1. Musim Hujan

10 0 0
                                    

Hujan deras mengguyur kota Bandung pagi ini. Bunyinya gemericik dan hawanya yang dingin membuat orang ingin kembali ke alam bawah sadar mereka. Lain halnya dengan Shira Anggita, cewek berambut panjang dengan mengenakan piyama itu justru malah bangun kemudian menyumpal kedua telinganya dengan earphone.

Sekarang sudah memasuki bulan Oktober dan musim hujan mungkin akan sering datang. Mungkin banyak dari kalian yang menyukai hujan, mencium bau tanah yang basah selepas hujan, dan udara dingin sangat menyamankan suasana. Berbeda dengan Shira, ia sangat membenci hujan. Baginya hujan adalah hal yang membosankan. Ia tidak dapat melakukan aktivitas di luar rumah saat hujan. Ia juga tidak bisa bermain di playground perumahan ketika hujan. Dan ada sesuatu yang terus menghantuinya diwaktu hujan.

Pagi itu Ike, bunda Shira sedang tidak ada di rumah. Beliau sedang pergi ke Depok selama 3 hari untuk menjenguk nenek Shira yang sedang sakit. Shira mengerucutkan bibirnya melihat suasana sekitar yang dingin dan rumahnya juga sedang sepi. Ia berdecak kemudian bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah dapur. Saat membuka kulkas, ternyata tidak ada satupun makanan. Padahal perutnya sudah meronta minta diisi. Mau tidak mau ia harus pergi ke supermarket depan perumahan untuk membeli beberapa bahan makanan dan cemilan.

Hari itu hari Minggu, seharusnya banyak anak-anak yang bermain di playground. Tetapi karena hujan, suasana perumahan menjadi sepi. Tak ada suara teriakan anak-anak yang sedang bermain, tak ada suara canda tawa para ibu-ibu yang menemani anaknya, dan tidak ada penjual bubur ayam yang sering berjualan disana. Shira berjalan melewati playground sambil membawa payung dan jaket yang ia kenakan dibadannya.

Sampai di supermarket, ia meletakkan payung di halaman depan kemudian melenggang masuk ke dalam supermarket. Keranjang merah sudah ada ditangan Shira, dengan cekatan ia memasukkan beberapa pop mie, ramen, dan makanan instan lainnya. Lalu ia berjalan ke arah sayur dan buah. Shira membeli paprika, bayam, sawi, dan buncis semata-mata supaya bunda yakin kalau ia makan sayur selama bunda tidak rumah. Tak lupa ia mencari snack, es krim, dan susu coklat kesukaannya.

Keranjang merah Shira sudah penuh dengan belanjaan. Ia menuju ke kasir dan menyerahkan keranjangnya.

"Semuanya 250 ribu mbak," Kasir perempuan itu dengan ramah memberi tahu Shira.

"Bentar," Shira merogoh sakunya untuk mengambil uang. Saat dikeluarkan, ternyata ia hanya membawa uang sebesar 100 ribu saja. Ia melongo tak percaya, lalu dengan memberanikan diri menyerahkan uang kepada kasir.

"Kok cuma 100 ribu?"

"Hmm anu mbak.... ituu.... arghh... mmm"

"Kurang 150 mbak."

Shira masih terdiam. Bingung mencari jawaban yang tepat untuk mengatakan hal yang sesungguhnya. Tapi ia dilanda  ketakutan kalau kasir ini akan mengamuk bagaimana.

Tiba-tiba ada uluran tangan seseorang yang menyerahkan satu lembar uang 100 ribuan dan satu lembar uang 50 ribuan.

"Ini mbak kurangannya."

Seseorang itu membuat Shira terkejut dan spontan menoleh ke samping. Ditatapnya lekat-lekat wajah orang itu. Ia tidak mengenalnya dan ia juga tidak pernah bertemu dengannya.

"Gue tahu gue ganteng. Biasa aja kali lihatnya, kaya gak pernah ketemu cogan."

Ekspresi Shira mendadak berubah menjadi wajah jijik. Ia memalingkan wajahnya kemudian mencela kesombongan orang yang ada disebelahnya. Ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah orang itu kemudian ia akan bakar hidup-hidup kemudian membuangnya ke sungai.

Tak ingin berlama-lama, Shira kemudian mengambil belanjaannya kemudian keluar dari supermarket itu dan meninggalkan orang aneh yang tak sengaja membayari belanjaannya. Ia menyabrang kemudian berjalan memasuki area perumahan karena ingin segera pulang.

Ketika hampir sampai didepan rumah, terdengar suara mobil dari belakang yang membunyikan klakson. Saat Shira menoleh, mobil itu melewati genangan air kotor dan parahnya lagi Shira terkena cipratan air kotor itu. Sekarang piyama Shira sudah sangat kotor. Ia memaki pengendara mobil itu, ia juga mengumpat karena sangat kesal terhadap pengendaranya karena sangat tidak berhati-hati.

Anehnya mobil yang sudah melaju jauh kedepan justru malah mundur dan berhenti tepat disamping Shira.

"Lo?"

"Iya gue. Apaan?"

"Sialan! Sengaja lewat di jalan yang ada genangannya biar gue kecipratan? Iya?!" Tuding Shira kepada pengemudi mobil yang tak lain adalah seorang yang membayarinya di supermarket tadi.

"Maaf gue sengaja. Lagian itu hukuman buat orang yang nggak tau terima kasih."

"Ampun dah, jadi orang demen banget dapat ucapan terima kasih."

Ekspresi orang itu berubah datar, kemudian ia menghadap sebentar ke arah depan, "Gue baru nemuin spesies yang kalau ditolong malah memaki yang menolong. Perlukah gue namain lo Shira anggita sp?"

Shira menjerit dan tak butuh hitungan detik ia mendekat ke kaca mobil yang terbuka.

"Lo tau nama gue? Lo mau nyulik gue, atau lo mau apa-apain gue lagi?"

"Rumah lo di block B nomor 9."

Lagi-lagi Shira terkejut. Siapa sebenarnya seorang ini? Mengapa ia mengetahui nama dan alamat rumahnya?

"Gue ramal lo lagi kebingungan sama kata-kata gue barusan."

Shira menjauh dari mobil itu kemudian kembali ke posisi awal ia berdiri. Ia menatap sinis seorang yang tentang dirinya, "Bodo amat ah paling lo stalker gue di Instagram." Setelah mengatakan itu dirinya berjalan agak cepat agar segera sampai ke rumah.

-Sunshine-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Own SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang