16:Lupa

60 7 0
                                    

KERJAAN Kay sedari tadi hanyalah menggerutu. Bagaimana tidak? Alan belum juga pulang dari rumahnya. Padahal, Kay sudah selesai membersihkan badannya. Setelah Kay menyisir rambutnya, ia keluar kamarnya dan memarahi Alan.

Sekali Kay mengomeli Alan, Alan tak peduli. Dua kali, Alan hanya tertawa-tawa tak jelas. Tiga kali, lelaki itu diam dan menatap lamat-lamat orang yang sedari tadi menggerutu karena ia tak kunjung pulang.

Kali ini berbeda. Kay tidak salah tingkah ketika Alan menatapnya begitu dalam. Ia benar-benar jengkel. Kenapa masih saja Alan tahan dengan omelan Kay? Apa ia kurang garang untuk memarahi seseorang?

"Pulang ah!" Kay mengkerucutkan bibirnya.

Alan tertawa kecil melihat ekspresi yang sedang Kay keluarkan. "Lucu!"

Kay menghentak-hentakkan kakinya. "Pulang atau gue nggak mau lagi ngomong sama lo?!"

Barulah Alan menuruti keinginan Kay. Ia tak mau jika Kay benar-benar tak mau lagi bicara dengannya. Tak akan mau. Bagaimana nasib Alan jika Kay melakukan hal tersebut? Bisa-bisa dirinya pusing tujuh keliling untuk membujuk gadis itu agar mau lagi bicara dengannya.

"Iya...iya, gue pulang sekarang."

Tanpa basa-basi lagi, Alan berdiri dan melangkahkan kakinya keluar rumah gadis itu. Gadis yang Alan cintai. Atau lebih tepatnya, gadis yang Alan sedang dalam proses mencintainya seutuhnya.

"Gitu kek." Ucap Kay pelan begitu Alan sudah tak berada di dalam rumahnya.

Ternyata, daritadi Key mengintip dari belakang pintu. Langsung lah dirinya keluar tempat persembunyiannya dan menepuk pelan pundak Kay.

Yang ditepuk pun kaget dan langsung membalikkan badannya. "Eh setan!"

"Enak aja lo! Cantik-cantik gini dibilang setan." Protes Key.

"Lagian pake acara ngagetin segala."

Key menatap keluar jendela depan rumah mereka. "Kok lo ngusir Alan sih? Dia masih mau disini padahal."

"Nggak ada gunanya dia lama-lama di rumah kita." Ucap Kay sambil melangkah menuju lantai dua.

"Liat aja kalau udah beneran ditinggal sama Alan." Gumam Key yang pikirannya sedang melihat beberapa kemungkinan di masa depan.

***

Pembiasaan literasi di Jumat pagi yang akan berlangsung sekitar 30 menit baru akan dimulai. Murid-murid keluar dari kelas masing-masing menuju lapangan sekolah. Para petugas sekolah sudah menyiapkan terpal-terpal untuk diduduki selama 30 menit kedepan.

Kay berjalan keluar kelas bersama Tamara, Dinda, dan Acy. Masing-masing menenteng buku novel bergenre teen fiction. Acy menunjuk tempat yang masih kosong dan mereka berempat menduduki tempat itu dengan cepat.

Setelah seluruh murid berkumpul di lapangan, Bu Lela menunjuk beberapa siswa-siswi yang kedapatan tak membawa buku bacaan.

Mata Kay membulat begitu melihat siapa yang baru saja ditunjuk oleh guru Bahasa Indonesia itu. Pandangannya fokus memperhatikan gerak orang tersebut. Begitu siswa-siswi yang tak membawa buku itu berdiri dihadapan murid lainnya, Bu Lela mulai bicara.

"Anak-anak, didepan kalian adalah contoh yang tidak baik. Mereka tidak disiplin karena tidak membawa buku bacaan di hari Jumat."

Teman-teman Kay tak memperhatikan bahwa sedari tadi pandangan Kay terfokus ke murid-murid yang berada didepan sana. Tamara sibuk dengan ponselnya. Sementara Dinda dan Acy sedang membicarakan sesuatu.

AntiSocialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang