Saat aku terbangun, aku mencari Dimas dan ia sedang berada di ruang tamu. Ia terlihat seperti banyak pikiran.
" Mas, kamu kenapa?"
" Aku ga apa - apa"
" Kamu jangan bohong. Aku tau kamu lagi mikirin sesuatu"
" Sebaiknya kita segera berangkat ke Jakarta."
" Apa ada masalah?"
" Tadi orang kantor nyuruh aku segera kembali ke Jakarta. Katanya ada beberapa dokumen yang harus aku tanda tangani"
" Bagaimana dengan rumah ibu?"
" Untuk sementara kita biarkan saja seperti ini"
" Ya sudah, Dewi akan mengemasi barang - barang kita"
Setelah aku selesai mengemasi barang, kami berangkat ke terminal untuk naik bis yang menuju ke Jakarta. Aku melihat Dimas hanya diam dan aku mencoba mengajaknya untuk berbincang.
" Mas kok diem aja?"
" Maaf, mas pengen istirahat dulu"
Aku berpikir jika Laras yang membuat Dimas menjadi seperti ini. Tetapi aku bersyukur karena tidak lama lagi aku akan tiba di Jakarta.
***
Saat aku tiba di rumah ibu Dimas, aku melihat rumah itu kosong. Aku sangat kesal karena Dimas pergi tanpa memberitahuku.
Akhirnya aku nekat untuk pergi ke Jakarta dan meminta ijin kepada orang tua ku untuk menemui Dimas.
" Laras ingin ibu dan bapak mengijinkan Laras untuk pergi ke Jakarta"
" Ada keperluan apa sampai kamu harus kesana?"
" Laras ingin menemui Dimas dan memintanya untuk menikahi Laras"
" Memangnya Dimas sudah kembali ke Jakarta?"
" Sudah pak, tadi Laras ke rumahnya tetapi disana tidak ada orang"
" Terserah kamu, bapak dan ibu mendukung keputusanmu"
" Terima kasih atas dukungan ibu dan bapak. Kalau begitu Laras berangkat ke Jakarta"
" Apa kamu sudah tau tempat Dimas di Jakarta?"
" Dulu ibunya Dimas pernah memberitahu alamatnya Dimas di Jakarta"
" Ya sudah, kamu hati - hati di jalan. Kalau sudah sampai di Jakarta, jangan lupa kabari kami"
" Pasti Laras kabari kalau sudah sampai di Jakarta"
Akhirnya aku berangkat naik bis yang menuju ke Jakarta. Aku tidak sabar ingin segera bertemu Dimas.
***
Keesokan harinya kami tiba di Jakarta. Jam 9 pagi kami langsung berangkat ke kantor masing - masing. Saat aku tiba di kantor, aku mengurus kerjaanku yang tertunda.
Saat jam makan siang, tiba - tiba ada seseorang yang mencariku dan aku sangat terkejut melihat kedatangan Laras ke kantorku.
" Laras! Darimana kamu tau aku bekerja di sini?"
" Ibumu dulu pernah memberiku alamat kantormu"
" Mau apa kamu kesini?"
" Sebaiknya kita cari tempat yang nyaman untuk berbincang"
Rasanya aku sangat malas berurusan dengan Laras. Pasti dia ingin membahas tentang wasiat ibuku.
" Apa yang ingin kamu bicarakan?"
" Aku ingin kamu menikahiku"
" Kamu jauh - jauh dari desa hanya ingin mengatakan hal ini?"
" Tentu saja"
" Aku rasa tidak ada yang perlu dibahas!"
" Dimas, kamu tidak mungkin tidak melaksanakan wasiat terakhir ibumu"
" Laras! Aku tegaskan sekali lagi! Aku tidak ingin menikah denganmu!"
" Kenapa kamu menolakku? Apa aku kurang cantik?"
" Bukan begitu, aku tidak ingin mengkhianati istriku!"
" Tapi ibumu sudah berwasiat supaya kamu menikahiku!"
" Aku tidak bisa menikahimu! Tolong jangan paksa aku!"
Aku sangat malu ketika semua orang melihat ke arah kami. Laras semakin agresif memintaku untuk menikahinya tetapi aku menolak keinginannya karena aku tidak ingin menyakiti perasaan Dewi.
" Aku mohon kamu pergi dari hidupku!"
Aku pergi meninggalkan Laras yang menangis histeris dan aku tidak memperdulikan orang - orang di sekitarku yang menatap sinis ke arahku
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurelakan Suamiku Bersamamu
RomanceKisah seorang istri yang merelakan suaminya menikah dengan wanita lain karena sang suami menjalankan wasiat dari orang tuanya yang sudah meninggal. Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan berakhir atau mereka memilih untuk berpisa...