“Del, lo mau makan apa?” tanya Mika.
“Seperti biasanya,” jawab Adel seraya celingak-celingukan mencari makanan yang diincarnya.
“Kue lagi? Del, kamu gak takut gemuk apa?”
“Kemarin aku nimbang, berat badanku malah turun kok.”
“Justru itu lo harus kurangin makan kue Del, gak baik buat kesehatan,” ujar Mika menasihati.
“Iya-iya. Cerewet banget sih kamu.” Adel masih mencari kue kesukaannya. Matanya berbinar ketika melihat kue keju yang masih tersisa satu di salah satu kantin sekolah.
Dengan cepat Adel mengambil kue itu namun, justru tangannya bersentuhan dengan tangan seseorang yang juga ingin mengambil kue keju itu.
“Ah maaf,” kata Adel dan seseorang itu hampir bersamaan.
“Kamu?!” ucap Adel terkejut.
“Balok es?!” Rian juga terkejut saat melihat Adel tengah berdiri di depannya. Padahal tadi ia tidak sengaja memikirkan gadis itu saat melihat kue keju ini.
“Jodoh gak akan ke mana ya,” celetuk Mirza tiba-tiba lalu segera pura-pura bersiul ketika mendapat tatapan tajam dari Rian.
“Lo mau kue ini?” tanya Rian dibalas anggukan kepala dari Adel.
Rian tersenyum remeh. “Sorry, gue duluan yang ngambil jadi kuenya buat gue.”
“Enak aja! Aku duluan ya!”
“Gue kali. Tangan gue duluan megang jadi nih kue punya gue. Lo ambil kue lain aja,” suruh Rian.
Adel menggengleng, “Gak mau! Kamu aja yang ambil kue lain, pokoknya ini punya aku!”
“Lo keras kepala banget ya!”
“Kamu kali! Kepala batu!”
“Lo yang kepala batu!”
“Kamu!”
“Lo!”
Sedari tadi Adel dan Rian terus saja berdebat hanya demi sepotong kue saja. Dan menarik perhatian murid-murid di kantin. Lina dan Mika saja bahkan kaget melihat keakraban antara kedua orang itu.
“Lin, kayaknya kita ketinggalan berita deh,” ucap Mika.
Lina mengangguk. “Aku gak tau loh kalo Adel sama Kak Rian akrab banget. Sejak kapan sih?”
Mika mengintruksikan Mirza untuk menghentikan Rian berdebat dengan Adel karena mereka telah menjadi tontonan murid-murid kantin. Akan bertambah buruk lagi jika Rena dan teman-temannya datang lalu menambah masalah.
“Udah Rian, kasih aja. Masa sama cewek gak mau ngalah sih,” bisik Mirza.
“Gak! Gue gak mau ngalah termasuk sama balok es ini!”
Mirza menghela napas panjang melihat betapa keras kepalanya Rian ini. Andai saja ada Wiliam di sini, pasti akan mudah menyuruh Rian berhenti berdebat. Sayangnya sahabatnya yang satu itu menghilang entah ke mana.
Mirza lalu mengisyaratkan Mika untuk menyuruh Adel merebut kue keju itu. Tidak ada cara lain lagi selain cara ini untuk membuat Rian mengalah.
“Del, Lo rebut kuenya trus kita kabur. Cepetan!” bisik Mika.
Adel mengangguk patuh. Saat Rian lengah, Adel segera merebut kue keju yang tersisa satu itu setelah membayarnya. Kemudian secepat kilat ia kabur bersama dengan Lina dan Mika.
“WOI! BALOK ES! KEMBALIIN KUE GUE!” Teriak Rian yang tak dihiraukan. Baru saja ia hendak mengejar Adel, kedua tangannya sudah ditahan oleh Mirza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andrian & Adelia
Romance{Completed} (Tahap Revisi) "Ayah ingin kalian berdua menikah." "APA? NIKAH?!! AKU GAK MAU MENIKAH SAMA DIA!!" teriak mereka berdua hampir bersamaan. Ayah mereka hanya geleng-geleng kepala melihat reaksi keduanya. "Bagaimana pun juga Pah, Adel gak m...