33. ikhlasku adalah bahagiamu

689 36 1
                                    

         "Melepaskan dan mengikhlasan adalah dua hal yang mudah untuk di ucapkan, namun sulit untuk di lakukan. Jika kau ingin melepas dan mengikhlaskan, fikirkan itu dengan baik jangan sampai keputusan itu membuatmu sulit di kemudian hari"

      Setibanya di rumah sakit, iwan langsung di tangani oleh dokter. Kini lia merasa resah ia terus saja mondar mandir di depan UGD tersebut. Tak berapa lama seorang dokter keluar dari ruangan itu.

"Dok" kata Lia

"Iya" sahutnya

"Dok, gimana keadaan suami saya dok"

"Emm Suami mba nggak papa, dia cuma kecapean doang kok " Sahut dokter itu dengan tenang

"Sukurlah " jawabnya dengan nada lembut

"Iya, saya permisi dulu ya mba" sahut dokter itu.

       Kini Lia bergegas masuk ke dalam untuk mendatangi suaminya itu, tapi apa yang ia dapatnya, ketika ia melihat suaminya itu dari jauh nampak sebuah tatap marah dari matanya. Namun masih ada senyum di bibirnya.

"Assalamu'alaikum mas" Ucap Lia

"Wa'alaikumussalam ya" Sahutnya

"Mas gimana keadaan kamu sekarang" Tanyanya

"Alhamdulilah udah baikan, oh iya di luar ada ibu" kata Iwan

"Nggak mas nggak ada, emang kenapa?" Tanyanya

"Sini ya, aku mau ngomong sama kamu" Sahutnya dengan melambaikan tangan ke arahnya

"Iya ada apa ya mas"

"Ya kamu tolong kamu jujur sama aku ya" Katanya sambil menatap mata Lia

"Iya mas, tanya aja"

"Dulu kamu pernah ada hubungan sama Yudha" tanyanya sambil menatap mata Lia

"Mas tau dari mana?"

"Jawab iya atau tidak"

"i... i ya mas" Sahutnya

"Jadi orang yang selama ini di maksud Yudha itu kamu" Tanya lagi

"Iya mas" sahutnya dengan beribu rasa takut

"Loh kok kamu nggak cerita sama aku ya, jadi dia laki laki yang dulu pernah masuk kekehidupan kamu. Sampai di hari pernikahan kita kamu masih memikirkannya"

"Iya mas" sahutnya dengan linangan air mata

"Ya" ucap iwan dengan penuh kesabaran, padahal di matanya sudah terlihat memuncaknya emosi yang ingin ia keluarkan.

"Iya mas" sahutnya kembali menatap mata Iwan

"Apa kamu masih mencintainya" kata Iwan dengan satu tetes air mata jatuh ke pipinya.

"Mas, kenapa kamu pertanyakan itu mas" kata Lia dengan derai air mata

"Jawab jujur ya, aku tidak ingin menjadi penghalang kebahagiaan kalian berdua, jika benar Yudha adalah orang yang selama ini kamu tunggu dan jika dia memang kunci kebahagiaanmu, aku ikhlas melepaskan mu" Kata Iwan dengan linangan air mata

"Mas udah mas udah cukup mas" kata Lia yang kini menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya.

"Ya, jika kamu tidak mencintainya, kenapa kamu harus menyembunyikan ini semua ya" jelas Iwan

"Mas aku menyembunyikan ini karna aku ingin menjaga hatimu mas, Yudha adalah masalaluku. Tapi kamu adalah masa depan ku, lalu apa jika masalalu ku itu kembali aku harus melepaskan masa depanku lalu kembali kebelakang, nggak mas. Aku nggak seperti yang mas fikirkan, ya aku mencintainya, tapi dulu, sekarang rasa cinta itu sudah pindah ke kamu mas rasa sayang itu sudah hilang mas, dan sekarang KAMU ADALAH SATU SATUNYA ORANG YANG MENURUT KU SANGAT BERHARGA MAS" kata Lia kini Iwan kembali memeluknya dengan penuh kehangatan

"Ya" kata Iwan

"Iya mas" sahutnya

"Ma'afin aku yah ya" katanya

"Aku yang harusnya minta maaf mas, karna aku udah nyembunyiin ini dari kamu" ujar Lia

"Ya, kamu udah denger kata dokter tadi"

"Iya aku udah tau" jawab Lia

"Apa kamu masih mau ngurus suami yang penyakitan kaya aku ya"

"Mas kok nanya kaya gitu" kata Lia

"Maafin kau ya udah ngerepotin kamu" katanya

"Udab mas nggak usah ngomong jaya gitu, ini sudah kewajibanku " katanya sambil pergi menjauh dari suaminya itu.

      Kini Iwan hanya menatap Lia dari jauh, ia tak ingin menahan kepergian istrinya itu, berat memang untuk mengatakan hal tadi. Namun bagaimana pun, jika Yudha adalah kebahagiaan Lia maka aku ikhlas itulah yang kini terlintas di kepala Iwan.

      15 menit setelah kepergiannya, kini ia kembali ke kamar rawat Iwan dengan membakawan makanan di tanganya.

"Assalamu'alaikum mas" ucap Lia

"Wa'alaikumussalam ya" Sahutnya

"Mas kamu makan dulu ya" Katanya sambil membuka wadah makanya itu

"Nggak usah ya aku nggak laper" katanya sambil membuang wajah

"Mas" katanya sambil mengelus kepala suaminya itu " Aku benar benar mencintaimu mas, aku tidak pernah ada niatan untuk kembali ke Yudha mas. Aku minta tolong sama kamu mas, tolong percaya dengan ku mas. Aku nggak bohong, aku bahkan sangat takut untuk kehilangan mu mas, lalu bagaimana caraku untuk meninggalkan mu, bahkan sangat sulit untukku hidup tanpamu" kata Lia yang kini mendapat respon dari Iwan.

"Iya ya aku percaya, tapi aku minta kasih aku waktu sendiri dulu ya" kata Iwan yang membuat Lia kembali meneteskan air mata, namun entah kekuatan apa yang membuat Iwan memegang tangan Lia saat ia ingin pergi keluar.

"Mas" kata Lia sambil memandang wajah suaminya itu

"Yaudah kamu di sini aja ya, jangan nangis. sini duduk di sebelahku" kata Iwan dengan senyum yang du selimuti kekecewaan.

" Yaudah kamu makan dulu ya mas" Pinta Lia

"Iya, maafin aku ya ya kalo aku udah nyakitin hati kamu" kata Iwan

"Nggak papa mas" sahutnya dengan kembali membuka bungkus makan yang ingin ia berikan kepada iwan.

        Perlahan namun pasti senyum itu mulai terlihat di antara mereka, seiring dengan keringnya air mata yang sedari tadi membasahi pipi keduanya, hingga pada akhirnya beberapa keluarga datang untuk menjenguk Iwan.

hari ini pendek dulu ya, nggak papa yah, maafin yah, kalo besok aku ada waktu bisa ada episode selanjutnya deh. Tapi aku nggak bisa janji ya, soalnya aku masih ada ulangan. heheheh wajar aja aku masih sekolah, oh iya jangan lupa buat votment ya. thanks




JAGA AKU DAN HATIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang