Menara BigBen berdenting. Salju pun mulai menghiasi bulan Desember ini.
Kamu menatap Min Juyoung yang tengah sibuk mengurus apartemen untukmu. Sejujurnya kamu bahkan tidak memintanya untuk membelikanmu apartemen.
"Ah ya! Ini! Usahakan uang ini dengan baik ya," senyumnya meletakan uang sebesar 150 dollar di telapak tanganmu.
"Eh? Really? I'm not dreaming right?" ucapmu mulai terbiasa dengan bahasa Inggris karena dulu kamu pernah belajar secara otodidak.
"Yeah of course not," tawanya memecah kebekuan musim dingin.
"By the way, you should bring your own things tho. Or shall I buy you new clothes?"
"Nah. I got some new clothes. And I don't mind using them here. I'm not very rich like you."
"Owh cmon sweet heart. I'm just joking okay."
Kamu tersenyum miring mengingat karir yang kau hancurkan sendiri. Betapa bodohnya dirimu saat itu. Tapi sudahlah. Masa itu sudah berlalu bukan?
Kini kamu berada jauh dari jangkauan mereka. Lagipula mereka juga tidak tahu dimana kamu berada.
"Sudah ya. Aku harus kembali bekerja. Kalau butuh sesuatu tinggal telepon aku saja. Sampai jumpa!" ucapnya lalu disibukan dengan telepon lainnya yang tentunya berhubungan dengan bisnis perusahaannya kini.
Kamu mengangguk dan kemudian memasuki kamarmu yang dibilang cukup luas untuk sebuah apartemen.
Heran ya. Sudah lansia tapi masih seperti ABG. Tawamu dalam hati.
Lalu kamu langsung membereskan apa saja yang perlu kau bereskan saat itu. Sesudahnya kamu langsung menjatuhkan diri ke dalam hangatnya selimut. Tidak lupa kamu membawa boneka beruang pemberian Jimin. Ah ya, kucingmu kamu tinggalkan di Korea tepatnya di dorm karena pesawat tidak memperbolehkan membawa hewan peliharaan.
Tiba-tiba kamu teringat kalau hari ini ada konser mereka di Melon Awards. Kamu bangun dan langsung mencari ponselmu yang ternyata tertinggal di kamar mandi.
"Yak! Kenapa ponselku ada di sini?" ucapmu heran dengan dirimu yang sudah mulai pikun.
Kamu kembali ke ranjangmu dan langsung membuka youtube. Kebetulan mereka sedang tampil Fake Love pembukaan. Kamu merasa cukup hanya melihat mereka dari jauh. Melihat mereka menari begitu lincah dan bersemangat.
Taehyung alien itu sama sekali berbeda dengan aslinya kalau sedang di dorm. Jungkook kelinci berotot yang tiba-tiba menjadi hotteu di panggung. Jin dengan vokalnya yang unik menjadi ciri khasnya. Suga, Jhope, RM seperti biasa selalu dengan rap dan ciri mereka masing. Beat dan kecepatan mereka selalu berbeda membuat mereka dicap sebagai rapper unik. Dan ya.. Jimin tetap menjadi pusat perhatianmu.
Perlahan senyuman terukir di bibirmu. Senyuman tulus melihatnya begitu lincah. Jujur saja. Kamu masih ingin bersamanya sedikit lebih lama. Tapi Tuhan berkehendak lain. Begitu bukan? Menyedihkan sekali.
"Oh ya, di mana aku menyimpan benda itu? Tunggu, eh? Astaga!! Aku meninggalkannya di koper Juyoung!" kamu berteriak mengingat surat Jimin yang belum sempat kamu baca tertinggal di dalam koper Juyoung.
"Ah sudahlah," cuekmu dan kembali menonton.
*2 tahun kemudian*
"Hey (y/n), aku ada pekerjaan lowong mau coba daftar?" tanya seorang teman seberang kamarku. Ngomong-ngomong dialah teman pertamaku sesudah sampai di London.
"Jinjja? Boleh?" tanyamu masih dalam logat Korea.
"Ya tentu. Aku sendiri sudah daftar koq," jawabnya disambut anggukan darimu menandakan setuju. Mana mungkin kamu ingin menjadi pengangguran bukan?
"(Y/n), kamu akan memanjangkan rambutmu kan? Itu menggangguku karena kamu terlihat seperti laki-laki," tanyanya setelah kamu dan dia sama-sama diterima di perusahaan itu.
Untungnya disini tidak terlalu banyak yang mengenalmu sebagai mantan anggota BTS. Bisa-bisa sejarahmu merusak apa yang ada di depan matamu.
"Ya aku akan memanjangkannya," tawamu renyah.
*4 tahun kemudian*
"(Y/n), jadilah penerusku. Lanjutkan perusahaanku. Aku percaya di tanganmu, semuanya akan baik-baik saja. Semuanya telah aku siapkan untukmu," ucap boss-mu yang sedang tahapan sekarat.
"Tapi anakmu?"
"Dia sudah kuanggap bawahanmu. Tolong mengertilah," ucapnya lalu batuk berdarah.
"Ya baiklah. Aku akan berusaha semampuku."
"Terima kasih," saat itu dia menampakkan senyum terakhirnya lalu dia menghembuskan nafas yang mengakhiri hidupnya.
Tidak terasa waktu itu merupakan sebuah jalan cerah yang mengubah jalur hidupku.
***
"Ne, thank you," ucapmu menerima sebuah surat yang dibungkus dengan rapi.
"You're welcome, miss," balasnya lalu berjalan keluar dengan sopan.
"Miss, belum menikah ya?" tanya staff itu sukses membuatmu berteriak.
"Ya! Jinjja! Haruskah kamu mengatakan hal itu disini?" teriakmu heran.
Staff itu keluar dengan terkekeh dan kamu pun hanya bisa tersenyum atas kelakuan staff baru itu.
Kini menatap sebuah amplop bukan masalah besar bukan? Namun jika itu dari seseorang yang bukan kamu harapkan? Apa kamu masih akan membukanya?
To : (y/n)
From : BTSSudah lama sekali ya. Bangtan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal || Park Jimin ✔
Fiksi Penggemar"Kamu telah memberiku keberanian menghadapi dan untuk hidup. Karena itu terima kasih dan maaf," -(y/n) "Aku akan mencarimu, aku ingin melihatmu sekali lagi, tolong jangan pergi," Park Jimin Kamu seorang yeoja yang bergabung dengan Bangtan karena mem...