Bercerita

44.3K 1.2K 25
                                    

Kasih tahu kalo ada typo!

***

Clarisa menatap ruangan kamarnya saat ini. Ia pikir ruangan ini tidak buruk. Ia melepas tasnya yang sedari tadi ia pakai. Ia memilih bangkit dan mengeluarkan baju-bajunya dari dalam koper dan menaruhnya di dalam lemari. Ia juga mengeluarkan beberapa buku pelajaran dan menaruhnya di sebuah meja yang nantinya akan ia jadikan meja belajar. Ia juga menaruh beberapa perlengkapan berdandannya di sebuah meja di dekat kamar mandi.

Merasa bosan, Clarisa memutuskan untuk keluar sembari mengamati rumah dari Rio. Berbicara soal Rio, ia sama sekali tidak tahu jika ia akan terdampar di tempat ini. Ia sama sekali tidak menyangka akan tinggal selama beberapa hari di rumah musuhnya.

Clarisa mengambil tempat di sebuah bangku di sebuah taman belakang rumah Rio. Ia merasa nyaman di rumah ini. Apalagi dapat dirasakan olehnya jika ia diterima di sini dengan senang hati. Ia dapat merasakannya sendiri. Dapat didengar olehnya jika mama Rio tampak antusias, terdengar jelas dari nada suaranya.

"Gimana pendapat lo tentang rumah gue?"

Clarisa menoleh dan menatap Rio yang sudah duduk di sampingnya. Ia mengangkat kedua bahunya bersamaan. Matanya lalu tertuju pada air di kolam ikan. "Gue suka sama Mama lo. Kelihatan banget kalo dia antusias pas gue di sini. Nggak kayak lo, robot. Cuman diem di depan kita sebelum pada akhirnya lo disenggol sama Tante Rahma."

Terdengar tawa sinis dari Rio. "Kenapa? Emang salah? Lagipula gue heran aja kenapa lo bisa ke rumah gue. Dan yang buat heran gue jadi tambah, kenapa keluarga kita bisa temenan padahal kita aja musuhan."

Clarisa diam. Jika mamanya dan mama Rio berteman dan tampak sangatlah akrab seperti itu, kenapa ia dan Rio bisa bermusuhan? Apa mungkin karena ia tidak dekat dengan Rio sedari dulu serta kesan pertama mereka saat melihat sikap dari lawannya?

"Kenapa lo harus nginep di sini? Nggak ada keluarga atau tetangga gitu?"

"Pertanyaan lo sadis banget perasaan. Gue kasih tau, gue ke sini bukan kemauan dari gue. Gue ke sini karena disuruh sama orang tua gue. Padahal gue bisa tinggal di rumah sendirian tanpa harus ke sini dan tinggal satu atap sama lo. Gue juga masih punya kerabat, gue juga masih punya tetangga, tapi kata Mama gue, gue lebih aman tinggal di sini."

Clarisa mengembuskan napasnya berat saat mengingat ucapan dari sang mama tadi. Pindahannya kali ini terkesan cukup mendadak. Tadi ia pulang dari sekolah merasa cukup aneh. Mamanya sibuk di kamar dan ia sama sekali tidak tau apa yang dilakukan oleh wanita itu.

Saat di kamar. Ia mendapati sebuah koper besar berada di atas ranjangnya dan terisi banyak sekali pakaian. Ia yang pemikirannya cukup kekanakan langsung beranggapan jika ia akan diusir. Tidak berpikir lama, ia langsung berlari ke kamar sang mama dan memukul-mukul pintu kamar hingga menimbulkan suara cukup keras. Baru setelah pintu kamar terbuka, ia menghentikan aksinya.

"Mama kenapa beresin barang-barang aku? Emang aku mau diusir, ya? Mama udah nggak sanggup rawat aku lagi, ya?"

Setika tawa mama Clarisa terdengar. Wanita itu tampak cukup geli dengan pernyataan dari anak gadisnya itu. Ia kemudian membawa Clarisa ke kamar gadis itu sendiri. Ia lalu menutup koper dan menaruh benda itu ke lantai. Setelahnya ia menarik tangan putrinya sehingga mereka kini duduk bersisihan di kasur.

"Tadi Ciko udah berangkat lagi ke Bandung, dan Papa sama Mama mau pergi ke luar kota. Ada acara yang harus kita datengin. Mama nggak tega kalo kamu sendirian di rumah. Apalagi kamu anak gadis, terlalu bahaya buat kamu. Jadi, Papa sama Mama memutuskan buat kamu tinggal di rumahnya Tante Rahma. Beliau itu temannya Mama, dan Mama yakin kalo kamu bakalan aman dan nyaman tinggal di sana."

CLARIO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang