5.🎡-Kafeel gila!

147 66 2
                                    

🎡Yang diacak rambut,yang berantakan hati🎡

"Tapi ini ngakak si, menurut gue." Sahut Vika, dilanjut gelak tawanya.

"Kalo gue ketawa gue gak dosa kan, gue cabut perkataan gue tadi." Kata Meisha, ikut tertawa.

Athifa mendengus kesal, ia dengan sigap mengambil kertas yang tadi dipegang Meisha, "Anjir, niat banget ni orang sama gue. Dendam ini mah udah."

Meisha ikut mengambil kertas tipis itu dari tangan Athifa yang bertuliskan 'AKU ORANG GILA YANG SAYANG MAMA PAPA' Athifa membulatkan matanya, benar-benar niat.

"Aduh sumpah, perut gue." Kata Vika, meredakan tawanya.

"Sha, Vik. Kalian ngapain ketawa tawa sih? Ini gue lagi dipermalukan anjir" ujar Athifa.

Meisha menyimpan kertas nya di saku rok nya, "hehe, soalnya itu fakta, Ath"

"Dih, jahat bener" ujar Athifa.

"Balik ke topik buru."

"Oh iya, Ath lo gak tau siapa yang nempelin ini ke lo apa?." Tanya Vika.

"Ya kalo gue tau, pasti kan gue udah langsung ke pelakunya sekarang."

"Hm, coba deh lo inget-inget. Dari tadi semenjak gue pergi ninggalin lo, apa ada yang nepuk punggung lo gitu?."

Athifa mengingat ngingat, "Ah, tadi kak Kafeel ke kelas terus dia aneh gitu sikapnya. Aneh deh pokonya."

Jari telunjuk Athifa dengan lamban  mengetuk ngetuk dagu nya, "Terus, kak Kafeel nepuk punggung gue sambil bilang, kamu kalo di bilangin ngeyel ya." Diakhir kalimat Athifa meniru gaya dan bicara Kalfee.

"Nah, itu patut kita curigain. Buru deh lo datengin." Sergap Vika, tatapan nya intens.

"Terus, gue harus bilang apa?."

"Numpang motor buat pulang." Suruh Meisha kesal.

"Oh, oke oke." Athifa beranjak dari duduknya, dengan cepat tangan Meisha menarik lengan tangan Athifa.

"Apalagi si Keyla, gue mau ke Kak Kalfee nih." Kata Meisha, wajahnya terlihat malas dan butuh penjelasan lagi.

"Baper amat si lo jadi cewe."

"Apaan si ah." Athifa kembali duduk. Rambut nya yang tergerai ia sampingkan.

"Gue bercanda maymunah ah, lo bilang. Kak Kafeel nempelin ini ke punggung aku yaaa ehh No jangan pake aku kamuan lagi. Anak orang bisa Baper kalo gitu, gue-lo aja." Meisha menyodorkan kembali kertas putih itu yang tadi berada di saku rok nya.

"Tapi pake aku kamuan aja deh, biar ada sopan santun sedikit." Meisha cengengesan.

Athifa mengangguk paham, ia bangkit lagi dari duduknya, "Good luck, Ath."

Athifa tersenyum setelah itu ia langsung pergi ke koridor anak kelas XII. Athifa tersenyum senang karena bisa bertemu Kafeel di koridor kelas X jadi ia tidak perlu menanggung gosip karena masuk ke kelas Kalfee dan menyamparnya. Cukup tadi ia menjadi pusat perhatian karena Kafeel masuk ke kelasnya.

Ia merentangkan tangan nya, memblok jalan Kafeel. Kafeel yang sejak tadi sibuk mendengarkan lagu lewat earphone, sekarang melepaskan earphone nya. Pandangan dingin menusuk muncul lagi pada Kafeel, yang sempat membuat Athifa bergidik ngeri dengan tatapannya.

Baru tau gue ada tatapan setajam silet begini.

Athifa menarik pergelangan tangan Kafeel, menuju Ruang musik. Karena ia takut menjadi tontonan gratis untuk siswa dan siswi SMA Angkasa.

"Kak Kafeel pasti kan yang nempelin nih kertas ke punggung aku." Semprot Athifa langsung, ia melepas tangan nya dari pergelangan tangan Kafeel.

"Kalo emang iya, kenapa?." Alis Kafeel mengangkat satu, wajahnya terlihat menantang.

"Emang aku salah apa sih sama Kak Kafeel?sampe Kakak bilang kek gini." Cecar Athifa, ia menelan ludahnya. Tenggorokan nya sudah benar benar kering. "Kalo punya dendam, ya jangan bikin aku malu dong kak!"

Kafeel pergi dari hadapan Athifa menuju kursi putih dan duduk di kursi itu, ia memangku gitar coklat milik sekolah. Lalu memetik senar gitar tersebut, membuat nada indah setiap petik kan nya.

Ia mengabaikan apa yang tadi dilontarkan Athifa, ia bersenandung kecil. Kakinya menginjak panggung studio dan mengangkat kecil berulang kali.

Athifa benar benar kesal pada Kafeel, Kafeel seperti tidak menganggap pertanyaan itu sangat penting. Athifa ingin memberitahu kan pada seluruh siswa SMA Angkasa bahwa Kafeel tidak seperti yang mereka bayang kan, dia tidak lincah ataupun bawel, dia tidak manis ataupun ramah sedikit pun, mungkin yang mereka lihat bahwa Kafeel itu sangat tampan sampai mereka lupa menilai dalamnya.

Athifa berjalan naik ke panggung mini di ruang musik, mendekati tempat duduk yang sedang Kafeel duduki. Ia merebut gitar dari pangkuan Kafeel dengan kasar, lalu menyimpan di ujung tembok dekat panggung. Kafeel mendengus kesal, ia melirik sinis Athifa yang sekarang memandang ia tanpa dosa.

"Nggak punya sopan santun lo." Desis Kafeel, kedua tangannya melipat didepan dada. Athifa memandang nya tak acuh.

"Lagian, kakak udah aku lembut in ngelunjak." Balas Athifa kesal.

Kafeel bangkit dari duduk nya, Kafeel jalan pelan membuat Athifa harus mundur sampai ia tertubruk tembok. Ia mengulurkan tangan kanan nya di tembok, saat Athifa ingin bergerak ia mengulurkan satu tangan nya lagi. Membuat Athifa terkunci dan tidak dapat berbuat apa apa, Athifa menahan napas nya. Jantung nya 2 kali berpacu lebih cepat dari biasanya.

Tatapan mata Kafeel dingin, tapi meneduhkan.

Jantung sialan!

"Bukannya gue udah bilang sama lo, Athifa Auristela Aileen" Kata Kafeel, ia menjeda perkataan nya sebentar, "lo yang mulai semuanya"

"Yaampun kak, jadi kak Kafeel itu nggak ikhlas nganterin ke rumah kemarin?" Ujar Athifa.

"Gue cuman kesel liat wajah lo"

"Kalo gitu, nggak usah diliat kak"

"Gimana nggak usah diliat kalo kita satu sekolah?"

"Aku bakal hindarin kakak"

"Ribet" Kafeel memiringkan kepalanya, "biarin kayak gini, balasan gue pun cuman ini. Tapi boleh deh usahain wajah lo kalo papasan sama gue" lanjutnya.

Setelah itu Kafeel menjauhkan dirinya dari wajah Athifa, ia langsung pergi keluar ruangan yang lenggang ini.

Athifa menghembuskan nafasnya pelan pelan, "Gue rasa efek deket sama kak Kafeel sekarang tuh dahsyat banget buat Jantung gue."

Salam hangat
Pacar halu Tom Holland

Salam hangat
Pacar halu Tom Holland

Athifa - s e l e s a i -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang