PLEASE 01

2.1K 170 12
                                    

Draft lama yang sudah mengendap sekian lama pula. Alur maju mundur. Hope you'll like it.... Jangan di tungguin 😊😊👌




I can't forget you, you know

I still cry thinking about you

_________________________________

KOREA


Jung Yunho, nama yang begitu familiar di telinga masyakat Korea. Sempurna... begitulah gambaran setiap orang untuknya. Dia adalah namja paling diinginkan untuk bisa dijadikan menantu oleh setiap pengusaha. Aset kekayaan yang tersebar di berbagai negara, tentu saja siapa yang tidak menginginkanya? Selain itu kesempurnaan fisik yang dimilikinya membuat banyak yeoja dan namja berstatus uke tergila-gila padanya.

Namun tentu saja tidak semudah itu, Yunho seperti telah membangun benteng pertahanan yang kuat untuk dirinya sendiri. Begitu sulit untuk bisa mengenalnya dan menjadi lebih sulit lagi untuk menjadi bagian dari kehidupannya. Sosoknya terkenal dingin dimata para karyawan dan relasi kerjanya, ditambah dengah wajahnya yang sering kali menampilkan raut datar -tanpa ekspresi membuat banyak orang berfikir lama untuk sekedar menyapanya.

Dan disinilah namja yang sedang kita bicarakan, berada di ruang kantor miliknya, sibuk dengan berbagai dokumen yang menumpuk di atas meja kerjanya. Matanya terfokus pada sederet tulisan-tulisan panjang yang ada di kertas itu. Tak terlihat raut kesulitan ataupun lelah di wajahnya, dia mengerjakannya seolah-olah itu tidak ada apa-apanya.

Ditengah kesibukannya, pintu ruangannya diketuk dari luar. "Masuk," perintahnya tanpa merepotkan diri melihat siapa orang tersebut.

"Maaf Tuan, ada beberapa dokumen yang perlu ditandatangani hari ini," ucap sekretarisnya seraya meletakkan dokumen yang dibawanya di meja kerja Yunho.

Segera saja ia mengambil dokumen tersebut kemudian menandatanganinya, lalu memberikannya kembali pada sang sekretaris.

"Apa jadwalku hari ini?" Tanya Yunho terkesan dingin.

"Tidak ada, Tuan."

"Baiklah, kau boleh pergi."

Sebelum meninggalkan ruangan Yunho, tak lupa sekretarisnya membungkuk hormat.

Ruangan itu kembali sepi, hanya suara jam yang terdengar. Cukup lama Yunho bergelut dengan pekerjaannnya hingga akhirnya dia melepas bolpoint yang sejak tadi tak pernah lepas dari tangannya. Ia mengarahkan pandangannya pada langit-langit ruangannya dan mendesah pelan. Tangannya terulur membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan selembar foto usang dari sana. Cukup lama ia memandang foto tersebut, matanya berkaca-kaca.

 Cukup lama ia memandang foto tersebut, matanya berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawanya foto tersebut untuk ia cium. "Aku merindukanmu Boo, sangat merindukanmu," ucap Yunho lirih. Kini tanpa sadar ia meneteskan air mata. Di dekapnya erat foto itu, memeluknya seolah-olah takut kehilangannya.

PLEASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang