"Besok Kara mau pulang ke Indonesia, Ma" Sarah tersentak mendengar ucapan yang terlontar dari putrinya itu.
"Kenapa dadakan sih, sayang?" tanya Sarah seraya menarik pelan pergelangan tangan Karamel dan membawanya untuk duduk di tepi ranjang.
Karamel menunduk seraya memainkan ujung kaos yang ia kenakan, dirinya masih ragu untuk bercerita kepada Mama nya. "Ada masalah? Cerita sama Mama!" tanya Sarah seakan mengerti isi pikiran putrinya, ikatan batian antara ibu dan anak memang kuat.
"Karamel lagi ada masalah sama Alvin, Ma" ujar Karamel pada akhirnya. "Bukan masalah besar kok, Ma. Tapi harus cepet-cepet diselesain" tambah Karamel sesaat setelah melihat ekspresi Sarah yang berubah seketika. "Jadi bolehkan kalo Karamel pulang besok?" tanya Karamel, Sarah mengangguk pelan seraya tersenyum.
"Yaudah kalo gitu biar Mama pesenin tiketnya, trus besok pagi kamu bisa pulang ke Indonesia" jelas Sarah membuat Karamel mengangguk paham.
"iya, Ma. Makasih" ujar Karamel. "Oh iya, Papa gimana , Ma?" tanya Karamel ketika Sarah beranjak dari duduknya.
"Kamu bilang sendiri lah ke Papa, kan udah Mama bantu pesenin tiket" jawab Sarah.
"Bantuinnya jangan nanggung-nanggung dong, Ma. Tolong Mama bilang ke Papa sekalian" protes Karamel.
Sarah mengernyit lalu bertanya. "Emang kenapa sih? Tinggal bilang ke Papa aja kok kayaknya susah banget"
"Kara gak yakin kalo bakal diijinin kalo dadakan gini"
"Kalo menyangkut masalah Alvin, Mama yakin pasti diijinin. Lagian kamu juga harus sekolah kan udah berapa hari bolos, kebanyakan bolos nanti gak pinter-pinter" ujar Sarah lalu keluar kamar Karamel. "Oh iya, kalo mau ketemu Papa, Papa kamu ada di ruang kerjanya" tambah Sarah seraya menampakkan sebagian kepalanya.
***
"Masukin tuh baju lo, dasinya pake yang bener" ujar Alvin dengan nada dingin andalannya kepada cowok jangkung dihadapannya.
Seperti biasa setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi, anggota OSIS akan bersiaga didekat gerbang sekolah untuk mengadakan inpeksi ketertiban bagi murid yang melanggar. Entah itu dalam berpakaian atau terlambat datang ke sekolah.
"Sok banget sih lo jadi Ketua OSIS. Inget, gue kakak kelas lo" bentak cowok itu yang merupakan kakak kelas Alvin dan termasuk dalam siswa bermasalah di sekolah.
"Justru karna lo kakak kelas, harusnya lo beri contoh yang baik buat adik kelas lo" sahut Alvin dengan nada mengintimidasi. Dengan kesal, cowok jangkung tadi langsung memasukkan kemeja bagian bawah kedalam celana disusul dengan memasang dasinya dengan benar.
"Udah. Puas lo?!" bentak cowo tadi lalu melenggang begitu saja menunggalkan Alvin ke dalam sekolah. Sementara Alvin hanya diam saja tak menanggapi.
Mata elang cowok itu kembali menatap sekitar. Mencari siswa yang sekiranya melanggar aturan lagi. Ditangan kanannya sudah memegang sebuah kantong yang berisi barang-barang sitaannya, seperti topi yang tidak sesuai dengan standar sekolah.
"Vin!" cowok ittu menoleh setelah dirasa ada yang memanggil namanya. Setelah melihat orang yang memanggil tadi, cowok itu kembali membuang pandanggannya ke lain arah.
Orang itu yang ternyata Nadya berjalan mendekat kepada Alvin lalu berkata. "Vin, gue minta maaf soal di caffe waktu itu. Gue bener-bener gak ada maksud apapun"
"Lo pikir gue peduli?" ujar Alvin dengan nada dingin membuat Nadya menelan salivanya kasar. Ia berani bertaruh, Alvin lebih menyeramkan dibanding seorang pembunuh sekalipun.
"Gue bener-bener minta maaf, Vin. Gue bener-bener nyesel, gak seharusnya gue angkat telfon itu tanpa seijin lo. Gue tau gue lancang"
"Udah tau kalo salah, kenapa lo lakuin?" tanya Alvin membuat Nadya diam. "Emang lo pikir dengan lo minta maaf bisa ngembaliin keadaan kek semula? Enggak kan?" setelah mengucapkan kalimat yang cukup menohok hati Nadya, Alvin langsung beranjak meninggalkan cewek itu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You || END
Novela Juvenil[31/01/19] Rank #1 in cuek [31/01/19] Rank #7 in teenfanfic [21/05/19] Rank #1 in protective Mengapa aku harus bertahan dengan mu.? Bertahan dengan sifat mu yang dingin. Bertahan dengan sifat mu yang tidak pernah peka. Bertahan dengan sifatmu yan...