12. Keajaiban weekend (2)

130 19 2
                                    


Mulmed 👆 Eliza 👆

***

"Pulang!" ucapnya menarik tanganku, aku yang terkejut pun dengan sigab mengambil tasku dan mengikuti langkahnya.

Saat aku melangkah tanganku yang bebas memegang tas ditahan oleh seseorang.

"Tunggu!" aku menoleh.... Kevin?

"Kenapa?" tekan Genza.

Genza dan Kevin pun saling tatap tanpa suara dan tanpa ada yang melepaskan pegangan tangan.

"Gak papa" jawab kevin menyeringai. "Dan lo Liza, gue cuma mau bilang snack lo.. buat gue" ucap Kevin sambil mengedipkan mata dan melepaskan pegangan tangan.

Melihat itu, Genza kembali menyeretku pergi dan melangkah keruang ganti laki laki. Aku terkejut, sangat terkejut namun aku hanya diam. Aku menunggunya diluar. Bertepatan dengan keluarnya Genza dari pintu aku mendengar suara laki laki yang berbondong bondong datang keruangan ini menambah kecepatan detak jantung.

Dan lagi, ternyata Genza menarik tanganku untuk bersembunyi. Dia menarikku keruangan kubus yang sangat kecil dengan fasilitas keran air, tisu, dan tempat gantungan baju didalamnya.

Aku yang mulai berpikiran buruk pun, memundurkan diri walaupun tahu sia sia, karena langkahku tertahan pembatas sekat ruangan itu.

Ia menyuruhku diam dengan isyarat jari telunjuk diletakkan didepan bibir. Jarak kami mungkin hanya sejengkal, aku menahan nafas.

Aku salting melihat Genza yang terus menatapku. Saking fokusnya mungkin ia bisa mendengar detak jantungku. Genza menatapku lama hingga suara suara itu menghilang.

Begitu suara hilang aku baru ingin bernafas tetapi ia sudah menarik tanganku cepat dan mencucinya dengan air keran diruangan tersebut. Menyuruhku mencuci muka dan memberiku tisu.

Aku belum berani bertanya apa maksudnya. Hingga ia menarikku dan membawaku ketempat makan pinggir jalan yang banyak digandrungi anak muda belakangan ini.

"Kayak biasa bang,dua!" ucapnya kepada abang abang pemilik usaha ini,yang terlihat sudah langganan.

Genza kembali menyeretku kearah pondok gazebo yang disediakan tempat makan tersebut.

"Ayo ngomong" ucapnya setelah hening beberapa saat.

Aku mengerutkan kening. "Gue tahu, banyak yang mau lo tanya dan omongin" lanjutnya.

Aku berdehem. "Kakak aja yang jelasin"

Genza menggeleng. "Gak! Lo harus nanya"

Aku memutar pandangan dan mengangguk. "Kenapa kakak nyuruh aku duduk di tribun paling atas?" tanyaku dengan satu tarikan nafas.

"Karena biar gue mudah mastiin keberadaan lo. "

Aku mulai memerah, "Kenapa kakak kalah dibabak kedua pertandingan?"

"Gue sengaja, lawan gue Bisma"

"Kakak tahu Bisma?"

"Dia kapten badminton yang baru di sekolah."

Aku menarik nafas dalam dalam. Merasa dunia ini sempit sekali. Kulihat Genza yang masih memasang ekspresi serius. "Dan sebenernya gue kalah karena gue panas liat lo" lanjutnya lebih datar.

"Panas?" beoku.

"Kenapa bisa ketemu Kevin?"

Aku tertawa. Jadi dia cemburu? Cemburu sama Kevin? gak elite banget. Aku tertawa dalam hati. "Dia kan selalu ada dari aku kecil, wajar dong kalo sering ketemu gak sengaja" jawabku santai.

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang