakit-!! Kamu sendiri juga teriak-teriak!" Walau sudah diingatkan, tetap saja suaranya menggelegar terdengar sampai ke ruangan sebelah.
"Hai, hai, kalian berdua. Jika ingin berisik-berisik, paling tidak tutup pintunya. Tidak enak dengan pasien di luar." ucapku sedikit kesal.
"AA- SENSEI, MAAF, MAAF, MAAF, MAAF, MAAF, MAAF-"
"Iya, Doppo-kun. Tutup pintunya-"
"Haai-" Akhirnya Hifumi-kun lah yang menutup pintunya."Sensei! Hari ini aku dan Doppo bawa cheesecake!" Hifumi-kun dengan gembiranya membuka isi dari tas plastik yang daritadi Ia bawa. "Dan pastinya, dengan selai blueberry!" tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikat Rambut [Jakurai x Reader]
Fanfiction"Sensei, rambutnya tidak mengganggu?" "Sensei, kenapa tidak diikat saja?" "Sensei, ini aku belikan ikat rambut.." "Tidak apa, saya tidak terlalu terganggu." "Jakurai, kenapa tidak potong rambut saja?" "... Tidak. Aku lebih nyaman seperti ini" Tapi k...